Melancip Pemahaman ‘Nandurin Karang Awak’
DI sela-sela kemerosotan karakter, seperti ketekunan, ketahanan, dan kemandirian di kalangan generasi muda Bali, filosofi ‘nandurin karang awak’ dapat dijadikan titik bermula pembelajaran bermakna.
Filosofi ‘nandurin karang awak’ diperkenalkan oleh Ida Pedanda Made Sidemen, seorang pendeta dan sastrawan terkemuka asal Bali. Konsep ini muncul dalam karyanya yang berjudul ‘Selampah Laku’, sebuah geguritan (puisi tradisional Bali) yang mendalam. Dalam karya tersebut, beliau menekankan pentingnya introspeksi dan pengembangan diri, mendorong setiap individu untuk ‘menanami’ atau mengolah potensi dalam diri mereka sendiri.
Teknologi digital berkembang amat fantastis. Teknologi digital telah menciptakan perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan di bidang internet, kecerdasan buatan, komputasi awan, dan perangkat seluler telah membuka kemungkinan yang sebelumnya sulit dibayangkan. Sayangnya, kreativitas generasi Z terkesan lamban dan bahkan kedodoran. Banyaknya informasi membebani pikiran mereka, sehingga mengurangi kemampuan untuk fokus dan berinovasi. Dalam kondisi over-stimulated, kreativitas cenderung berkurang karena sulitnya memilih dan memilah informasi yang benar-benar relevan. Tambahan pula, ketergantungan pada teknologi canggih seperti artificial intelligence (AI) dan perangkat pintar terkadang membuat mereka kehilangan keterampilan berpikir kritis dan inovatif secara mandiri. Mereka mungkin lebih bergantung pada aplikasi atau alat untuk melakukan sesuatu daripada mencoba menyelesaikan masalah secara kreatif.
Ketahanan diri generasi Z rendah. Rendahnya ketahanan diri dan budaya memiliki dampak terhadap pola pikir dan kemampuan berpikir kritis. Ketahanan diri adalah kemampuan individu untuk menghadapi tekanan, tantangan, dan stres tanpa mudah menyerah atau kehilangan arah. Generasi Z cenderung memiliki ketahanan diri yang lebih rendah dibanding generasi sebelumnya, yang terlihat dari kecenderungan mereka mudah merasa cemas, stres, atau kewalahan ketika menghadapi masalah. Media sosial sering menjadi sumber stres bagi generasi Z. Tekanan untuk selalu terlihat ‘sempurna’ di media sosial serta perbandingan sosial yang konstan dapat mengikis rasa percaya diri dan mempengaruhi ketahanan diri mereka. Generasi Z sering kali memprioritaskan kesesuaian sosial daripada pengembangan identitas individu yang kuat. Membangun ketahanan diri dan pemahaman budaya yang kuat pada generasi Z bisa membantu mereka mengembangkan pola pikir yang lebih kritis, adaptif, dan inovatif. Dukungan dari lingkungan pendidikan, keluarga, serta komunitas dapat membantu mereka membangun fondasi ini, terutama dalam menghadapi tantangan era digital yang serba cepat.
Esensi kemandirian sangat penting dalam konteks pengembangan sumber daya manusia di Bali. Kemandirian merujuk pada kemampuan individu atau masyarakat untuk bertindak secara mandiri, berinovasi, dan mengambil keputusan berdasarkan potensi dan sumber daya yang mereka miliki, tanpa terlalu tergantung pada pihak luar. Kemandirian mendorong individu untuk memiliki inisiatif dan kemampuan beradaptasi, yang penting dalam menghadapi tantangan ekonomi dan sosial yang dinamis. Di Bali, hal ini sangat relevan karena sebagian besar ekonomi Bali bergantung pada sektor pariwisata, yang rentan terhadap krisis global, seperti pandemi atau bencana alam. Kemandirian sumber daya manusia (SDM) memungkinkan mereka untuk tidak hanya bertahan tetapi juga mencari peluang baru di sektor lain.
Kemandirian juga berarti mampu mengenali dan mengembangkan potensi lokal tanpa harus terlalu bergantung pada sumber daya eksternal. Bali memiliki kekayaan budaya, seni, dan tradisi yang sangat potensial untuk dikembangkan. SDM yang mandiri dapat memanfaatkan kearifan lokal ini untuk menciptakan nilai tambah dalam bentuk produk budaya, kerajinan, atau wisata berbasis komunitas yang lebih otentik dan berkelanjutan. Dan, kemandirian berperan dalam membangun SDM yang lebih kompetitif. Ketika individu atau kelompok masyarakat mandiri, mereka memiliki kapasitas untuk meningkatkan keterampilan, mengembangkan inovasi, dan berkompetisi baik di pasar lokal maupun global. Ini akan meningkatkan daya saing SDM Bali di berbagai bidang, tidak hanya di pariwisata tetapi juga di sektor-sektor lain yang sedang berkembang seperti ekonomi kreatif dan digital. Jadi, kemandirian SDM memiliki implikasi besar terhadap pengembangan ekonomi dan budaya di Bali. Kemandirian mendukung keberlanjutan ekonomi melalui diversifikasi, mengurangi ketergantungan pada sektor pariwisata, serta memajukan budaya lokal dalam ekonomi global. Dengan kemandirian, SDM Bali akan lebih kompetitif, adaptif, dan inovatif. 7
Komentar