Sambut Kemenangan Koster-Giri dan Sutjidra-Supriatna di Pilgub Bali dan Pilkada Buleleng 2024
Wujud Rasa Jengah, Pengurus Bamusi Buleleng Jalan Kaki Sejauh 89 Km
Jarak tempuh 89 Km ditempuh selama 32 jam, selama perjalanan hanya beristirahat makan-minum dan sekadar meregangkan otot kaki di rumah kader PDIP
SINGARAJA, NusaBali
Euforia kemenangan Pasangan Calon (Paslon) Gubernur-Wakil Gubernur Bali dan Calon Bupati-Wakil Bupati Buleleng yang diusung PDI Perjuangan ditempuh dengan cara berbeda-beda. Setelah pendukung PDIP Made Suyasa metabuh tuak di Tugu Singa Ambara Raja, ucapan syukur dan sukacita juga ditunjukkan Pengurus DPC Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) Buleleng dengan berjalan kaki sejauh 89 kilometer.
Diding Kadir,45, memenuhi nazarnya berjalan kaki dari perbatasan wilayah barat Buleleng dengan Kabupaten Jembrana, tepatnya di Desa Sumberklampok, Kecamatan Gerokgak, Buleleng hingga ke Kantor DPC PDIP Buleleng di Desa Pemaron, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Wakil Ketua Bidang Penanggulangan Bencana Bamusi Buleleng ini mengaku bernazar (mesesangi) akan berjalan kaki jika paslon PDIP di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali maupun Pilkada Buleleng menang.
Niatnya untuk merayakan kemenangan Koster-Giri dan Sutjidra-Supriatna karena fanatisme berpartainya. Pria kelahiran 30 November 1979 ini mengaku sangat mengidolakan Cawagub I Nyoman Giri Prasta dan juga Gede Supriatna. Keterlibatannya di sayap partai juga membuatnya memiliki fanatisme lekat dengan PDI Perjuangan. Saat dihubungi via telepon, Diding mengaku nazar berjalan kaki itu muncul saat putaran kampanye Pilkada Serentak 2024. Saat itu dia menerima sedikit ejekan dari seseorang yang menyatakan tidak mungkin Pilgub dan Pilkada sekarang dimenangkan calon dari PDIP. Sebab yang memenangkan Pilpres lalu sudah tidak dari paslon PDIP.
“Katanya karena di pusat sudah tidak merah lagi berkuasa dan PDIP akan ditumbangkan di mana-mana. Mendengar itu saya jengah, apalagi saya punya kedekatan dan kecintaan pada Pak Giri yang sangat los untuk masyarakat Bali dan Pak Supriatna yang tidak pernah membedakan suku, rasa dan agama. Atas rasa jengah itu dalam hati saya memohon kepada Tuhan untuk kemenangan mereka, jika menang saya akan melakukan aksi jalan kaki ini,” terang warga Jalan Melati, Kelurahan Banjar Jawa, Kecamatan/Kabupaten Buleleng ini.
Kebetulan saat H-2 pemungutan suara, Diding ngobrol bareng dengan 40 pemuda muslim Buleleng dari 9 kecamatan. Di sela-sela obrolan mereka muncul tantangan jika paslon PDIP menang siap berjalan kaki. Tantangan itu pun langsung diamini oleh Diding.
Lalu setelah hari pencoblosan tiba, Rabu (27/11) hasil hitung cepat memenangkan Koster-Giri dan Sutjidra-Supriatna. Diding pun akhirnya membayar nazarnya pada, Sabtu (30/11) lalu usai menghadap dan meminta restu Ketua DPC PDIP Buleleng Gede Supriatna. Dia mengambil start di perbatasan Kabupaten Buleleng dengan Kabupaten Jembrana wilayah Desa Sumberklampok, Kecamatan/Kabupaten Buleleng pada, Sabtu (30/11) pukul 10.00 Wita. Waktu ini dipilih bertepatan dengan hari ulang tahunnya yang ke-45.
Diding mulai aksi berjalan kaki dengan menggunakan kaos berwarna merah bertuliskan JOSS 2024, celana training dan sandal jepit. Di tangannya memegang bendera PDI Perjuangan. Dia hanya didampingi beberapa pemuda dari Bamusi hingga Banser NU Buleleng. Namun sepanjang perjalanan Diding dipantau dan dikawal maraton oleh pengurus ranting dan PAC PDIP di setiap desa, kecamatan, hingga tiba di Kantor DPC PDIP Buleleng.
“Saya merasa beruntung, pengurus ranting PDIP, anggota-anggota dewannya juga menyambut saya dengan baik, estafet menyambut dan mengawal sampai di Kantor DPC. Bahkan ada yang menyiapkan jas hujan, karena sempat hujan saat perjalanan hari pertama, makan minum, sampai disiapkan, massage juga untuk meregangkan otot,” tuturnya.
Jarak tempuh 89 Kilometer ini ditempuhnya selama kurang lebih selama 32 jam. Selama perjalanan dia sempat beristirahat untuk makan dan sekedar meregangkan otot kakinya di rumah-rumah anggota maupun pengurus PDIP yang dilalui. Diding baru tiba di Kantor DPC PDIP Buleleng pada, Senin (2/12) pukul 03.00 Wita dinihari. “Kalau istirahat paling satu jam paling maksimal kemudian jalan lagi. Hari pertama dari jam 10 pagi sampai jam 12 malam. Sempat tidur dua jam lalu lanjut lagi. Paling berat itu saat hari pertama cuaca agak ekstrem saat melintas di kawasan hutan Bali Barat siang cuaca panas, lalu sore hujan deras,” kenang Diding yang kesehariannya bekerja sebagai sopir ini.
Namun seluruh tantangan dan cobaan berat untuk menyelesaikan nazarnya dilawan dengan tekad keras. Hingga akhirnya dia bisa sampai dan menyelesaikannya dengan baik. “Yang berkesan menjelang finish kaki saya seperti caket tidak mau bergerak. Detik-detik menapakkan kaki di Kantor DPC juga hampir jatuh karena senang, bahagia dan bersyukur saya diberikan kekuatan bisa finish dengan selamat,” kata dia. Diding pun berharap setelah ini pemimpin-pemimpin yang terpilih bisa menjadi kebaikan dan kebanggaan bagi Bali dan Buleleng pada khususnya. 7 k23
Komentar