Sepasang Pensiunan PNS Jalani Diksa Pariksa
Sepasang walaka menjalani diksa pariksa atau diksa dwijati sebagai awal prosesi Rsi Yadnya, pada Sukar Paing Sinta, Jumat (25/8), di Gria Cau, Banjar Adat Belong, Desa Pakraman Karangasem Jalan Kartini Amlapura.
AMLAPURA, NusaBali
Keduanya adalah Ida Bagus Anom Surya Darma, 61, pensiunan PNS jabatan terakhir Kasat Pol PP tahun 2012, bersama istrinya Ida Ayu Arini, 60, pensiunan PNS jabatan terakhir Kabid Informasi Data Kependudukan Disdukcapil Karangasem. Puncak upacara madiksa pada Anggara Pon Ukir, Selasa (5/9).
Diksa pariksa dilakukan Ketua PHDI Karangasem I Wayan Astika didampingi unsur Kantor Kementerian Agama Karangasem I Wayan Lipur, disaksikan guru nabe Ida Pedanda Istri Anom dari Gria Parasugraha, Banjar Adat Kecicang Bali, Desa Pakraman Bungaya, Kecamatan Bebandem dan Ketua Dharma Upepati PHDI Karangasem Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja dari Gria Jelantik, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem.
Guru nabe Ida Pedanda Istri Anom yang muput upacara diksa pariksa. Rangkaian upacara sebelumnya digelar ritual majauman yakni matur piuning ke guru nabe, sembah pamitan ke keluarga, juga dilakukan upacara mapinton dengan membersihkan diri ke segara dan muspa ke Pura Mrajan Guru Nabe.
Guru nabe Ida Pedanda Istri Anom, mengatakan upacara dwijati nanti bermakna lahir kedua kali, sebelumnya lahir dari rahim ibu, dan kelahiran kedua dari sastra suci Hindu.
Ketua PHDI I Wayan Astika mengatakan, PHDI hanya mengecek syarat administrasi calon sulinggih. “Sedangkan guru nabe yang tugasnya memberikan bimbingan dan nasihat bidang ilmu pengetahuan suci. Itu sesuai petunjuk Lontar Krama Madiksa,” ujarnya.
Disebutkan, PHDI telah diamanatkan dalam ketetapan Maha Sabha PHDI II No V/KRP/PHDI/68 tentang Tata Keagamaan Kasulinggihan, Upacara, dan Tempat Suci. Juga tertuang dalam keputusan seminar kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama Hindu ke-14 tahun 1986-1987 tentang Pedoman Pelaksanaan Diksa.
Ditambahkan, menggelar upacara diksa pariksa merupakan proses penyatuan kekuatan Brahman, dengan mengikatkan hubungan guru nabe (acarya) dengan murid (sisya).
Di Karangasem tercatat sebanyak 252 sulinggih. Jumlah tersebut relatif belum ideal dibandingkan kebutuhan umat di Karangasem untuk melayani delapan kecamatan, 190 desa pakraman.
Keberadaan sulinggih di delapan kecamatan, yakni, di Karangasem 52 sulinggih, Manggis 33 sulinggih, Bebandem 72 sulinggih, Selat 31 sulinggih, Sidemen 34 sulinggih, Rendang 14 sulinggih, Abang 12 sulinggih, dan Kubu 4 sulinggih.
Kecamatan Kubu misalnya dengan penduduk padat 76.252 jiwa hanya dilayani 4 sulinggih, Kecamatan Karangasem dengan penduduk 93.091 jiwa terlayani 52 sulinggih. Justru di Kecamatan Bebandem terbagi delapan desa dengan penduduk 51.057 jiwa memiliki sulinggih paling banyak, 72 sulinggih. *k16
Komentar