Ogoh-Ogoh 'Kumbakarna' Banjar Kepisah, Kreativitas Berwawasan Lingkungan
DENPASAR, NusaBali.com – Tahun 2025 menjadi momen penting bagi seni Ogoh-ogoh di Bali, khususnya di Denpasar. Genap satu dekade sejak perubahan material ke bahan ramah lingkungan, karya-karya kini memadukan tradisi dengan inovasi modern. Salah satu Ogoh-ogoh yang menjadi sorotan adalah "Kumbakarna" dari ST Eka Prayojana, Banjar Kepisah, Sumerta Kelod, Denpasar Timur.
Arsitek karya yang dipersiapkan untuk Tahun Baru Caka 1947 ini adalah I Putu Erwin Maryadi atau akrab disapa Win Maryadi. "Kami mengusung tokoh utama Kumbakarna dan Hanoman, lengkap dengan pasukan wanara (kera)," ungkapnya pada Minggu (5/1/2024).
Ogoh-ogoh "Kumbakarna" yang disiapkan sejak Desember 2024 ini dibangun dengan anggaran Rp 20-25 juta, sama seperti tahun lalu. Tak hanya memanfaatkan bahan ramah lingkungan, anggota ST Banjar Kepisah juga menggunakan limbah seperti kardus bekas dan daun kering untuk memperkaya estetika karya.
Ajang “tarung bebas” yang diterapkan tahun ini memberi peluang luas bagi semua peserta tanpa pembatasan peringkat berdasarkan wilayah. Hal ini dianggap sebagai angin segar untuk unjuk kreativitas. Meski demikian, sang arsitek mengingatkan pentingnya komunikasi yang jelas dari pihak penyelenggara.
“Tarung bebas ini peluang besar bagi kami. Tapi perlu evaluasi, terutama dalam penyampaian aturan lomba agar tidak terjadi miskomunikasi,” tutur pegawai Dinas Perhubungan Kota Denpasar ini.
Seni Ogoh-ogoh mengalami perubahan besar sejak 1980-an. Saat itu, konstruksi menggunakan kayu, bambu, koran bekas, dan spons. Memasuki tahun 2010, banyak Ogoh-ogoh beralih ke material styrofoam demi efisiensi. Namun, demi kelestarian lingkungan, pemerintah Kota Denpasar pada 2015 mulai mendorong penggunaan bahan ramah lingkungan seperti bambu dan barang daur ulang.
“Sekarang konstruksi jauh lebih rumit. Besi menggantikan kayu, dan teknik bongkar pasang atau perpaduan teknologi juga mulai digunakan,” kata alumnus Fakultas Hukum Universitas Warmadewa ini.
Momentum 2025 diharapkan menjadi awal kebangkitan bagi ST di Denpasar. Menurut Win Maryadi, satu dekade penerapan bahan ramah lingkungan telah menunjukkan tingginya kreativitas generasi muda Bali.
“Semoga ada wadah yang lebih kredibel dan adil untuk mendukung kreativitas kami. Tradisi ini adalah bukti semangat generasi muda Bali yang terus berinovasi tanpa melupakan pelestarian lingkungan,” pungkasnya.
Dengan kombinasi tradisi dan inovasi modern, Ogoh-ogoh kini menjadi simbol kebangkitan seni dan kepedulian lingkungan yang mampu memotivasi generasi mendatang. *m03
Komentar