nusabali

Srikandi DPRD Gianyar Ikut Lestarikan Seni dan Budaya Lewat Tarian Margapati

  • www.nusabali.com-srikandi-dprd-gianyar-ikut-lestarikan-seni-dan-budaya-lewat-tarian-margapati

GIANYAR, NusaBali - Srikandi DPRD Gianyar Desak Putu Tirta SH, MH, tampil ngayah menari Tari Margapati di Pura Ulun Suwi Batugaing, Desa Tengkulak Kelod, Kecamatan Sukawati pada Sukra Pon Prangbakat, Jumat (27/12) malam.

Kehadirannya di acara adat ini menunjukkan komitmen kuat untuk turut melestarikan seni dan budaya Bali.

Desak Tirta menyampaikan kebahagiaannya bisa turut ngayah di sela-sela kewajiban rumah tangga. “Kami sangat bahagia meskipun sibuk dengan tugas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga. Kami tetap meluangkan waktu untuk berlatih demi tampil maksimal malam ini,” ujarnya, Sabtu (28/12). 

Proses persiapan untuk ngayah tidaklah singkat. Latihan intensif dilakukan selama beberapa bulan, seringkali di rumah masing-masing untuk mengatur waktu dengan keluarga. “Sebagai perempuan, kita harus bisa membagi waktu antara keluarga, seni, dan masyarakat. Itu bagian dari tanggung jawab kita,” tambahnya.

Tarian Margapati yang dibawakan Desak Tirta mendapat apresiasi tinggi dari krama. Tarian ini menggambarkan kegagahan dan keberanian seorang pemimpin, sekaligus menjadi simbol tanggung jawab dalam menjaga seni dan budaya warisan leluhur.

Menurut Desak Tirta, ngayah di pura merupakan bentuk pengabdian kepada Tuhan dan masyarakat. “Sebagai wakil rakyat, saya merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut melestarikan seni dan budaya. Ngayah adalah wujud nyata pengabdian kami, tidak hanya melalui kebijakan, tetapi juga tindakan langsung,” ucap politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini.

Dalam kesempatan tersebut, Desak Tirta juga memberikan pesan kepada generasi muda untuk terus menjaga dan melestarikan seni tradisional Bali. “Harapan kami, generasi muda bisa meneruskan semangat ngayah dan menjaga seni budaya ini. Apa yang kita lakukan hari ini adalah upaya untuk mewariskan tradisi kepada anak cucu kita,” tambahnya.

Ibu-ibu peserta ngayah juga mengungkapkan harapan yang sama. “Meskipun usia kami sudah di atas 50 tahun, kami tetap semangat ngayah. Kami ingin generasi muda melihat bahwa seni dan budaya Bali adalah bagian dari identitas kita yang harus dipertahankan,” ujar salah seorang peserta yang malam itu turut membawakan Tari Rejang.

Ngayah di pura bukan hanya tugas individu, tetapi juga memerlukan dukungan keluarga. Para peserta mengakui bahwa suami dan keluarga mereka memberikan dukungan penuh untuk bisa tampil maksimal di acara tersebut.

Bagi Desak Tirta dan para peserta ngayah lainnya, tidak ada batas waktu untuk berkontribusi dalam melestarikan seni dan budaya. “Sebisanya kami akan terus ngayah. Tidak ada batas waktu untuk pengabdian ini,” ujarnya. 7 nvi

Komentar