Pameran ‘Peta Tanpa Arah’ di Undiksha, Angkat Isu Budaya Bali yang Mulai Pudar
Pameran
Undiksha
Peta Tanpa Arah
Budaya Bali
Universitas Pendidikan Ganesha
Undiksha Singaraja
Seni Rupa
SINGARAJA, NusaBali.com – Sejumlah seniman muda dari Program Studi Pendidikan Seni Rupa Undiksha angkatan 2021 menggelar pameran bertajuk "Peta Tanpa Arah" di Galeri Paduraksa, Kampus Undiksha. Pameran ini dibuka pada Jumat (27/12/2024) dan berlangsung hingga 16 Januari 2025.
Pameran ini menampilkan berbagai karya seni seperti lukisan, patung, grafis, dan desain komunikasi visual (DKV). Kegiatan ini merupakan bagian dari program mata kuliah baru sekaligus debut para mahasiswa dalam memperkenalkan karya seni mereka.
Tema "Peta Tanpa Arah" terinspirasi dari pernyataan seorang dosen kepada para mahasiswa, yang dinilai belum memiliki arah jelas dalam menyelesaikan tugas akhir dan persiapan menghadapi dunia kerja. "Kalian seperti peta tanpa arah," ujarnya, yang memicu refleksi mahasiswa untuk membuktikan kemampuan mereka melalui pameran ini.
Beberapa karya dalam pameran ini mengangkat isu sosial, termasuk dampak teknologi terhadap budaya Bali yang mulai tergerus. Salah satu seniman, Dwipa, menampilkan karya yang terinspirasi dari pengamatannya terhadap perubahan perilaku anak-anak di desanya.
"Anak-anak dulu sering bermain di luar atau membantu membuat sarana upakara, seperti anyaman ketupat. Tapi sekarang, mereka lebih sibuk dengan handphone," ujar Dwipa.
Sehingga seringkali orang tua memberikan nasehat, seperti ‘Yen sing Gus nglanjutang merajanne, nyen ke tunden? Masa ajik ane be lingsir.’ “Lebih lucunya lagi anak-anak di lingkungan saya rela menahan lapar hanya demi bermain HP seharian,” sorot Dwipa.
Ia menambahkan, perubahan ini membuat tradisi dan budaya Bali berpotensi dilupakan. Melalui karyanya, Dwipa berharap masyarakat dapat tetap menjaga dan melestarikan budaya Bali di tengah pesatnya perkembangan teknologi.
Proses pembuatan karya-karya dalam pameran ini tidak lepas dari tantangan. Salah satu seniman, Andi Wibawa, membuat patung berbahan resin. “Bahan resin menimbulkan bau menyengat dan menyebabkan beberapa orang mengalami gangguan pernapasan, termasuk saya sendiri yang sempat kambuh asmanya,” ungkap Dwipa, rekan Andi. Ia juga mengungkapkan efek samping penggunaan resin seperti rasa perih, terbakar, dan kulit yang mengelupas.
Para seniman muda ini mengibaratkan karya-karya mereka sebagai hasil dari keringat dan perjuangan. Mereka berharap pameran ini dapat menjadi langkah awal untuk terus berkarya dan berkontribusi dalam dunia seni di masa depan.
Pameran "Peta Tanpa Arah" tidak hanya menjadi ajang apresiasi seni, tetapi juga media refleksi bagi para seniman muda. Mereka menyampaikan pesan-pesan penting melalui karya yang dihasilkan, sekaligus menegaskan bahwa seni bisa menjadi alat untuk menyuarakan keresahan sosial.
Pameran ini terbuka untuk umum hingga 16 Januari 2025 di Galeri Paduraksa, Undiksha, dan diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda, untuk lebih peduli terhadap budaya Bali.
Komentar