Gebug Ende di Tempat Gelap
Semua lampu panggung dan gedung Ksirarnama, Taman Budaya, Denpasar dipadamkan.
Keberanian Keluar Dari Ikatan Tradisi
DENPASAR, NusaBali
Anak-anak muda dari Komunitas Seni Dewari Swari dan Sekar dari Banjar Mijil, Sidemen, Karangasem menyajikan pertunjukkan inovatif yang berani keluar dari ikatan tradisi. Mereka menampilkan pertunjukkan inovatif bertajuk ‘Gebug Light-Bala Samar’ di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Bali, Minggu (27/8) malam.
Secara garis besar pertunjukan menampilkan empat garapan, yaitu tabuh kreasi, tabuh kreasi berkolaborasi dengan tari topeng eksprimental, seni akapela dan pementasan ‘Gebug Light-Bala Samar’ itu sendiri. Menurut kordinator Komunitas seni Dewari Swari dan Sekar, I Komang Kusuma Adi, ide pertunjukkan inovatif ini berawal dari tahun 2016. “Kami menampilkan seni tradisi gebug ende dalam konsep gelap. Jika selama ini seni tradisi Bali selalu dipentaskan di tempat terang, maka kami mencoba menampilkan di tempat gelap seperti di pentas-pentas gemerlap dunia malam. Sehingga seni tradisi Bali dapat diterima oleh semua kalayak,” terangnya.
Penampilan mereka malam itu memang benar-benar gelap. Semua lampu panggung dan gedung Ksirarnama, Taman Budaya, Denpasar dipadamkan. Hasilnya, pendar-pendar cahaya beraneka warna yang menyelimuti pakaian dan asesoris penari menjadi menonjol mengikuti gerak tarian yang berakar dari tradisi gebug ende. “Kami memang sengaja mencoba sesuatu yang baru agar tidak bosan tetapi tetap berakar pada tradisi kami,” katanya.
Keberanian keluar dari ikatan tradisi mendapat apresiasi dari penamat seni, Prof Dr I Wayan Dibia SST MA. “Saya apreasiasi karena mereka anak muda yang dikelilingi oleh tradisi yang kuat, tapi ingin mencoba membuat sesautu yang baru yang keluar dari ikatan-ikatan tradisi. Itu adalah sebuah keberanian,” ujar Dibia.
Meski demikian, Dibia mengakui bahwa hasilnya masih relatif. Seperti soal kerapian dan keutuhan peruntujukan, transisi yang masih lama sehingga pertunjukkan kurang padat. Contoh lain yaitu penghayatan dari karakter topeng yang berbeda tetapi diwujudkan dalam gerak yang sama oleh si penari dari awal sampai akhir. “Tetapi tetap perlu diapresiasi karena keberanian mereka dalam melakukan inovasi keluar dari seni tradisi,” tandasnya. *in
1
Komentar