Desa Adat Kuta Gelar Pentas Seni
Rutin Setiap Minggu, Libatkan Para Seniman dari Tujuh Sanggar Seni
MANGUPURA, NusaBali - Dalam upaya melestarikan seni dan budaya, Desa Adat Kuta menggelar pentas seni rutin setiap Minggu.
Pementasan ini dihelat di panggung terbuka Majelangu area Pura Segara Desa Adat Kuta, Kecamatan Kuta. Program ini digerakkan oleh tim kesenian desa yang dengan semangat tinggi menampilkan kesenian tradisional khas Bali.
Koordinator Tim Kesenian Desa Adat Kuta I Gusti Made Dharma Putra, menjelaskan pentas seni ini merupakan inisiatif dari Bendesa Adat Kuta, yang ingin melibatkan seniman lokal. “Pentas seni ini diakomodir oleh tim kesenian desa dengan tujuan mengeksekusi inisiasi dari Jro Bendesa yang berharap seniman-seniman di Desa Adat Kuta dapat tampil dan menunjukkan kebolehannya di panggung ini,” ujarnya, Minggu (8/12) sore.
Dharma Putra mengatakan pentas seni yang sudah mulai berjalan sejak Agustus lalu melibatkan seniman-seniman dari tujuh sanggar seni yang ada di Desa Adat Kuta. Sanggar-sanggar tersebut menampilkan bentuk kesenian tradisional khas Bali, salah satunya adalah Tari Kecak inovatif yang menceritakan kisah epik Subali dan Sugriwa.
Meskipun pementasan sebelumnya berjalan lancar, akhir-akhir ini tim kesenian menghadapi tantangan dengan kondisi cuaca yang tak menentu. Lokasi panggung yang dekat dengan pesisir pantai membuat pementasan terkadang terganggu oleh angin kencang.
“Hari ini (kemarin) keberadaan cuaca tidak memungkinkan karena kita berada dekat dengan pesisir pantai, sehingga angin kencang menyulitkan pementasan ini bisa dilaksanakan atau dipentaskan. Semoga di Minggu berikutnya cuaca baik, sehingga kita bisa menyajikan kesenian kecak ini,” harap Dharma Putra.
Terpisah, Bendesa Adat Kuta Komang Alit Ardana menyampaikan rasa bangganya terhadap semangat para tim kesenian desa yang dengan antusias mempertahankan tradisi seni di desa mereka. “Pementasan di hari Minggu tetap kami lakukan. Memang masih mencari pola, tetapi yang terpenting adalah semangat sekaa teruna di Desa Adat Kuta. Semangat mereka untuk terus berkarya adalah kebanggaan bagi saya,” ujarnya.
Menurut Alit Ardana, pentas seni ini tidak berorientasi pada keuntungan semata. Namun, guna membantu keberlangsungan sanggar seni di Kuta, sistem tiket dirancang dengan kolaborasi bersama hotel-hotel di sekitar Kuta. Tiket dijual dengan harga fleksibel berdasarkan kesepakatan dengan pihak hotel. Harga dasar tiket ditetapkan Rp 100 ribu per orang, baik untuk wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan domestik (wisdom). Namun, jika ada wisatawan yang datang langsung tanpa tiket, mereka dapat menonton secara gratis.
Alit Ardana lebih lanjut mengatakan, pentas seni terbuka untuk siapa saja. Selain menjadi hiburan bagi wisatawan, program ini bertujuan agar sanggar-sanggar seni di Desa Adat Kuta tetap eksis dan memiliki ciri khas tersendiri. Evaluasi rutin dilakukan untuk meningkatkan daya tarik pertunjukan. “Kami ingin ada keunikan tersendiri dari penampilan seni di Kuta, sehingga bisa menjadi daya tarik wisata yang berbeda,” ujarnya.
Sejauh ini animo masyarakat terhadap pentas seni tersebut terus meningkat sejak pertama kali diadakan pada Agustus lalu. Program ini menjadi bukti nyata upaya Desa Adat Kuta dalam melestarikan seni budaya sekaligus memperkuat identitas lokal di tengah derasnya arus pariwisata.
“Semua pendapatan dari pementasan dikembalikan ke sanggar seni. Desa tidak mengambil keuntungan dari sini. Justru desa memberikan modal awal untuk mendukung program ini,” tegasnya. 7 ol3
1
Komentar