Proyek Resto Apung Ancam Destinasi Selancar Dunia di Pantai Keramas
GIANYAR, NusaBali.com - Pantai Keramas, yang dikenal sebagai salah satu destinasi selancar terbaik dunia dan pernah menjadi tuan rumah seri ke-3 World Surf League (WSL) pada 2019, kini terancam akibat rencana pembangunan restoran terapung dan wisata air di kawasan tersebut. Proyek ini dapat merusak zona selancar yang telah menjadi daya tarik utama bagi para peselancar, baik lokal maupun internasional.
Rencana pembangunan tersebut pertama kali diungkapkan dalam sosialisasi yang digelar Pemerintah Desa Keramas di Wantilan Pura Desa Keramas pada Minggu (15/12/2024). Sosialisasi ini dihadiri oleh berbagai pihak, termasuk Perbekel Keramas I Gusti Putu Sarjana, Ketua BPD, LPM, PKK, Karang Taruna Desa Keramas, serta perwakilan dari Komune Resort Gianyar dan Keramas Surfing Club (KSC).
Dalam acara tersebut, investor yang mengusulkan proyek ini mengajukan surat kepada Bendesa Adat Keramas pada 2 Desember 2024, yang menginformasikan tentang rencana pembangunan resto terapung dan wisata air di Pantai Keramas. Sebelumnya, pihak investor juga telah menggelar pertemuan pada 21 November 2024 untuk membahas penjajakan proyek tersebut.
Namun, rencana ini menuai penolakan keras dari berbagai pihak, termasuk pemilik dan staf Komune Resort Gianyar. Mereka mengajukan keberatan resmi terkait proyek tersebut, yang dianggap dapat menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial, ekonomi, dan warisan budaya di Pantai Keramas.
Menurut pemilik dan staf Komune Resort, salah satu dampak besar dari pembangunan marina yang diusulkan adalah kerusakan pada zona energi gelombang tinggi yang mendukung aktivitas selancar, serta penghancuran ekosistem terumbu lava yang ada di kawasan tersebut.
“Keramas dikenal sebagai salah satu lokasi selancar terbaik di dunia yang telah menjadi tuan rumah tiga acara World Surf League. Marina ini akan menghancurkan ombak selancar secara permanen, mengakibatkan hilangnya ribuan wisatawan setiap tahun dan dampak buruk pada industri pariwisata selancar di Bali,” ujar mereka dalam pernyataan yang disampaikan kepada media pada 15 Desember 2024.
Selain dampak lingkungan, proyek tersebut juga dianggap mengancam mata pencaharian masyarakat setempat yang bergantung pada sektor pariwisata selancar. Kehadiran restoran terapung dan wisata air dinilai akan merusak citra kawasan tersebut sebagai destinasi surfing dunia.
Lebih lanjut, mereka juga menyuarakan kekhawatiran terkait eksistensi Pura Masceti, yang merupakan salah satu situs spiritual penting di kawasan itu. "Marina ini dapat mengancam warisan budaya dan spiritual di Keramas, yang sudah lama dihormati oleh masyarakat setempat," tambah mereka.
Dari sisi teknis, pihak Komune Resort juga mempertanyakan kelayakan proyek ini, dengan membandingkan desain yang diajukan dengan pelabuhan di Sanur yang dinilai kurang sesuai dengan kondisi geografis Pantai Keramas.
Sebagai alternatif, pihak yang keberatan dengan proyek ini mengusulkan agar investor mempertimbangkan lokasi di utara Keramas yang memiliki perairan lebih tenang dan tidak akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, ekonomi, atau warisan budaya.
Komentar