Dari Prosesi Palebon Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Dwaja, Sulinggih yang Juga Seniman Serba Bisa
Diantarkan 62 Pedanda Siwa-Buddha, Ada Romo dari Jawa
Almarhum semasih walaka dikenal sebagai seniman wayang kulit, topeng, drama, arja, gambuh, aktif masekaa gong dan jadi sutradara pementasan drama atau arja
AMLAPURA, NusaBali
Prosesi palebon mendiang Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Dwaja, mantan Dharma Upapati PHDI Karangasem 2024-2019 dari Geria Jelantik Dauh Pasar, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem yang lebar (meninggal dunia) di usia 86 tahun diantarkan atau diiringi 62 pedanda masing-masing: 28 Pedanda Buda, dan 34 Pedanda Siwa.
Palebon sendiri berlangsung di Tunon Desa Adat Budakeling, Kecamatan Bebandem, Karangasem pada Anggara Wage Matal, Selasa (3/12). Sebanyak 62 pedanda tersebut nibakang (memberikan) tirta ke layon Ida Pedanda Gde Nyoman Djelantik Dwaja masing-masing sebanyak 6 payuk yang dikemas jadi tiga tegen (pikul).
Pedanda Siwa-Buda yang mengantarkan layon mendiang menuju Tunon. –NANTRA
Ida Mangku Oka Wan yang mengkoordinasikan prosesi upacara mengungkapkan prosesi diawali melaspas padma, macan putih, pangastian dan kreteg di Lapangan Desa Adat Budakeling. Prosesi ini dipuput Ida Pedanda Sogata Demung dari Geria Demung, Banjar Geria, Desa Culik, Kecamatan Abang.
Kemudian berlanjut melaksanakan upacara wisuda bumi, dan melaspas bale gumi dipuput Ida Pedanda Gede Putra Datah dari Geria Adi, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, kemudian upacara narpana di Geria Jelantik Dauh Pasar, Banjar Triwangsa, Desa Budakeling, Kecamatan Bebandem. Prosesi ini dipuput Ida Pedanda Sogata dari Gria Tianyar, Desa Tianyar, Kecamatan Kubu, dan Ida Pedanda Gede Suyasa dari Gria Taman Sari Manuaba, Banjar Bencingah, Desa Duda, Kecamatan Selat.
Setelah semua prosesi itu selesai, berlanjut menuju ke tunon. Selama perjalanan yang munggah di padma tempat layon Ida Pedanda Gede Nyoman Djelantik adalah Ida Pedanda Gede Ngurah Kertha Wiradnya dari Geria Padang dan Ida Pedanda Gede Karang Ngenjung dari Geria Blagung, Banjar Bencingah, Desa Duda, Kecamatan Selat. Selama perjalanan ke tunon, diiringi penari dari Sanggar Bumi Bajra Sandi Desa Budakeling, penabuh Rudat dari Banjar Saren Jawa, Desa Budakeling, dan penari dari Sanggar Cita Wistara Desa Adat Budakeling. Dalam upacara palebon ini juga dihadiri tiga Romo dari Mojokerto, Jawa Timur, serta tokoh umat Budha.
Setiba di Tunon Desa Adat Budakeling, sebanyak 62 pedanda nibakang tirtha masing-masing membawa 6 payuk dikemas jadi 3 tegen. Mereka secara bergantian nibakang tirta ke layon Ida Pedanda Gede Nyoman Jelantik Dwaja. "Upacara Nyupit (nganyut) dilaksanakan pada Buda Kliwon Matal, Rabu (4/12) di Segara Jasri," jelas istri almarhum, Ida Pedanda Istri Wayan Jelantik Dwaja. Dia menuturkan, mendiang yang bergelar Abrasinuhun ini lebar karena menderita penyakit saraf, jantung, paru, dan penyakit dalam lainnya. Tercatat mendiang telah memiliki putra Didarma yang telah dia lahirkan sebanyak 11 putra didarma sehingga bergelar nabe.
Ida Pedanda Gde Nyoman Jelantik Dwaja, selama ini sering katuran muput Pujawali di Pura Kiduling Kreteg Besakih, Pura Pengubengan Besakih, Pura Penataran Agung Besakih dan Pura Sad Kahyangan lainnya. Semasih walaka dan aktif sebagai seniman, mendiang sempat tiga periode jadi anggota DPRD Karangasem dari Golkar masa bhakti 1977-1982, 1982-1987 dan 1987-1992. Setelah Sulinggih sempat dipercaya sebagai Dharma Upapati PHDI Karangasem 2014-2019, selanjutnya digantikan Ida Pedanda Gede Wayan Buruan dari Geria Buruan, Banjar/Desa Duda, Kecamatan Selat.
Almarhum semasih walaka dikenal sebagai seniman wayang kulit, topeng, drama, arja, gambuh, aktif masekaa gong dan sebagai sutradara pementasan drama atau arja. Ida Pedanda Gde Nyoman Jelantik Dwaja lebar (meninggal dunia) dalam perawatan di RSUD Karangasem, Rabu (10/7/2024) lalu pukul 06.00 Wita. 7 k16
1
Komentar