nusabali

Relawan Kumpulkan Puluhan Ton Sampah Plastik di Pantai Kedonganan

  • www.nusabali.com-relawan-kumpulkan-puluhan-ton-sampah-plastik-di-pantai-kedonganan

MANGUPURA, NusaBali - Ribuan orang relawan membantu membersihkan Pantai Kedonganan, Kecamatan Kuta dari sampah kiriman. Aksi bertajuk ‘Emergency Clean Up’ yang diinisasi Sungai Watch ini berhasil mengumpulkan puluhan ton sampah plastik dari pantai tersebut.

Salah seorang relawan asing yang berpartisipasi dalam aksi Emergency Clean Up, John Nielsen, menyampaikan keprihatinannya terhadap permasalahan sampah plastik yang semakin parah. Pantai Kedonganan yang selama ini dikenal sebagai salah satu keindahan Bali, kini menurutnya berubah menjadi lautan plastik. 

“Peran saya di sini adalah membantu mengumpulkan sebanyak mungkin orang untuk datang dan membantu membersihkan pantai,” ujar Nielsen ditemui di sela kegiatan pada Sabtu (4/1).

Nielsen juga menyerukan pemerintah Bali untuk mengambil langkah serius dalam menangani masalah sampah plastik. Selain pengelolaan sampah, Nielsen juga melirik dampak negatif dari pembangunan hotel yang berlebihan di Bali. Menurutnya, fokus pada kualitas daripada kuantitas pembangunan adalah langkah penting untuk melindungi lingkungan Bali. “Kita tidak bisa terus membangun lebih banyak hotel karena semakin banyak yang dibangun, semakin banyak plastik yang masuk ke lingkungan,” katanya. 

Community Manager Sungai Watch, Luh Putu Anggita Baruna Putri –RIKHA  

Dalam kesempatan yang sama, Community Manager Sungai Watch, Luh Putu Anggita Baruna Putri menjelaskan aksi ini merupakan rangkaian kegiatan yang telah dimulai sejak 24 Desember 2024. Sejak saat itu, Sungai Watch bersama komunitas lokal dan ribuan relawan dari berbagai wilayah di Bali hingga wisatawan asing bergotong-royong membersihkan sampah yang mengancam ekosistem pantai dan sektor pariwisata.

Anggita menyeut lebih dari 2.000 relawan terlibat, datang dari berbagai wilayah di Bali. Antusiasme ini menjadi kekuatan utama dalam mengumpulkan hampir 25 ton sampah dalam kurun waktu satu minggu pada 24-31 Desember 2024, belum termasuk sampah yang terkumpul pada aksi Emergency Clean Up. Dari data yang berhasil dihimpun, pada Sabtu (4/1) di hari pertama aksi tersebut pihaknya berhasil mengumpulkan 2.105 kampil atau setara dengan 21 ton sampah. Sementara untuk hari terakhir pada Minggu (5/1), sampah yang terkumpul masih dalam tahap perhitungan.

Anggita mencatat volume sampah tahun ini hampir sama dengan tahun lalu, tetapi ada peningkatan signifikan dalam ketebalan sampah, bahkan mencapai 1 meter di utara Pantai Kedonganan. Sampah itu, kata dia, terdiri dari kombinasi organik dan anorganik, dengan jenis sampah plastik, styrofoam, dan gelas kaca yang mendominasi.

Pihaknya mengidentifikasi mikroplastik sebagai tantangan terbesar, karena sulit diolah dan sering kali sudah hancur menjadi kepingan kecil setelah lama terendam di laut. Bahkan Anggita mengatakan jika berdasarkan informasi dari warga setempat, sampah kiriman yang menerjang Pantai Kedonganan untuk tahun ini sebagai yang terburuk dalam 30 tahun terakhir.

“Kami juga sempat ngobrol dengan orang lokal di sini, sekitar 30 tahun terakhir, tahun ini sampah yang paling parah,” tuturnya.

Sampah-sampah ini, lanjut Anggita akan dibawa ke gudang Sungai Watch di Mangrove, Denpasar, untuk disortir menjadi 30 kategori material. Kerja sama dengan berbagai instansi seperti Sungai Design dan Indosole memungkinkan pengolahan sampah menjadi produk baru. Contohnya, sampah plastik diubah menjadi furnitur, sedangkan sandal bekas didaur ulang menjadi sandal baru. Dengan pendekatan ini, Sungai Watch berupaya menciptakan ekonomi sirkular yang berkelanjutan. Meski sukses mengumpulkan sampah dalam jumlah besar, Anggita mengaku kalau kegiatan ini menghadapi kendala, seperti keterbatasan armada pengangkut dan sulitnya mengolah mikroplastik.

“Jadi kami sangat butuh bantuan pemerintah untuk menerapkan aturan dan serius menangani masalah sampah, karena kita tidak bisa melakukan clean up terus menerus setiap tahun,” harapnya. 7 ol3

Komentar