Dari Nunas Baos, Almarhum Minta Busana Putih-Kuning
Jenazah Ayah dan Adik Sekwan DPRD Bali Diupacarai Ngeringkes
TABANAN, NusaBali
Jenazah I Made Mukil, 87, dan anaknya, I Wayan Kartika, 45, yang tewas salahpati (tidak wajar) terjun ke jurang akan diabenkan di Setra Desa Pakraman Tajen, Kecamatan Penebel, Tabanan pada Sukra Umanis Wuku Ukir, Jumat (8/9) depan. Berdasarkan hasil nunas baos (petunjuk niskala) ke orang pintar, kedua korban yang notabene ayah dan adik kandung dari Sekwan DPRD Bali I Wayan Suarjana ini minta busana putih kuning.
Korban Made Mukil dan Wayan Kartika sebelumnya tewas salahpati dalam kecelakaan di Jembatan Tukad Payuyuan, Banjar Pande, Desa Tajen, Kecamatan Penebel, Sabtu (2/9) sekitar pukul 12.00 Wita. Mereka terpental jatuh ke jurang sedalam 25 meter, setelah motor Honda Star DK 2727 AL yang ditunggangi Wayan Kartika berboncengan dengan ayahnya, Made Mukil, menabrak pembatas jembatan.
Sehari pasca kecelakaan maut, jenazah ayah dan anaknya ini telah diupacarai ngeringkes pada Radite Umanis Ukir, Minggu (3/8) sore. Upacara ngeringkes ini dilaksanakan di rumah duka keluarga besar Sekwan DPRD Bali, Wayan Suarjana, di Banjar Banjar Sedahan, Desa Pakraman Tajen.
Menurut Perbekel Tajen, I Gusti Putu Sumertayasa, yang standby di rumah duka, jenazah ayah dan anaknya ini nantinya akan diupacari ngaben ngelanus di setra setempat pada Sukra Umanis Ukir, Jumat depan. Nngaben akan langsung dilanjut dengan upacara ngeroras. "Untuk hari ini (kemarin) sudah dilakukan upacara ngeringkes,” jelas IGP Sumertayasa.
Hingga Minggu sore, sejumlah pejabat sudah melayat ke rumah duka keluarga besar Sedkwan DPRD Bali, Wayan Suarjana. Termasuk di antaranya Sekda Tabanan Nyoman Wirna Ariwangsa dan Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Demokrat, I Gusti Bagus Alit Putra. Keduanya melayat hampir bersamaan saat upacara ngeringkes, kemarin sore sekitar pukul 16.00 Wita.
Menurut Sekda Wirna Ariwangsa, sejumlah kepala dinas lingkup Pemprov Bali juga datang melayat ke rumah duka. Mereka, antara lain, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Bali Ni Wayan Kusumawathi, Kadis Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Bali Ketut Artika, serta Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Bali I Wayan Sugiada.
“Sebelumnya, saya dapat info, Pak Wayan Disel Astawa (anggota DPRD Bali dari PDIP Dapil Badung, Red) juga melayat,” ungkap Wirna Ariwangsa, yang kemarin melayat ke rumah duka bersama sang istri, Nyonya Putriningsih Wirna. “Saya langsung berangkat dari kampung ke Desa Tajen untuk melayat,” lanjut Wirna Ariwangsa, yang kemarin sore sempat bertemu langsung dengan Wayan Suarjana di rumah duka.
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Bali Dapil Tabanan, Ketut Nugrahita Pendit, juga sudah melayat ke rumah duka, Minggu siang pukul 13.00 Wita. Namun, politisi asal kawasan dingin Bedugul, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini tidak berjumpa Wayan Suarjana, karena Sekwan DPRD Bali tersebut bersama keluarga sedang nunas baos terkait kematian ayah dan adiknya ke Badung.
