Cok Ace Usul Pertanian Menjadi Atraksi Wisata
DENPASAR, NusaBali - Wakil Gubernur Bali periode 2018-2023 yang juga Ketua PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia) Bali Prof Dr Ir Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati MSi (Cok Ace) mengatakan bahwa pariwisata dan organisasi Subak dapat tumbuh berdampingan di Bali.
Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara kunci pada acara ‘Temu Budaya Subak’ yang digelar Kementerian Kebudayaan di Kampus Universitas Udayana (Unud) Jalan Sudirman, Denpasar, Senin (11/11).
Cok Ace mengungkapkan, pendapatan menjadi petani di Bali cukup memprihatinkan. Apalagi petani di Bali kebanyakan gurem dengan luas lahan kurang dari satu hektare. Menurutnya, petani dengan luas lahan garapan 30 are hanya mampu menghasilkan rata-rata keuntungan Rp 1,5 juta per bulan. Tak heran para petani tergiur untuk menjual tanahnya karena pendapatan dari bertani tidak seberapa.
“Pertanian kita sesungguhnya ada di persimpangan jalan, apakah mau menjual atau bertani,” ujarnya. Cok Ace mengusulkan para petani terlibat aktif dalam pariwisata, menjadikan pertanian sebagai atraksi. Pemerintah dapat membangun jalan setapak ke tengah-tengah persawahan untuk memudahkan wisatawan menikmati pertanian Bali dari dekat.
Selain itu SDM di sekitar wilayah pertanian perlu mendapat pelatihan pariwisata, sehingga rumah-rumah di perdesaan dapat dimanfaatkan sebagai homestay yang disewa wisatawan. Kebijakan seperti itu menurutnya, sebagai salah satu jalan melestarikan budaya pertanian atau budaya Subak di Bali. Karena cepat atau lambat pertanian akan ditinggalkan jika tidak mampu membawa kesejahteraan kepada petani.
“Saya tertarik menjadikan pertanian sebagai atraksi (wisata). Petani sekarang hanya terpampang di brosur atau iklan wisata saja, petani kita tidak merasakan apa-apa,” kata Cok Ace dalam kegiatan yang masih serangkaian Subak Spirit Festival 2024 ini. Guru Besar Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini menambahkan, pengembangan destinasi wisata Jatiluwih di Penebel, Tabanan misalnya yang merupakan warisan budaya dunia UNESCO harus dilakukan secara bijak. Spirit Subak di dalamnya tidak boleh pudar atau malah hilang dengan pembangunan akomodasi pariwisata yang berlebihan. Cok Ace mengingatkan, semangat Undang-undang Nomor 15 Tahun 2023 tentang Provinsi Bali mengamanatkan Bali mengembangkan pariwisata budaya. Pariwisata Bali tidak boleh merusak budaya Bali tapi justru saling mendukung.
Cok Ace menyebut ada banyak sisi positif subak dinobatkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO. Hal itu bisa menjadi daya tarik wisata yang jika dikemas dengan narasi-narasi tradisional Bali semakin menambah eksotisme pertanian di Bali.
“Penetapan warisan budaya dunia ini menjadi motivasi bagi kita menjaga warisan dunia Subak ini,” kata Bupati Gianyar periode 2008-2013 ini. Di sisi lain, Cok Ace juga mendukung pemberdayaan para petani Bali agar meraih kesejahteraan dari usaha bertani. Ia pun berharap pemerintah tidak berhenti memperhatikan petani agar produktif menghasilkan produk pertanian khususnya padi.
“Bagaimana pariwisata dalam hal ini pemerintah sebagai regulator memberikan subsidi lebih kepada para petani sehingga mereka yang menjalankan profesinya sebagai petani subak tradisional yang mengikuti konsep Tri Hita Karana diberikan lebih, sehingga kita masih bisa melihat Subak Bali ke depan,” ujar Panglingsir Puri Ubud ini. Menurutnya, jadi petani di Bali punya tujuan mulia ngayah melestarikan budaya Bali. Namun, tentunya juga harus diikuti dengan peningkatan kesejahteraan para petani. 7
1
Komentar