Bunga Bangkai Tumbuh di Merajan Warga di Badung, Keluarkan Bau Bangkai Kucing
MANGUPURA, NusaBali.com - Beberapa bunga bangkai tumbuh dan mekar di kebun tempat suci keluarga (merajan) seorang warga di Desa Selat, Kecamatan Abiansemal, Badung setelah beberapa tahun lalu kebun itu ditanami tumbuhan pangan alternatif, suweg.
Bunga bangkai ini muncul di kebun merajan milik Nyoman Rasni, 70. Warga Banjar Tegal, Desa Selat yang tinggal sendiri di rumahnya lantaran anak cucunya merantau ke kota dan daerah lain.
Rasni menuturkan, bunga bangkai ini sudah tumbuh beberapa kali namun ia tidak tahu mengapa tumbuhan yang disebut lading oleh warga setempat itu muncul di kebun merajannya. Tetapi, perempuan berusia senja ini menilai kemungkinan karena kebunnya ditanami suweg.
“Ya dulu sempat menanam suweg karena umbinya itu bisa dimakan. Sekarang juga masih tumbuh. Bunga bangkai ini orang sini bilang lading, juga dibilang bunga suweg,” kata Rasni ketika dikunjungi NusaBali.com bersama Nyoman Antara, 53, warga desa setempat asal Banjar Selat Anyar, Rabu (11/12/2024).
Bunga suweg ini tumbuh di dekat pohon suweg (Amorphophallus paeoniifolius) di kebun merajan Rasni. Sekilas bunga suweg yang hendak mekar terlihat memiliki bagian menyerupai otak berwarna merah hati. Bagian mirip otak ini diselimuti daun pembungkus.
Ketika sudah mekar sempurna, bagian mirip otak tadi jadi kering dan mengkerut dan terlihat batang penyangganya. Bagian pembungkus terbuka penuh seperti piringan mengelilingi bagian mirip otak itu. Sehingga, bunga suweg ini tak hayal sangat mirip bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum).
“Kalau hujan-hujan itu mengeluarkan bau, seperti bau bangkai kucing. Serumah ini bisa tercium baunya,” jelas Rasni.
Ditelusuri dari berbagai sumber, suweg dan bunga bangkai raksasa memang masih satu kerabat. Keduanya sama-sama suku talas-talasan (Araceae) dan juga bermarga sama yakni Amorphophallus yang memiliki ratusan spesies, termasuk A. paeoniifolius (suweg) dan A. titanum (bunga bangkai raksasa).
Karena sama-sama bermarga Amorphophallus, keduanya juga berbagi sifat yang sama yakni mengeluarkan bau tidak sedap seperti bangkai pada waktu tertentu. Dalam kasus suweg, ia memiliki dua fase yakni fase generatif (bunga) dan fase vegetatif (daun).
Bunga bangkai jenis suweg ini adalah fase generatif dari tumbuhan suweg itu sendiri. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila kebun di merajan Rasni yang ditanami suweg, juga ikut tumbuh bunga bangkai.
Pada fase generatif, suweg menyerupai bunga bangkai raksasa dengan ukuran beragam namun jauh lebih kecil dari bunga bangkai raksasa. Bunga suweg yang ditemui di kebun merajan Rasni rata-rata seukuran bola basket.
Saat fase vegetatif, suweg berbentuk menyerupai tumbuhan porang yang juga masih satu kerabat. Sama seperti porang, umbi suweg dapat diolah menjadi bahan pangan alternatif.
“Tidak pernah saya apa-apakan sampai bunga suwegnya kering dan hilang. Hanya umbinya yang saya tahu bisa diolah,” tandas Rasni. *rat
Rasni menuturkan, bunga bangkai ini sudah tumbuh beberapa kali namun ia tidak tahu mengapa tumbuhan yang disebut lading oleh warga setempat itu muncul di kebun merajannya. Tetapi, perempuan berusia senja ini menilai kemungkinan karena kebunnya ditanami suweg.
“Ya dulu sempat menanam suweg karena umbinya itu bisa dimakan. Sekarang juga masih tumbuh. Bunga bangkai ini orang sini bilang lading, juga dibilang bunga suweg,” kata Rasni ketika dikunjungi NusaBali.com bersama Nyoman Antara, 53, warga desa setempat asal Banjar Selat Anyar, Rabu (11/12/2024).
Bunga suweg ini tumbuh di dekat pohon suweg (Amorphophallus paeoniifolius) di kebun merajan Rasni. Sekilas bunga suweg yang hendak mekar terlihat memiliki bagian menyerupai otak berwarna merah hati. Bagian mirip otak ini diselimuti daun pembungkus.
Ketika sudah mekar sempurna, bagian mirip otak tadi jadi kering dan mengkerut dan terlihat batang penyangganya. Bagian pembungkus terbuka penuh seperti piringan mengelilingi bagian mirip otak itu. Sehingga, bunga suweg ini tak hayal sangat mirip bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum).
“Kalau hujan-hujan itu mengeluarkan bau, seperti bau bangkai kucing. Serumah ini bisa tercium baunya,” jelas Rasni.
Ditelusuri dari berbagai sumber, suweg dan bunga bangkai raksasa memang masih satu kerabat. Keduanya sama-sama suku talas-talasan (Araceae) dan juga bermarga sama yakni Amorphophallus yang memiliki ratusan spesies, termasuk A. paeoniifolius (suweg) dan A. titanum (bunga bangkai raksasa).
Karena sama-sama bermarga Amorphophallus, keduanya juga berbagi sifat yang sama yakni mengeluarkan bau tidak sedap seperti bangkai pada waktu tertentu. Dalam kasus suweg, ia memiliki dua fase yakni fase generatif (bunga) dan fase vegetatif (daun).
Bunga bangkai jenis suweg ini adalah fase generatif dari tumbuhan suweg itu sendiri. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila kebun di merajan Rasni yang ditanami suweg, juga ikut tumbuh bunga bangkai.
Pada fase generatif, suweg menyerupai bunga bangkai raksasa dengan ukuran beragam namun jauh lebih kecil dari bunga bangkai raksasa. Bunga suweg yang ditemui di kebun merajan Rasni rata-rata seukuran bola basket.
Saat fase vegetatif, suweg berbentuk menyerupai tumbuhan porang yang juga masih satu kerabat. Sama seperti porang, umbi suweg dapat diolah menjadi bahan pangan alternatif.
“Tidak pernah saya apa-apakan sampai bunga suwegnya kering dan hilang. Hanya umbinya yang saya tahu bisa diolah,” tandas Rasni. *rat
Komentar