Pihak keluarga duka kemarin siang berangkat ke rumah orang pintar yakni Jero Dasaran di Banjar Nyuh Gading, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Badung untuk mohon petunjuk niskala. Berdasarkan petunjuk niskala melalui raga Jero Dasaran, korban Made Mukil dan anaknya, Wayan Kartika, tewas salahpati karena memang sudah jalannya. "Namun, almarhum Made Mukil dan Wayan Kartika berpesan dan meminta busana putih kuning kepada keluarganya," ungkap Perbekel Tajen, IGP Sumertayasa, saat dikonfirmasi kembali NusaBali, tadi malam.
Sementara itu, kematian tragis ayah dan anaknya, Made Mukil dan Wayan Kartika, menyisakan cerita unik berbau niskala. Terungkap, dua hari sebelum peristiwa maut, korban Made Mukil sempat diajak berembuk oleh putranya yang kini Sekwan DPRD Bali, Wayan Suarjana, untuk membahas upacara pamelaspas rumah yang di Denpasar. Kala itu, almarhum Made Mukil seperti orang linglung, bicaranya tidak nyambung.
Hal ini diungkapkan keponakan Made Mukil, yakni Made Suarcana, saat ditemui NusaBali di rumah duka, Minggu kemarin. "Almarhum rencananya akan diajak tinggal di Denpasar. Kebetulan, kakak sepupu saya (Wayan Suarjana) akan melaksanakan upacara pamelaspas rumah tanggal 5 September 2017 nanti. Tapi, almarhum tidak nyambung komunikasinya saat diajak rembuk,” kenang Suarcana.
Suarcana mengisahkan, adik sepupunya yang ikut tewas jatuh ke jurang, Wayan Kartika, selama ini kolok alias tidak bisa bicara. Namun, Wayan Kartika cukup cerdas dan dan disukai banyak orang, karena punya jiwa sosial. Meski kolok, komunikasi dengan orang lain bisa nyambung menggunakan bahasa isyarat.
Almarhum Wayan Kartika sendiri sempat mengenyam pendidikan formal di Sekolah Luar Biasa (SLB) Desa Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. “Namun, almarhum hanya sebentar sekolah di SLB, karena ingin tinggal di kampung. Keseharianya, almarhum kerjanya menyabit rumput, karena memelihara satu ekor sapi. Bahkan, jalan di mana dia jatuh ke jurang selama ini hampir setiap hari dilintasinya,” cerita sepupu korban lainnya, I Made Sarjana. *k21,d
Korban Made Mukil dan Wayan Kartika sebelumnya tewas salahpati dalam kecelakaan di Jembatan Tukad Payuyuan, Banjar Pande, Desa Tajen, Kecamatan Penebel, Sabtu (2/9) sekitar pukul 12.00 Wita. Mereka terpental jatuh ke jurang sedalam 25 meter, setelah motor Honda Star DK 2727 AL yang ditunggangi Wayan Kartika berboncengan dengan ayahnya, Made Mukil, menabrak pembatas jembatan.
Sehari pasca kecelakaan maut, jenazah ayah dan anaknya ini telah diupacarai ngeringkes pada Radite Umanis Ukir, Minggu (3/8) sore. Upacara ngeringkes ini dilaksanakan di rumah duka keluarga besar Sekwan DPRD Bali, Wayan Suarjana, di Banjar Banjar Sedahan, Desa Pakraman Tajen.
Menurut Perbekel Tajen, I Gusti Putu Sumertayasa, yang standby di rumah duka, jenazah ayah dan anaknya ini nantinya akan diupacari ngaben ngelanus di setra setempat pada Sukra Umanis Ukir, Jumat depan. Nngaben akan langsung dilanjut dengan upacara ngeroras. "Untuk hari ini (kemarin) sudah dilakukan upacara ngeringkes,” jelas IGP Sumertayasa.
Hingga Minggu sore, sejumlah pejabat sudah melayat ke rumah duka keluarga besar Sedkwan DPRD Bali, Wayan Suarjana. Termasuk di antaranya Sekda Tabanan Nyoman Wirna Ariwangsa dan Wakil Ketua DPRD Bali dari Fraksi Demokrat, I Gusti Bagus Alit Putra. Keduanya melayat hampir bersamaan saat upacara ngeringkes, kemarin sore sekitar pukul 16.00 Wita.
