Akademisi STIKes Buleleng Inovasi Olahan Daun Kelor Cegah Stunting
SINGARAJA, NusaBali - Tim pengabdian masyarakat dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Buleleng menciptakan inovasi olahan pangan lokal berbahan dasar daun kelor.
Inovasi dalam program pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dalam mencegah permasalahan stunting.
Ketua Tim, Kadek Agustina Puspa Ningrum, mengungkapkan bahwa timnya telah melakukan observasi dan menemukan potensi besar dari daun kelor yang tumbuh di Desa Penyaringan, Kecamatan Mendoyo, Jembrana. Namun pemanfaatan daun kelor sebagai sumber pangan lokal belum optimal, terutama untuk inovasi olahan makanan dengan daun kelor.
Dengan dukungan dana dari Kemendikbud dalam program Kosabangsa, pihaknya mengembangkan teknologi pembuatan tepung kelor yang lebih efisien. “Tepung kelor ini kemudian diolah menjadi produk-produk pangan fungsional seperti makanan pendamping ASI LOF Mie (Mie Kelor Mocaf) dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pie SULOF (Pie Susu Kelor Mocaf),” ujar Puspa, Rabu (27/11) siang.
Dalam menjalankan program pengabdian ini, STIKes Buleleng bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Ganesha. Awalnya, dilakukan observasi pada bulan Juli-Agustus 2024. Hasilnya, ditemukan permasalahan yang dihadapi Kelompok Wanita Tani Bali Palma Jagadhita seperti bahan lokal bergizi (kelor) belum diversifikasi secara baik, sehingga produktivitasnya rendah.
Inovasi olahan daun kelor ini diharapkan menjadi solusi berkelanjutan dalam mengatasi masalah stunting. “Kami ingin meningkatkan nilai produk bahan pangan lokal yaitu kelor sebagai solusi berkelanjutan untuk mengatasi krisis Stunting,” tambah Puspa.
Ke depannya, tim pengabdian akan memberikan dukungan kepada kelompok wanita tani dalam hal pemasaran produk. Rencananya, produk olahan daun kelor akan dipasarkan secara online melalui berbagai platform marketplace.7mzk
Komentar