nusabali

Jenazah Ni Putu Kariani, Pekerja Migran Indonesia asal Desa Tuwed, Jembrana Tiba di Rumah Duka

Suami Langsung Kenali Sang Istri Saat Melihat Bagian Kaki

  • www.nusabali.com-jenazah-ni-putu-kariani-pekerja-migran-indonesia-asal-desa-tuwed-jembrana-tiba-di-rumah-duka

Sejak diketahui sakit mulai sekitar bulan Agustus 2024 lalu, Ni Putu Kariani sempat menjalani berbagai pengobatan di Turki, namun akhirnya tak tertolong

NEGARA, NusaBali
Jenazah Ni Putu Kariani,44, Pekerja Migran Indonesia yang meninggal dunia di Turki, Sabtu (14/12) lalu, telah tiba di rumah duka di Banjar Taman, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana, Minggu (29/12) siang. Kedatangan jenazah Kariani yang sempat terancam akan dimakamkan di Turki ini pun disambut haru bercampur rasa syukur sekaligus sedih karena akhirnya almarhum bisa dipulangkan.

Dari pantauan NusaBali, Minggu siang kemarin, suami almarhum Kariani, yakni Ngurah Nata,45, tampak agak menjauh saat pihak keluarga mengeluarkan almarhum dari dalam peti di tempat persemayaman jenazah di rumah duka. Nata hanya sepintas melihat dari arah belakang kerumunan keluarga yang ingin memastikan isi peti ataupun melihat secara langsung kondisi jenazah Kariani. 

"Hanya ingin memastikan benar apa tidak itu istri saya. Tadi lihat kakinya saja sudah bisa saya kenali. Karena di kakinya itu ada tanda seperti kulit bersisik. Makanya pas lihat kakinya saja saya sudah yakin kalau itu memang benar istri saya," ujar Nata yang mengaku sengaja tidak melihat langsung wajah mendiang istrinya karena khawatir akan larut dalam kesedihan.

Nata mengatakan, sudah mengikhlaskan kepergian istinya yang meninggal dunia karena penyakit meningitis. Dirinya pun mengaku tidak ada memiliki firasat ataupun kecurigaan macam-macam terkait kematian istrinya. Terlebih sebelum berangkat kerja ke Turki mulai tahun 2022 lalu, dirinya mengaku bahwa istrinya memang sering mengeluhkan sakit kepala. "Sudah mengikhlaskan. Kita keluarga juga bersyukur karena jenazah sudah bisa dipulangkan," ucap Nata yang sehari-hari sebagai buruh serabutan ini. 

Suami almarhum Kariani, Ngurah Nata, 45 (kanan). –IB DIWANGKARA 

Nata menceritakan istrinya memutuskan bekerja ke Turki karena ingin merubah keadaan ekonomi keluarga. Sebelum memutuskan bekerja ke Turki, istrinya juga hanya bekerja sebagai buruh serabutan. Dia pun tak menampik bahwa keberangkatan istrinya ke Turki dilakukan secara non prosedural karena ketidaktahuan keluarga. 

"Istri sudah dua kali berangkat. Yang pertama itu lewat agen, tapi visanya waktu itu ternyata visa liburan. Terus dipulangkan, kebetulan istri ada kenal sama orang yang katanya sering memberangkatkan tenaga kerja ke Turki, akhirnya berangkat lagi lewat kenalan teman istri saya itu. Jadi pas berangkat yang kedua itu memang tidak pakai agen," ujar Nata. Sejak diketahui sakit mulai sekitar bulan Agustus 2024 lalu, Kariani sempat menjalani berbagai pengobatan di Turki. Saat menjalani kemoterapi sekitar dua bulan yang lalu, Nata menyatakan bahwa kondisi istrinya sempat membaik dan sudah ada rencana akan pulang ke Bali. Namun hanya berselang beberapa hari, kondisi Kariani diketahui kembali memburuk sehingga dilakukan upaya pengobatan. 

