Pekerja Migran asal Buleleng Ditemukan Meninggal di Malaysia
Diduga Jadi Korban Pembunuhan
SINGARAJA, NusaBali - Kabar heboh tersebar di media sosial, Selasa (7/1). Sebuah postingan menyatakan seorang Pekerja Migran Indonesia asal Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng dikabarkan meninggal dunia di Malaysia dan diduga menjadi korban pembunuhan. Rekan sesama pekerja migran pun membuka donasi untuk pemulangan jenazah korban.
Perbekel Gitgit, I Putu Arcana dihubungi via telepon mengatakan pekerja migran perempuan yang dimaksud adalah Ni Ketut Nurhayati,39. Arcana menyebut Nurhayati status kependudukan terkini sebenarnya bukan warga Desa Gitgit. Yang bersangkutan sudah pindah domisili ke Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur pada Juli 2023 lalu. Alasan kepindahannya untuk memudahkan keberangkatannya menjadi pekerja migran. Belakangan setelah dinyatakan berangkat, keluarga di Gitgit sempat loss contact. Hingga terjadi peristiwa ini, akhirnya teman kerja Nurhayati menyampaikan kabar duka kepada keluarganya di Gitgit. “Secara kependudukan yang bersangkutan sudah pindah domisili, tetapi masih ada ikatan perkawinan dengan warga kami di Gitgit. Jadi hanya Si Nur ini saja yang pindah ke Jawa Timur, suaminya masih di Gitgit,” terang Arcana.
Perbekel Arcana pun mengaku belum mengetahui secara pasti kronologis kejadian yang menimpa Nurhayati di Malaysia. Keluarga Nurhayati di Gitgit disebutnya baru konfirmasi karena jenazahnya akan dipulangkan ke Gitgit yang dijadwalkan tiba di Bandara Ngurah Rai, Rabu (8/1) hari ini. Terkait kasus ini Arcana juga akan mengutus stafnya untuk berkoordinasi ke Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Buleleng, mengingat Nurhayati tidak lagi tercatat sebagai warga Desa Gitgit. Meskipun secara adat, masih memungkinkan untuk dikubur di Gitgit.
Sementara itu Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Disnaker Buleleng Made Juartawan menjelaskan dari hasil penelusuran, pemulangan jenazah Nurhayati sudah berproses. Meski menikah dengan warga Gitgit secara agama yang bersangkutan belum memiliki akta pernikahan. Hasil koordinasi dengan Balai Pelayanan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI), jenazah akan diberangkatkan dari Malaysia menuju Bandara Ngurah Rai dan langsung ke rumah duka Desa Gitgit, Kecamatan Sukasada, Buleleng.
Plt Kadisnaker Buleleng, Made Juartawan. –IST
“Hasil penelusuran kami pemulangan jenazah terkendala karena awalnya yang bersangkutan memang berangkat menggunakan agen, tetapi setelah di sana pindah kerja sehingga tidak lagi ditanggung agennya,” ucap Juartawan. Saat ditanya soal dugaan sebagai korban pembunuhan, Juartawan pun tidak bisa memastikan, karena informasi yang didapat masih sangat minim. “Informasi ini baru tadi siang saya terima dari keluarganya di Gitgit, soal berapa lama kerja di sana, penyebab meninggalnya itu kami belum dapat data resmi, jadi belum bisa saya sampaikan,” terangnya.
Di sisi lain dalam postingan di media sosial ada satu postingan berita yang dimuat BHarian.com, yang menyiarkan kabar penemuan mayat pekerja wanita di sebuah kamar hotel wilayah Puchong, Malaysia pada Selasa (31/12) malam. Korban yang disebut adalah warga Indonesia ini ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan berlumuran darah. Hasil penyelidikan polisi setempat menangkap seorang pria asal Bangladesh yang menjadi terduga pelaku.
Informasi berita ini pun didukung oleh keterangan teman Nurhayati yang membuka donasi untuk kepulangan jenazah. Dihubungi via pesan singkat Luh Sri Mulyani memaparkan kronologi singkat peristiwa yang terjadi di Malaysia. Awalnya Sri Mulyani mendapatkan info terkait peristiwa yang menimpa Nurhayati pada Sabtu (4/1). Informasi itu dia dapatkan di grup WhatsApp PMI. Karena disebut asal Buleleng, Bali, Sri Mulyani merasa terketuk hatinya untuk menelusuri informasi tersebut.
“Info tersebut dibawa mba Dwi Nurjanah teman Nurhayati di Malaysia, akhirnya saya cari kontak dan tanya kebenaran kejadian. Dwi ini mengaku hanya ditunjukkan video oleh polisi setempat perihal kematian Nurhayati. Saya cari tahu lagi akhirnya dapat foto di TKP saat mbak Nur di kamar hotel berlumur darah dan ditutupi selimut,” terang Sri Mulyani. Karena terkendala pemulangan jenazah perlu biaya Rp 18 juta, akhirnya saya berinisiatif hubungi keluarga dan membenarkan mbak Nur anggota keluarganya. Saya juga minta izin open donasi untuk pemulangan jenazah korban. Sri Mulyani pun tidak mengetahui pasti kronologis kejadian yang mengakibatkan Nurhayati meregang nyawa di Negeri Jiran. 7 k23
Komentar