Permintaan Sperma Sapi Beku Menyusut
Kepala UPTD BIBD Bali
drh Jose Manuel O.A. Sarmento
Sperma Sapi Beku
Standar Nasional (SNI)
Sertifikat ISO
Baturiti
Tabanan
TABANAN, NusaBali - Tahun 2024, Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Bali di Baturiti, Tabanan, menghadapi penurunan permintaan semen beku (sperma beku) sapi Bali.
Unit ini menyiapkan semen beku sesuai permintaan di lapangan dengan target rata-rata distribusi 80.000 dosis per tahun. Namun hingga saat ini, realisasinya baru mencapai sekitar 40.000 dosis.
“Kami selalu siap menyediakan semen beku sapi Bali sesuai kebutuhan peternak, tetapi saat ini permintaan menurun. Ini mungkin disebabkan karena peternak sekarang mandiri setelah tidak lagi mendapat subsidi pemerintah,” ungkap Kepala UPTD BIBD Bali drh Jose Manuel O.A. Sarmento, saat ditemui di lokasi, Selasa (12/11) sore.
Sebelumnya, subsidi ini memudahkan peternak dalam pengadaan semen beku karena harga lebih murah terutama kebutuhan akan Enduart cair. “Ini menjadi tantangan bagi peternak karena tanpa subsidi, mereka juga harus menyediakan sendiri Enduart cair sebagai media pembeku dalam pengangkutan semen. Saat pembelian disubsidi, pemerintah dapat membeli Enduart cair dalam jumlah besar melalui kontrak sehingga harga lebih murah, kalau beli sendiri-sendiri kan jelas harganya beda,” tambahnya.
Untuk diketahui, semen beku sapi yang dijual dengan harga Rp 7.000 per dosis sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 7 Tahun 2021. Sarmento menjelaskan semen ini dihasilkan dari sapi Bali berkualitas tinggi dan disimpan di dalam kontainer khusus yang berisi Enduart cair untuk menjaga ketahanannya. Semen beku ini kemudian didistribusikan ke berbagai wilayah di Bali, dengan Kabupaten Buleleng dan Klungkung sebagai pembeli terbanyak karena populasi sapinya cukup tinggi.
Kata Sarmento, BIBD Bali mengutamakan kualitas sapi pejantan yang digunakan dalam produksi semen beku. Untuk memenuhi kebutuhan, BIBD telah mendapatkan tambahan lima ekor sapi pejantan melalui bantuan dari Penjabat Gubernur Bali, menjadikan total pejantan di UPTD BIBD Bali menjadi 13 ekor. Dari jumlah tersebut, delapan ekor sapi telah memenuhi standar nasional (SNI) dan bersertifikasi ISO, sehingga dapat dipastikan memiliki kualitas yang baik dalam menghasilkan semen beku.
“Kami mendapatkan sapi-sapi pejantan ini dari seleksi ketat, termasuk melalui perlombaan. Sapi-sapi yang dipilih memiliki postur dan performa unggul, sesuai dengan standar yang diterapkan,” tambah Kepala Seksi Perbibitan Hijauan Pakan Ternak, I Dewa Nyoman Astana Putra. Menurutnya, sapi pejantan di BIBD memiliki masa produktif hingga 12 tahun. Setelah masa produktifnya berakhir, sapi-sapi tersebut akan dijual untuk keperluan konsumsi, dan BIBD akan mencari pejantan baru untuk mempertahankan kualitas semen beku.
Dijelaskan, inseminasi buatan (IB) atau kawin suntik yang dilakukan dengan menggunakan semen beku ini dinilai lebih efisien dan efektif dalam mengembangbiakkan sapi Bali. Selain harganya yang terjangkau, inseminasi buatan memungkinkan proses perkawinan sapi yang lebih praktis dan dapat diulang jika terjadi kegagalan pada percobaan pertama. Selain itu, semen beku ini mudah dibawa ke berbagai wilayah, sehingga dapat diakses oleh peternak di seluruh Bali.
Sarmento menambahkan meski produksi semen beku BIBD mencukupi, produk ini hanya diperuntukkan untuk kebutuhan lokal dan tidak diizinkan untuk diekspor ke luar negeri. “Jika semen beku ini diekspor, ada risiko sapi Bali bisa diklaim oleh negara lain,” kata Drh Sarmento.
Untuk memantau keberhasilan IB di lapangan, UPTD BIBD Bali menggunakan sistem elektronik e-Signas yang memungkinkan pemantauan secara digital. Dengan e-Signas, BIBD dapat memantau secara akurat tingkat keberhasilan inseminasi di lapangan, tanpa perlu melakukan evaluasi langsung.7cr79
Komentar