Gianyar Kembangkan Larva Lalat Tentara Hitam
Jadi Solusi Kelola Sampah Organik
GIANYAR, NusaBali - Umah Pupa Gianyar bersama Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar lakukan sosialisasi potensi Larva Lalat Tentara Hitam atau Black Soldier Fly (BSF) sebagai solusi pengelolaan sampah organik di Gianyar.
Sosialisasi dengan tema ‘Mengubah sampah menjadi produk bernilai tambah’ ini berlangsung di ruang rapat Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar, Jumat (15/11) siang.
Sosialisasi ini menghadirkan Dr Muhammad Yusuf Abdul MT, Associate Professor Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung dan Dr Akos Kenezz Asociate Professor Veterinary Physiology City University of Hongkong sebagai pembicara.
Edwin Lubis Founder Umah Pupa mengatakan potensi larva lalat tentara hitam ini sudah berhasil diterapkan di TPS3R Desa Adat Bitera, Kelurahan Bitera, Kecamatan/Kabupaten Gianyar sejak Agustus 2024. Larva lalat tentara hitam diberikan sampah sisa makanan kemudian menghasilkan magot sebagai pakan ternak. Sedangkan sisa sampah yang tidak dimakan menjadi pupuk organik. "Pilot project ini kami mulai sekitar tiga bulan lalu. Memang kami fokusnya keberlanjutan. Kami mengelola sampah dan kami jual magotnya ke peternak di Gianyar, seperti ke peternak lele dan ayam. Kami jual di sekitar Gianyar menjadi pakan alternatif," jelas Edwin.
Ini inovasi yang lagi ramai. Tidak cuma di Indonesia dan di Bali masih sesuatu yang baru dari sisi praktis dan sisi peternak juga. Kenapa Gianyar, karena Gianyar merupakan daerah strategis sebagai destinasi wisata. "Jadi kita tidak hanya menggugah masyarakat, tapi juga turis ikut paham," jelasnya. Tahap pengelolaan sampah ini pun berpotensi sebagai daya tarik wisata berbasis lingkungan. Di TPS3R Bitera, setiap harinya sekitar 300 kilogram sampah dihabiskan oleh maggot.
"Target kami per hari bisa habis 1 ton sampah organik," ujarnya. Kendalanya sekarang adalah pengenalan produknya. "Kami menjual magot ke peternak. Tapi kebanyakan peternak masih belum paham terkait maggot ini. Padahal itu bisa jadi pakan alternatif. Harga magot bisa Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per kilogram," ujarnya.
Sementara itu, Dr Muhammad Yusuf Abdul MT menjelaskan BSF ini bisa mengolah limbah organik, limbah rumah tangga atau restoran. "Daripada dibuang dibiarkan membusuk tidak punya nilai tambah bisa dikelola. Jadi masalah lingkungan bisa selesai dengan BSF dan bisa dapat produk yang lain. Misalnya hasilkan kompos, dikembalikan lagi ke lahan pertanian atau dijual. Bisa hasilkan maggot sebagai pakan ikan, ayam, sehingga akhirnya kita dengan mengolah sampah ini tidak perlu beli pakan ikan dan pupuk," jelasnya.
Sementara Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Gianyar, Ni Made Mirnawati menjelaskan pelatihan pengolahan sampah organik menjadi pakan larva lalat BSF (Black Soldier Fly) digelar sebagai upaya mengatasi keberadaan TPA Temesi yang sudah overload. Lebih lanjut dijelaskan, budidaya larva lalat BSF (Black Soldier Fly) merupakan hal yang baru berkembang di Kabupaten Gianyar dimana sampah organik diolah menjadi media untuk lalat hitam atau BSF bertelur, kemudian menetas menjadi larva lalat, selanjutnya sampah organik menjadi pakan bagi larva lalat.
Larva lalat BSF inilah yang menjadi pakan ternak dengan kualitas protein yang sangat tinggi. Pelatihan ini dilaksanakan bekerjasama dengan Umah Pupa Gianyar, diikuti oleh 60 orang peserta dari pengelola TPS3R se Kabupaten Gianyar, perwakilan dari desa, dan masyarakat umum. Dengan pelatihan ini diharapkan para pengelola TPS3R dan juga masyarakat dapat mengolah sampah organik dan membudidayakan larva lalat BSF, dengan demikian dapat mengurangi sampah organik yang dibuang di TPA Temesi. Sampai saat ini, jumlah TPS3R di Kabupaten Gianyar sebanyak 44 unit berada di 43 desa dari 64 desa yang ada di Kabupaten Gianyar, sebanyak 40 unit sudah beroperasi dan sisanya sebanyak 4 unit belum beroperasi secara optimal. 7 nvi
1
Komentar