nusabali

Untuk Kali Pertama, Tari Kecak Dipentaskan di Atas Air

  • www.nusabali.com-untuk-kali-pertama-tari-kecak-dipentaskan-di-atas-air

Tari Kecak yang ditampilkan di Tirta Taman Mumbul Desa Sangeh ini merupakan hasil kreasi Sanggar Pancer Langiit. Karenanya, tarian tidak menggambarkan cerita pewayangan sebagaiman umumnya.

Pagelaran Seni di Tirta Taman Mumbul Desa Sangeh, Abiansemal, Badung  


MANGUPURA, NusaBali
Tari Kecak yang dipentaskan di Tirta Taman Mumbul, Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, Sabtu (26/8) petang, lain dari pada yang lain. Pengunjung dibuat takjub karena tarian ini dipentaskan di atas air menggunakan sebuah rakit. Seperti apa Tari Kecak persembahan Sanggar Pancer Langiit yang saat tampil, tak henti-henti mendapatkan tepuk tangan dari penonton tersebut?

Waktu menunjukkan pukul 19.30 Wita. Suasana Tirta Taman Mumbul yang berjarak sekitar 1 kilometer dari Objek Wisata Sangeh, sangat ramai. Tirta Taman Mumbul memang tak pernah sepi pengunjung saban harinya. Tapi kemarin suasanya agak berbeda. Kedatangan masyarakat bukan sekadar ingin melukat di Pancoran Solas, tapi penasaran dengan pagelaran seni tari yang oleh pihak pengelola sengaja dipersembahkan sebagai promosi desa wisata.

Mula-mula pagelaran tari dibuka dengan Tari Barong di sisi depan kolam yang memiliki luas sekitar 80 are tersebut. Selanjutnya pagelaran berlanjut di tengah kolam, yang sempat akrab disebut kolam Bebengan Mumbul. Rangkaian pertunjukan kemudian dimulai dengan tabuh berjudul Tirta Sanjiwani, dengan diiringi instrumen selonding yang dikolaborasi dengan alat musik angklung dan jimbe. Lalu ada tari duet pertemuan Purusa dan Predana. Baru setelah itu Tari Kecak.

Delapan penari kecak yang mengenakan pakaian khas celana hitam dan kain motif poleng (kotak-kotak putih hitam) muncul dari arah timur dan delapan lainnya muncul dari barat. Sambil beratraksi dari kedua arah, para penari lalu bertemu persis di tengah-tengah kolam. Kolaborasi duet penari Purusa dan Predana dan Tari Kecak cukup memukau para penonton yang sudah sejak lama menunggu. Aksi spektakuler para penari juga didukung lighting atau pencahayaan yang ‘cantik’.

Pendiri Sanggar Pancer Langiit Anak Agung Gede Agung Rahma Putra, mengakui pementasan Tari Kecak di atas air merupakan hasil kreasi. Karena itu, tarian tidak menggambarkan Tari Kecak sebagaimana lumrah digelar yang menceritakan pewayangan. “Ini Tari Kecak hasil kreasi di Sanggar Pancer Langiit. Jadi tidak mengandung makna sebagaimana Tari Kecak pada umumnya,” ujarnya.

Dalam pementasan kali ini, imbuhnya, selain melibatkan para seniman Sanggar Pancer Langiit, juga melibatkan remaja setempat. “Puluhan orang yang terlibat dalam pagelaran kali ini. Tari Kecak 16 orang, penari Barong ada 7 orang, penari duet dua orang, penari lilin 10 orang, gamelan (pengiring barong, Red) ada sekitar 25 orang, dan penabuh selonding sekitar 16 orang,” ungkapnya.

“Kali ini kami buat serangkaian pertunjukan, tabuh berjudul Tirta Sanjiwani, instrumen selonding, angklung, jimbe. Lalu ada duet pertemuan Purusa dan Predana, baru Tari Kecak air,” kata AA Gede Agung Rahma Putra. “Tapi ke depan kami sudah punya konsep akan membikin pementasan yang akan menceritakan adat dan budaya masyarakat Sangeh,” tuturnya.

Sementara Ketua Pengelola Tirta Taman Mumbul Ida Bagus Made Bawa, mengatakan pementasan Tari Kecak di atas air ini adalah konsep baru yang diperkenalkan kepada masyarakat.

“Kami harapkan ini menjadi daya tarik bagi wisatawan. Karena di Sangeh khususnya selama ini yang terkenal hanya monyet saja, padahal Tirta Taman Mumbul juga potensial untuk dikembangkan,” katanya.

Lantaran pagelaran ini adalah edisi perdana, pihaknya berharap pementasan seni tari yang lainnya menjadi agenda rutin ke depannya. Sehingga ada agenda rutin yang dapat menarik wisatawan datang ke Tirta Taman Mumbul.

“Seperti Kecak Dance di Uluwatu, seperti itu yang kami harapkan. Tapi apakah akan digelar tiap bulan, dua bulan sekali, atau tiga bulan sekali, belum kami putuskan. Yang jelas kami selaku pengelola akan terus berinovasi demi mengembangkan potensi yang ada di Desa Sangeh,” kata Ida Bagus Made Bawa.

Dia berharap saat nanti menjadi even reguler ada perhatian dari pemerintah. Sebab, sementara ini kegiatan ini murni inisiatif pengelola yang bekerja sama dengan Sanggar Pancer Langiit. “Tentu harapan kami pemerintah mendukung kegiatan ini, sehingga potensi pariwisata di Sangeh dapat berkembang. Ini juga untuk menggerakkan perekonomian masyarakat,” harapnya.

Ditanya terkait tingkat kunjungan wisatawa, menurut IB Made Bawa sudah cukup banyak. Saat ini setiap hari ada ratusan pengunjung baik lokal maupun manca negara. Baik yang datang karena keperluan spiritual, atau sekadar berwisata bersama keluarga. “Malah kalau hari Minggu dan hari libur bisa sampai ribuan orang,” ucapnya. Menurutnya, untuk wisatawan manca negara biasanya hanya singgah setelah menempuh perjalanan dari Ubud, Gianyar ke Jatiluwih, Tabanan. *asa

Komentar