Visi Indonesia Emas dalam Bingkai Tri Hita Karana
Forum Merajut Masa Depan Indonesia
Dewan Pembina UID Mari Elka Pangestu menyatakan, Tri Hita Karana sejalan dnegan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (SDGs).
DENPASAR, NusaBali
Ratusan pemimpin, pemikir, dan aktivis dari berbagai penjuru dunia berkumpul dalam Forum Merajut Masa Depan Indonesia yang diselenggarakan oleh United In Diversity (UID) Foundation, di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kura Kura Bali, Serangan, Denpasar Selatan, Minggu (15/12). Dengan mengadopsi nilai-nilai luhur Tri Hita Karana, forum ini menjadi wadah bagi seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen bersama dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Diawali dengan doa bersama lintas agama, forum menciptakan suasana harmoni dan toleransi. Para tokoh nasional kemudian berbagi pandangan mendalam dalam panel diskusi, membahas isu-isu strategis yang dihadapi bangsa. Peserta aktif bertukar pikiran dalam dialog yang bertujuan untuk merancang solusi inovatif untuk berbagai permasalahan.
Dewan Pembina UID dan sekaligus Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional Mari Elka Pangestu, menekankan nilai-nilai Tri Hita Karana dapat menjadi pedoman dalam menghadapi tantangan masa kini.
“Tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) memberikan kita peta jalan menuju masa depan yang lebih berkelanjutan. Tri Hita Karana sejalan dengan prinsip-prinsip SDGs. Dengan mengutamakan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan, kita dapat berkontribusi secara signifikan dalam mencapai tujuan global tersebut,” ujarnya.
Indonesia dengan kekayaan budaya dan sumber daya alam yang melimpah, kata Elka Pangestu, kini berada di ambang transformasi besar menuju Indonesia Emas 2045. Untuk mencapai visi ini, diperlukan kolaborasi yang kuat dari seluruh elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat sipil. Sinergi yang erat akan menjadi kunci untuk mengatasi berbagai tantangan kompleks seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan, dan disrupsi teknologi.
Acara yang dilangsungkan di Three Mountains, Kura Kura Bali ini juga dihadiri Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid yang menyampaikan dukungan penuh dalam visi yang sama untuk menciptakan persatuan dan harmoni.
“Forum Merajut Masa Depan Indonesia, mengingatkan kita semua akan semangat Bhinneka Tunggal Ika. Sebagai bangsa yang kaya akan keberagaman agama, budaya, dan suku, Indonesia telah membuktikan bahwa perbedaan justru menjadi kekuatan untuk saling memahami dan menghargai,” ucapnya.
Dukungan terhadap forum ini dianggap penting karena kita semua dihadapkan pada kondisi global yang semakin kompleks.
“Tantangan-tantangan ini menuntut kita untuk mencari solusi yang tidak hanya berakar pada inovasi, tetapi juga pada nilai-nilai toleransi, kolaborasi, dan kemanusiaan. Kami sangat mengapresiasi upaya UID dalam memfasilitasi dialog dan kerja sama antarberbagai pihak untuk mengatasi permasalahan global ini,” kata Meutya.
Forum Merajut Masa Depan Indonesia menjadi kelanjutan Tri Hita Karana Universal Reflection Journey (THK U) atau Forum THK yang berlangsung sehari sebelumnya. Forum ini turut didukung oleh para tokoh nasional yang memiliki peran strategis dalam pembangunan bangsa. Di antaranya, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie, Wakil Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Mugiyanto, VP, Public Affairs, Communications, and Sustainability for Indonesia, Coca-Cola Europacific Partners Lucia Karina, dan Direktur Self Learning Institute M Irvan Efrizal.
Ketua UID Tantowi Yahya mengatakan pertemuan yang dilakukan bukan hanya untuk sebuah acara, tetapi untuk tujuan bersama, sebuah momen untuk kembali terhubung.
“Kehadiran Anda di sini, dari berbagai penjuru dunia, mencerminkan komitmen kolektif kita untuk menciptakan masa depan yang lebih harmonis dan berkelanjutan,” ujarnya.
‘Merajut Masa Depan Indonesia’ merupakan bagian dari upaya berkelanjutan dari UID sejak tahun 2018. Melalui berbagai inisiatif, UID berupaya untuk mendorong kolaborasi lintas sektor dan mempromosikan nilai-nilai kebhinekaan.
“Kami berharap forum ini dapat menjadi titik awal bagi terciptanya sinergi yang lebih kuat antara pemerintah, swasta, masyarakat sipil, dan akademisi dalam membangun Indonesia yang lebih baik,” kata Tantowi. 7
Komentar