Buleleng Masih Aman Dari Gelombang Pasang
BPBD Kuatkan Fungsi Relawan Destana
SINGARAJA, NusaBali - Gelombang air laut di pesisir Buleleng hingga saat ini masih dikategorikan normal dan aman.
Tidak ada tanda-tanda gelombang pasang yang dipicu karena hujan deras dan cuaca ekstrem belakangan ini. Meski demikian, nelayan di Buleleng tetap diimbau untuk berhati-hati dan dianjurkan tidak melaut jika cuaca tak mendukung.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Putu Ariadi Pribadi, mengatakan gelombang laut Buleleng memang lebih stabil dengan laut Bali Selatan yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia. Sedangkan laut Buleleng berhadapan dengan laut Indonesia. Sehingga potensi gelombang pasang lebih rendah dari laut Bali Selatan.
“Sejauh ini curah hujan dan gelombang air laut masih normal. Tetapi kami terus monitor info-info dari BMKG. Imbauan ke nelayan sifatnya hanya peringatan dini untuk tetap waspada saat melaut,” ucap Ariadi.
Menurut Ariadi peristiwa gelombang pasang di laut Buleleng yang memicu abrasi dan naiknya permukaan air laut terjadi kisaran bulan Januari-Februari. Namun kondisi tersebut tidak bisa dipastikan karena cuaca terus berubah-ubah.
Prediksi puncak musim penghujan di Desember-Januari, BPBD Buleleng lebih menekankan penguatan kapasitas lintas sektor dalam pencegahan dan penanganan bencana. Terutama potensi bencana longsor, pohon tumbang hingga banjir dampak hujan deras.
“Rapat sosialisasi dan koordinasi sudah kami gelar bersama Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk penanganan bencana yang kolaboratif bersama Dinas PUTR, KLH, Dinas Sosial, Dinas Pariwisata. Termasuk kesiapsiagaan relawan di Destana (Desa Tangguh Bencana) dan Palang Merah Indonesia (PMI),” terang Ariadi.
Relawan-relawan di 6 Destana yang sudah terbentuk disiagakan kembali. Masyarakat dataran tinggi yang tinggal di kawasan rawan longsor diingatkan kembali selalu waspada dan hati-hati. Mereka yang tinggal di lereng-lereng bukit dianjurkan untuk mengungsi ke tempat yang aman jika hujan deras mengguyur dengan waktu yang lama.
Sedangkan masyarakat di permukiman dataran rendah dan padat penduduk juga diimbau untuk melakukan pembersihan lingkungan. Kegiatan ini dikoordinasikan dengan pemerintah desa dan kelurahan. Upaya pencegahan ini disebut Ariadi untuk mengurangi volume bencana dan kerugian dampak bencana.7 k23
Komentar