nusabali

Pengobatan Tradisional Bali Merentang Ratusan Tahun

Usadha Bali Sarat Ajaran Kanda Pat

  • www.nusabali.com-pengobatan-tradisional-bali-merentang-ratusan-tahun

Pengobatan tradisional ini salah satu jurusan pengetahun yang sangat penting bagi kita terutama di Bali, yaitu tentang ilmu Kanda Pat yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu pengobatan, kesehatan termasuk ke dalam ranah yang lainnya.

DENPASAR, NusaBali
Kebudayaan Bali menyimpan kearifan lokal dalam ranah pengobatan. Pengetahuan leluhur Bali merentang selama ratusan tahun.  Seiring lompatan pengetahuan itu muncul para balian usadha atau ahli  pengobatan tradisional.
 
Meski kemudian datang pengobatan modern berbasis ilmiah, pengobatan tradisional tidak pernah benar-benar mati. Bahkan, kini gerakan wellness tidak bisa tanpa melibatkan pengetahuan lampau soal kesehatan.
 
Praktisi kesehatan holistik dan homeopati Tjokorda Gede Mahatma Putra Kerthyasa mengatakan, menyelami pengobatan tradisional Bali yang berbasis pada bahan alam akan membawa kita kepada tattwa atau filosofi di baliknya. Konsep Tri Hita Karana, Desa Kala Patra, Bayu Sabda Idep,  Weda, Sastra, Purana, dan konsep Bali lainnya mendasari kearifan lokal Bali. Keseimbangan pun menjadi spirit utama pengobatan tradisional Bali.
 
Tjokorda Gede Mahatma Putra Kerthyasa –SURYADI 

“Pengobatan tradisional ini salah satu jurusan pengetahun yang sangat penting bagi kita terutama di Bali, yaitu tentang ilmu Kanda Pat yang memiliki hubungan yang sangat erat dengan ilmu pengobatan, kesehatan termasuk ke dalam ranah yang lainnya,” ujarnya ketika menjadi salah satu narasumber dalam Focus Group Discussion (FGD) serangkaian pelaksanaan Kongres Kebudayaan Bali 2024 di Taman Budaya Provinsi Bali (Art Centre), Denpasar,  Rabu (13/11).

Beberapa bahan obat-obatan tradisional Bali. –SURYADI 

Sayangnya, meski arus kembali ke alam (back to nature) semakin deras, pria karib disapa Tjok Gde menyebut para ahli pengobatan tradisional selama ini terbentur dinding tebal. Para praktisi pengobatan tradisional ini harus melewati ruwetnya birokrasi agar produk mengantongi izin resmi.
 
“Saat mencari izin kesehatan tradisional itu, menjadi kendala adalah menggunakan standarisasi pengobatan kimia untuk menilai obat-obat tradisional,” ungkap tokoh Puri Ubud ini.
 
Dia menyebut, untuk mengantongi izin tersebut terkadang instansi terkait meminta standar yang sama dengan perusahaan obat kimia. Seperti adanya bukti-bukti ilmiah yang mendukung keamanan produk herbal. Sementara salah satu kekuatan obat tradisional adalah keberadaannya yang sudah terbukti merentang ratusan tahun, bahkan jauh melebihi keberadaan obat modern yang beredar saat ini.
 
“Walau sudah mengatakan hal seperti itu, petugas tetap minta standar melalui studi dan riset yang sama seperti pengobatan secara kimia,” ungkap pria yang memiliki darah balian usadha ini.
 
Berbagai jenis tumbuhan di alam liar menjadi bahan baku obat tradisional Bali.-WILASA
 
Tjok Gde yang juga sempat belajar kesehatan holistik dan homeopati di Australia menjelaskan, pengobatan tradisional Bali tidak hanya mendasarkan diri pada lontar-lontar yang ditulis para leluhur, tetapi juga menggunakan pengalaman empiris atau pengamatan langsung melalui panca indria sama seperti halnya sains modern.
 
Karena itu, melalui FGD Kongres Kebudayaan Bali ini, Tjok Gde berharap ada dukungan dari pemerintah untuk membimbing siap-siapa saja yang ingin membangun sebuah profesi berdasarkan pengetahuan tradisional di Bali. Pemerintah hendaknya mendukung dan membimbing orang-orang yang ingin mencari izin untuk produksi ramuan tradisional berdasarkan ilmu kesehatan tradisional.
 
Kongres Kebudayaan Bali 2024 sendiri akan berlangsung pada 6 Desember 2024, dihadiri banyak tokoh budaya di Bali. Sejumlah FGD pun digelar untuk mematangkan materi-meteri yang akan disampaikan dalam kongres nantinya.
 
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya Sugiartha mengatakan, ada 10 objek pemajuan kebudayaan yang akan dibahas, yaitu tradisi lisan, manuskrip, adat istiadat, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, dan ritus.
 
“Semua objek itu harus dibahas, sehingga setelah FGD akan dilanjutkan dengan pleno yang akan berlangsung pada tanggal 6 Desember 2024,” ujarnya.
 
Arya Sugiartha mengungkapkan, hasil dari Kongres Kebudayaan Bali beberapa tahun terakhir akan dikompilasi dalam bentuk Pokok Pokok Kebudayaan Bali (PPKB). Berdasarkan PPKB itu, Disbud Bali kemudian akan membuat rencana strategis lima tahun penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali.
 
“Pada tanggal 6 Desember nanti merumuskan hasil PPKB dan setelah itu Disbud akan merumuskan Rencana Pembangunan Jangka Pendek dan Menengah (RPJPM),” kata mantan Rektor ISI Denpasar, ini. 7ad

Komentar