Menurut Sekda Wirna Ariwangsa, sejumlah kepala dinas lingkup Pemprov Bali juga datang melayat ke rumah duka. Mereka, antara lain, Kadis Perindustrian dan Perdagangan Bali Ni Wayan Kusumawathi, Kadis Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Bali Ketut Artika, serta Kepala Biro Hukum Setda Provinsi Bali I Wayan Sugiada.
“Sebelumnya, saya dapat info, Pak Wayan Disel Astawa (anggota DPRD Bali dari PDIP Dapil Badung, Red) juga melayat,” ungkap Wirna Ariwangsa, yang kemarin melayat ke rumah duka bersama sang istri, Nyonya Putriningsih Wirna. “Saya langsung berangkat dari kampung ke Desa Tajen untuk melayat,” lanjut Wirna Ariwangsa, yang kemarin sore sempat bertemu langsung dengan Wayan Suarjana di rumah duka.
Anggota Fraksi Gerindra DPRD Bali Dapil Tabanan, Ketut Nugrahita Pendit, juga sudah melayat ke rumah duka, Minggu siang pukul 13.00 Wita. Namun, politisi asal kawasan dingin Bedugul, Kecamatan Baturiti, Tabanan ini tidak berjumpa Wayan Suarjana, karena Sekwan DPRD Bali tersebut bersama keluarga sedang nunas baos terkait kematian ayah dan adiknya ke Badung.
Pihak keluarga duka kemarin siang berangkat ke rumah orang pintar yakni Jero Dasaran di Banjar Nyuh Gading, Desa Mengwitani, Kecamatan Mengwi, Badung untuk mohon petunjuk niskala. Berdasarkan petunjuk niskala melalui raga Jero Dasaran, korban Made Mukil dan anaknya, Wayan Kartika, tewas salahpati karena memang sudah jalannya. "Namun, almarhum Made Mukil dan Wayan Kartika berpesan dan meminta busana putih kuning kepada keluarganya," ungkap Perbekel Tajen, IGP Sumertayasa, saat dikonfirmasi kembali NusaBali, tadi malam.
Sementara itu, kematian tragis ayah dan anaknya, Made Mukil dan Wayan Kartika, menyisakan cerita unik berbau niskala. Terungkap, dua hari sebelum peristiwa maut, korban Made Mukil sempat diajak berembuk oleh putranya yang kini Sekwan DPRD Bali, Wayan Suarjana, untuk membahas upacara pamelaspas rumah yang di Denpasar. Kala itu, almarhum Made Mukil seperti orang linglung, bicaranya tidak nyambung.
Hal ini diungkapkan keponakan Made Mukil, yakni Made Suarcana, saat ditemui NusaBali di rumah duka, Minggu kemarin. "Almarhum rencananya akan diajak tinggal di Denpasar. Kebetulan, kakak sepupu saya (Wayan Suarjana) akan melaksanakan upacara pamelaspas rumah tanggal 5 September 2017 nanti. Tapi, almarhum tidak nyambung komunikasinya saat diajak rembuk,” kenang Suarcana.
Suarcana mengisahkan, adik sepupunya yang ikut tewas jatuh ke jurang, Wayan Kartika, selama ini kolok alias tidak bisa bicara. Namun, Wayan Kartika cukup cerdas dan dan disukai banyak orang, karena punya jiwa sosial. Meski kolok, komunikasi dengan orang lain bisa nyambung menggunakan bahasa isyarat.
Almarhum Wayan Kartika sendiri sempat mengenyam pendidikan formal di Sekolah Luar Biasa (SLB) Desa Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung. “Namun, almarhum hanya sebentar sekolah di SLB, karena ingin tinggal di kampung. Keseharianya, almarhum kerjanya menyabit rumput, karena memelihara satu ekor sapi. Bahkan, jalan di mana dia jatuh ke jurang selama ini hampir setiap hari dilintasinya,” cerita sepupu korban lainnya, I Made Sarjana. *k21,d
1
Komentar