Excavator Pengkavling Diduga Dibakar
Dibakarnya alat berat ini diduga terkait penolakan warga terhadap perataaan lahan sekitar seluas 1 hektare di dekat areal sungai.
NEGARA, NusaBali
Sebuah Excavator yang digunakan membuka lahan kavlingan di areal perkebunan dekat Sungai Pancardawa, Lingkungan Pancardawa, Kelurahan Pendem, Jembrana, tiba-tiba terbakar, Senin (11/1) tengah malam. Penyebab kebakaran alat berat itu masih misterius. Namun ada dugaan, alat berat berukuran sedang itu telah sengaja dibakar orang tak dikenal.
Berdasar informasi, terbakarnya Excavator di lahan tebing bekas perkebunan jati itu, diketahui sejumlah warga setempat sekitar pukul 23.00 Wita. Warga mengetahuinya, setelah sempat mendengar suara ledakan dari alat berat yang sudah diamuk api tersebut. Warga kemudian menghubungi Pemadam Kebakaran Kantor Sat Pol PP Jembrana, yang lanjut menerjunkan dua unit mobil pemadan kebakaran, hingga api berhasil dipadamakan memasuki Selasa (12/1) dinihari.
Beberapa warga sekitar yang sempat ditemui Selasa kemarin, mengaku, tidak mengetahui pasti penyebab kebakaran tersebut. Namun diduga ada yang sengaja membakar alat berat tersebut. Ini dikaitkan dengan kramang-kriming penolakan warga terhadap perataaan lahan sekitar seluas 1 hektare di dekat areal sungai tersebut. Logikanya, tidak mungkin ketika alat berat yang dalam keadaan mati, kemudian mengalami korsleting, terlebih saat kondisi suhu dingin pada malam hari.
Kepala Lingkungan Pancardawa, Putu Sagung Suparyasa, yang juga sempat datang ke lokasi sekitar pukul 00.00 Wita setelah mendengar informasi dari warganya, juga mengaku tidak berani memastikan penyebab kebakarannya. Namun, diakui, sejak lahan bekas kebun jati yang informasinya berpindahtangan menjadi milik seorang warga dari Desa Petang, Badung, dan mulai diratakan sejak dua minggu lalu, banyak warga yang komplin kepadanya.
Komplinnya, berkaitan dengan perataan sampai menyentuh pinggir sungai, yang dulunya bekas jalan desa. Warga juga mempermasalahkan kondisi lahan perkebunan penyanding yang menjadi sangat tinggi, dibanding lahan yang tinggal sedikit lagi diratakan tersebut. Masalah ini, katanya, juga belum sempat disampaikan kepada pihak pengelola lahan tersebut. Pasalnya, pihaknya memang tidak pernah diajak berkoordinasi oleh pengelola ataupun penanggunjawab, yang baru diketahui dari informasi warga saja. “Dari jual beli, kemudian ada pemerataan sampai alat berat masuk, tidak pernah ada komunikasi apapun,” ujar Putu Sagung Suparyasa. 7 ode
Komentar