Kabut Selimuti Wilayah Badung Selatan dalam Beberapa Hari Terakhir, Suhu Terasa Lebih Panas
BMKG Sebut Fenomena Kabut Adveksi, Terjadi Saat Peralihan Musim
Fenomena serupa terjadi tahun 2023 lalu, dalam istilah meteorologi kondisi ini disebut haze, yaitu udara kabut yang dapat menyebabkan penurunan jarak pandang
MANGUPURA, NusaBali
Fenomena kabut menyelimuti wilayah Badung Selatan, termasuk Kuta, Kuta Selatan, dan sekitarnya. Diketahui, fenomena ini terjadi sejak beberapa hari yang lalu. Salah seorang warga yang bekerja di wilayah Kuta, I Gusti Ngurah Putra Maharditya mengungkapkan jika kabut mulai terasa sejak empat hari yang lalu. Namun sejak dua hari lalu kabut dikatakan lebih tebal dari biasanya.
“Berkabut yang terasa sejak dua hari lalu lebih tebal, suhu udara malah lebih panas,” tuturnya pada, Selasa (26/11) pagi. Menurut Prakirawan BBMKG Wilayah III Denpasar, Diana Hikmah, kabut ini merupakan fenomena kabut adveksi yang merupakan kondisi normal di wilayah pesisir pantai tropis. Dia menjelaskan jika kabut adveksi terjadi akibat transfer kelembaban dari wilayah perairan ke daratan.
“Ketika sinar matahari pagi memanaskan daratan lebih cepat dibandingkan permukaan laut, tekanan udara di daratan menjadi lebih rendah. Hal ini mendorong uap air dari laut bergerak ke permukaan daratan yang lebih dingin, mengembun, dan membentuk kabut,” jelasnya.
Dia juga juga menambahkan bahwa kabut adveksi tidak memiliki bau, berbeda dengan kabut asap yang biasanya berbau menyengat atau seperti terbakar. Berdasarkan catatan historis, fenomena serupa pernah terjadi pada tahun 2023 lalu. Dalam istilah meteorologi, kondisi ini dikenal sebagai haze, yaitu udara kabut yang dapat menyebabkan penurunan jarak pandang. Sementara, berdasarkan pengamatan Stasiun Meteorologi Ngurah Rai, Diana Hikmah menjelaskan jika jarak pandang mendatar saat ini berada pada kisaran 7 hingga 10 kilometer.
“Sejauh ini, fenomena ini belum berdampak signifikan pada aktivitas penerbangan di Bandara Internasional Ngurah Rai,” tambahnya.
BMKG juga memastikan bahwa tidak ada sebaran abu vulkanik yang terpantau di wilayah Bali berdasarkan citra satelit. Namun, hingga saat ini, data kualitas udara terbaru untuk wilayah Kuta Selatan belum tersedia. Terkait fenomena ini, BMKG belum mengeluarkan imbauan khusus kepada masyarakat. Namun, Diana Hikmah mengingatkan agar tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang mungkin terjadi selama periode peralihan musim kemarau menuju musim hujan. Masyarakat diharapkan terus memantau informasi cuaca terkini dari BMKG dan mengutamakan keselamatan saat beraktivitas di luar ruangan.
“Tidak ada imbauan khusus terkait udara kabur ini, masyarakat lebih dihimbau agar berhati-hati terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi dalam periode peralihan musim hingga masuk musim hujan nanti, seperti hujan lebat yang dapat disertai petir atau kilat dan angin kencang berdurasi singkat,” pungkasnya. 7 ol3
Komentar