Meski sudah sempat dilakukan beberapa kali kemoterapi termasuk dua kali operasi otak, Kariani tetap tidak bisa tertolong dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada Sabtu (14/12) lalu. Setelah dinyatakan meninggal dunia, Nata pun mengakui sempat kesulitan mendapat biaya untuk pemulangan jenazah istrinya. Dia mengaku sempat panik karena ada penyampaian dari pihak rumah sakit di Turki yang hanya memberikan waktu jenazah sudah harus diambil dalam waktu maksimal 15 hari ke depan atau maksimal hingga Minggu (29/12) kemarin.

Jika tidak dilaksanakan dan tidak ada kepastian mengenai pemulangan jenazah, ada penyampaian bahwa almarhum akan dimakamkan di Turki. Namun berkat bantuan dari berbagai pihak, terutama kepedulian relawan serta para pekerja migran Indonesia di Turki, persolan itu pun bisa teratasi dan jenazah Kariani akhirnya berhasil dipulangkan. 

"Pas tahu kalau sudah harus diambil dalam 15 hari itu, saya panik luar biasa sampai tiap hari nangis-nangis. Untungnya ada solusi. Makanya kami keluarga berterima kasih sekali sama semua pihak yang sudah membantu. Jujur saja, kami juga sudah sempat pasrah, dan maunya anak saya yang pertama (kalau benar sampai dimakamkan di Turki), kapanpun nanti punya uang, kami mau bongkar kuburannya," ucap Nata.

Nata menyatakan, almarhum istirnya pergi buat selamanya dengan meninggalkan 4 orang anak. Anaknya yang pertama sudah berkeluarga dan juga baru sekitar 2 bulan yang lalu berangkat sebagai pekerja migran di Polandia. Kemudian anaknya yang nomor dua bekerja di Denpasar. Sedangkan anaknya yang nomor tiga dan terakhir masing-masing masih duduk di bangku kelas I SMA dan kelas II SMP.

Saat ini, Nata menyatakan sudah siap membuatkan upacara pengabenan untuk istri tercintanya. Rencananya, upacara ngaben almarhum Kariani akan dilaksanakan di Setra Desa Adat Tuwed pada Wraspati Wage Bala, Kamis (2/1/2025). Untuk nyiraman layon (pemandian jenazah) akan dilaksanakan di rumah duka pada Rabu (1/1/2025) atau sehari sebelum ngaben. 

Seperti diberitakan sebelumnya kasus Pekerja Migran asal Kabupaten Jembrana meninggal dunia di luar negeri kembali terulang. Teranyar, seorang pekerja migran bernama Ni Putu Kariani,44, asal Banjar Taman, Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Jembrana, meninggal di Turki, Sabtu (14/12). Dari informasi yang dihimpun NusaBali, Kariani dinyatakan meninggal dunia karena penyakit meningitis. Pemulangan jenazah Kariani pun sempat terhambat masalah biaya. Di mana pihak perusahaannya di Turki tidak sanggup membiayai pemulangan jenazah setelah sebelumnya mengeluarkan biaya yang besar untuk pengobatan ataupun perawatan medis Kariani. Sementara dari pihak keluarga Kariani yang termasuk salah satu keluarga kurang mampu juga tidak memiliki biaya. 

Namun berkat upaya penggalangan dana yang dilakukan sekolompok relawan bersama sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Turki, pemulangan jenazah Kariani akhirnya bisa diproses dan dijadwalkan akan segera tiba di Terminal Kargo Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Tuban, Kuta, Badung. Kepala Bidang Penempatan Pelatihan Produktivitas dan Transmigrasi (PPPT) pada Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Nakerprin) Jembrana, Putu Agus Arimbawa saat dikonfirmasi, Jumat (27/12) membenarkan adanya pekerja migran asal Jembrana yang meninggal di Turki tersebut. Pihaknya menyatakan bahwa almarhum sudah dua kali berangkat kerja ke Turki.

"Dari keterangan keluarga ataupun dokumen-dokumennya, dia sudah dua kali berangkat. Pertama tahun 2022. Kemudian sempat pulang dan kembali berangkat pada tahun 2023 lalu," ucap Agus Arimbawa yang juga aktif mengawal proses pemulangan jenazah almarhum. 7 ode

Komentar