ST Satya Dharma Kerti Banjar Kaja Sesetan Siapkan Karya Ogoh-Ogoh Terbaik Tanpa Mengejar Juara
DENPASAR, NusaBali.com – Dalam menyambut Tahun Baru Caka 1947, Sekaa Teruna (ST) Satya Dharma Kerti dari Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar Selatan, terus mematangkan persiapan ogoh-ogoh mereka. Dengan konsep karya terbaik tanpa menggebu-gebu mengejar juara, ST Satya Dharma Kerti berupaya menghadirkan karya yang mencerminkan dedikasi dan kreativitas, menjadikan proses pembuatan sebagai inti dari semangat berkarya.
Ketua ST Satya Dharma Kerti, I Kadek Nando Arie Gunawan, mengungkapkan bahwa pengerjaan ogoh-ogoh dimulai sejak 21 November 2024 dan kini telah mencapai setengah jalan.
“Kami menampilkan empat karakter tokoh—tiga tokoh manusia dan satu tokoh hewan—dengan bagian karakter manusia di bawah dibuat menggunakan sistem bongkar pasang untuk mempermudah mobilisasi,” jelas Nando saat diwawancarai pada Kamis (5/12/2024).
Fokus pada Proses, Bukan Sekadar Juara
Dengan anggaran kasar sebesar Rp 50 juta, hingga saat ini pengerjaan ogoh-ogoh telah menghabiskan Rp 5 juta. Nando menyebut bahwa perubahan sistem lomba menjadi tarung bebas dengan tambahan nominasi di tahun 2025 memberikan ruang lebih besar untuk menampilkan karya maksimal.
“Kami menyambut positif perubahan ini. Bagi kami, juara hanyalah bonus. Yang terpenting adalah bagaimana kami menjalani proses berkarya dengan serius dan maksimal,” ujar Nando.
Ia juga menekankan bahwa tradisi pembuatan ogoh-ogoh bukan sekadar lomba, melainkan medium untuk mempererat solidaritas antaranggota STT dan menyatukan elemen seni dalam satu karya.
Keseimbangan antara Tradisi dan Inovasi
Setiap tahun, ST Satya Dharma Kerti tidak hanya terlibat dalam pembuatan ogoh-ogoh, tetapi juga menyelenggarakan tradisi Omed-Omedan yang rutin diadakan pada Ngembak Geni, sehari setelah Hari Raya Nyepi. “Keseimbangan antara dua kegiatan ini menjadi tantangan tersendiri bagi kami, tetapi kami selalu berupaya memberikan yang terbaik,” kata Nando.
Ia berharap tahun 2025 menjadi awal yang baik bagi seluruh ST di Bali untuk terus berkarya, khususnya setelah keberhasilan pemilu serentak. “Semoga di tahun mendatang, karya-karya kami dapat terus menjadi kebanggaan masyarakat Banjar dan kota Denpasar,” tambahnya.
Harapan dan Evaluasi
Sebagai langkah evaluasi, Nando mengingatkan pentingnya menjaga kekompakan dan fokus selama proses pengerjaan ogoh-ogoh yang berlangsung tiga hingga empat bulan. Ia juga berharap agar tidak ada kendala yang menghambat.
“Kami ingin ogoh-ogoh ini dapat menyatukan seluruh aspek seni—mulai dari kreativitas, kolaborasi, hingga dedikasi—dalam sebuah karya yang bermakna,” pungkasnya.
Dengan pendekatan yang menonjolkan proses ketimbang hasil akhir, ST Satya Dharma Kerti menunjukkan bahwa tradisi ogoh-ogoh tidak hanya tentang kompetisi, tetapi juga tentang semangat berkarya dan mempererat kebersamaan di dalam warga Banjar. *m03
Komentar