Permintaan Sapi Bali Naik Jelang Idul Adha
Permintaan sapi jelang Idul Adha 2017 naik hingga 100 persen lebih. Namun sapi Bali yang boleh dikirim ke luar harus memiliki berat 350 kg dan lolos pemeriksaan kesehatan.
MANGUPURA, NusaBali
Menjelang Hari Raya Idul Adha 1438 Hijriyah yang jatuh pada 1 September 2017, permintaan sapi Bali meningkat 100 persen. Tingginya permintaan ini selain untuk kebutuhan lokal, kebanyakan sapi juga dikirim ke luar Bali menuju kota-kota besar baik di Jawa maupun Kalimantan.
Lonjakan penjualan ini diakui Dirut PD Pasar Badung I Made Sutarma terjadi di Pasar Hewan Beringkit, Mengwi, Senin (28/8). “Lonjakan sampai 100 persen dari rata-rata 1.000 ekor menjadi 2.500 saat pasaran (Rabu-Minggu),” aku Sutarma.
Kendati terjadi lonjakan permintaan, namun tak semua sapi Bali bisa dikirim ke luar. Menurut ketentuan, sapi yang dapat dijual ke luar Bali ini harus memiliki berat minimal 350 kilogram dan lolos pemeriksaan kesehatan hewan.
Selain dari peternak di Badung, sapi yang dipasarkan lewat Pasar Hewan Beringkit juga berasal Nusa Penida (Kabupaten Klungkung), Singaraja (Kabupaten Buleleng), Bangli, serta Karangasem. Dari mana yang paling banyak? “Kami mencatat dari Nusa Penida paling banyak,” imbuhnya. Menurutnya, lonjakan permintaan ini lumrah terjadi menjelang Hari Raya Idul Adha. Tahun lalu pun begitu.
Disinggung terkait harga, pejabat asal Gulingan, Mengwi, ini mengatakan masih stabil Rp 45 ribu per kilogram. “Kalau harga rata-rata Rp 45 ribu per kilogram untuk sapi hidup,” kata Sutarma. Artinya, jika dihitung kasar berdasarkan ketentuan minimal berat sapi yang boleh dikirim keluar, maka per ekor sapi Bali rata-rata senilai Rp 15 juta lebih.
Terkait stok, Sutarma mematikan tidak ada masalah. Sebab selama ini Pasar Hewan Beringkit selalu ‘dibanjir’ para penjual sapi antarkabupaten. “Stok sapi sebenarnya banyak, tapi terbentur dengan kuota, jadi tidak bisa dijual keluar semua,” ujarnya. Dia menyatakan, sapi yang dikirim ke luar Bali sepenuhnya telah ditetapkan Pemerintah Provinsi Bali.
Nah, menjelang Hari Raya Idul Adha, Pemkab Badung juga telah membentuk tim khusus untuk memeriksa kesehatan hewan kurban di Gumi Keris. Sebanyak 140-an petugas disiapkan di bawah leading sector Dinas Pertanian dan Pangan Badung.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gede Asrama, menyatakan petugas terdiri dari para relawan, mahasiswa, dan dokter hewan. “Kami sudah bersurat ke Unud agar bersedia mengirimkan 100 mahasiswanya membantu melakukan pemeriksaan hewan kurban,” katanya.
Asrama menjelaskan, pemeriksaan hewan kurban akan dilakukan dua tahap yakni antemortem (pemeriksaan sebelum disembelih) dan postmortem (setelah disembelih). Pemeriksaan antemortem untuk melihat ciri-ciri fisik apakah hewan tersebut dalam kondisi sakit atuu tidak. Sementara pada pemeriksaan postmortem, ialah berupa pemeriksaan organ dalam hewan kurban. *asa
Lonjakan penjualan ini diakui Dirut PD Pasar Badung I Made Sutarma terjadi di Pasar Hewan Beringkit, Mengwi, Senin (28/8). “Lonjakan sampai 100 persen dari rata-rata 1.000 ekor menjadi 2.500 saat pasaran (Rabu-Minggu),” aku Sutarma.
Kendati terjadi lonjakan permintaan, namun tak semua sapi Bali bisa dikirim ke luar. Menurut ketentuan, sapi yang dapat dijual ke luar Bali ini harus memiliki berat minimal 350 kilogram dan lolos pemeriksaan kesehatan hewan.
Selain dari peternak di Badung, sapi yang dipasarkan lewat Pasar Hewan Beringkit juga berasal Nusa Penida (Kabupaten Klungkung), Singaraja (Kabupaten Buleleng), Bangli, serta Karangasem. Dari mana yang paling banyak? “Kami mencatat dari Nusa Penida paling banyak,” imbuhnya. Menurutnya, lonjakan permintaan ini lumrah terjadi menjelang Hari Raya Idul Adha. Tahun lalu pun begitu.
Disinggung terkait harga, pejabat asal Gulingan, Mengwi, ini mengatakan masih stabil Rp 45 ribu per kilogram. “Kalau harga rata-rata Rp 45 ribu per kilogram untuk sapi hidup,” kata Sutarma. Artinya, jika dihitung kasar berdasarkan ketentuan minimal berat sapi yang boleh dikirim keluar, maka per ekor sapi Bali rata-rata senilai Rp 15 juta lebih.
Terkait stok, Sutarma mematikan tidak ada masalah. Sebab selama ini Pasar Hewan Beringkit selalu ‘dibanjir’ para penjual sapi antarkabupaten. “Stok sapi sebenarnya banyak, tapi terbentur dengan kuota, jadi tidak bisa dijual keluar semua,” ujarnya. Dia menyatakan, sapi yang dikirim ke luar Bali sepenuhnya telah ditetapkan Pemerintah Provinsi Bali.
Nah, menjelang Hari Raya Idul Adha, Pemkab Badung juga telah membentuk tim khusus untuk memeriksa kesehatan hewan kurban di Gumi Keris. Sebanyak 140-an petugas disiapkan di bawah leading sector Dinas Pertanian dan Pangan Badung.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Badung I Gede Asrama, menyatakan petugas terdiri dari para relawan, mahasiswa, dan dokter hewan. “Kami sudah bersurat ke Unud agar bersedia mengirimkan 100 mahasiswanya membantu melakukan pemeriksaan hewan kurban,” katanya.
Asrama menjelaskan, pemeriksaan hewan kurban akan dilakukan dua tahap yakni antemortem (pemeriksaan sebelum disembelih) dan postmortem (setelah disembelih). Pemeriksaan antemortem untuk melihat ciri-ciri fisik apakah hewan tersebut dalam kondisi sakit atuu tidak. Sementara pada pemeriksaan postmortem, ialah berupa pemeriksaan organ dalam hewan kurban. *asa
Komentar