BI Ingatkan Risiko Kenaikan Harga
Jelang libur Nataru, harga daging babi dan daging ayam ras berisiko naik
DENPASAR, NusaBali
Bank Indonesia (BI) mengingatkan beberapa risiko yang perlu diwaspadai yang dapat memicu kenaikkan harga (inflasi) jelang libur panjang akhir tahun atau liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Antara lain berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat masih tingginya permintaan dari luar Bali. Dan berlanjutnya kenaikan harga daging ayam ras seiring penurunan pasokan.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali (KPwBI) Erwin Soeriadimadja menyampaikan Rabu (4/12). Hal tersebut disampaikan menyusul perkembangan harga di Provinsi Bali pada November 2024.
Sebelumnya BPS Provinsi Bali, mencatat perkembangan harga Provinsi Bali pada November 2024 mengalami inflasi sebesar 0,50% (mtm) secara bulanan, lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm).
Secara tahunan, inflasi Provinsi Bali menurun dari 2,51% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 2,50% (yoy). Hal itu didorong normalisasi permintaan pasca Hari Raya Kuningan di awal bulan Oktober 2024. Sementara itu, pada tingkat Nasional, inflasi bulanan pada November 2024 tercatat sebesar 0,30% (mtm) dan inflasi tahunan sebesar 1,55% (yoy).
“Ke depan, terdapat beberapa risiko yang perlu diwaspadai, seperti kenaikan permintaan menjelang libur panjang akhir tahun, berlanjutnya kenaikan harga daging babi akibat masih tingginya permintaan dari luar Bali dan berlanjutnya kenaikan harga daging ayam ras seiring penurunan pasokan,” ujarnya mengingkatkan.
Selain itu, berlanjutnya kenaikan harga bawang merah dan tomat seiring peningkatan curah hujan, serta kenaikan harga emas perhiasan sejalan dengan tren harga global, juga perlu diwaspadai.
Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau masih menjadi penyumbang utama inflasi bulanan November 2024.
Berdasarkan komoditasnya, inflasi terutama bersumber dari kenaikan harga bawang merah, daging babi, tomat, daging ayam ras, dan buncis. Kenaikan harga bawang merah dan tomat disebabkan berakhirnya periode panen yang berdampak pada berkurangnya pasokan.
Sementara itu, kenaikan harga daging babi didorong tingginya permintaan dari luar daerah, dan kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh penurunan pasokan dari peternak lokal maupun luar Bali akibat kenaikan harga pakan.
Untuk merespon potensi risiko inflasi ke depan, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali terus memperkuat sinergitas dan inovasi bersama seluruh Kabupaten/Kota di Bali dalam pengendalian inflasi secara berkelanjutan.
Sinergitas seluruh TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah) di Bali dalam pengendalian inflasi diwujudkan melalui kebijakan 4K (Ketersediaan barang, Keterjangkauan harga, Kelancaran distribusi dan Komunikasi yang efektif). Hal itu dilakukan antara lain dengan mengadakan operasi pasar murah dan Gerakan Tanam Pangan Cepat Panen (Genta Paten) di lahan milik Pemerintah.
Langkah lain yang dilakukan termasuk penguatan pemantauan ketersediaan stok serta perluasan distribusi cadangan pangan pemerintah melalui mitra distributor, toko pangan kita, dan pengecer. “Selain itu, optimalisasi bantuan transportasi untuk mendorong kelancaran distribusi pangan,” kata Erwin Soeriadimadja.
Selain itu peningkatan sarana dan prasarana produksi pangan, penyebarluasan informasi pelaksanaan operasi pasar murah kepada masyarakat diiringi imbauan belanja bijak. Serta mendorong integrasi data dan informasi khususnya neraca pangan juga terus dilakukan.
“Melalui langkah-langkah tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi Provinsi Bali tahun 2024 tetap terjaga dalam kisaran target inflasi nasional 2,5%±1%,” tandas Erwin Soeriadimadja. K17.
Komentar