KONI Evaluasi Atlet Asal Bali
Bukan hanya atlet asal Bali yang menurun, tapi Kontingen Indonesia juga anjlok prestasinya, perolehan medali emas turun drastic. Hal ini tidak sesuai harapan dan sangat memalukan.
Soal Kegagalan di SEA Games 2017
DENPASAR, NusaBali
Ketua Umum KONI Bali Ketut Suwandi akan mengevaluasi secara khusus kegagalan atlet asal Bali dalam tim SEA Games Indonesia yang berlaga di Malaysia. Hal itu mengingat, prestasi Indonesia di tingkat Asia Tenggara itu terus mengalami penurunan, dan hanya meraih 38 medali emas. Apa motif dan penyebab serta apa yang dapat dilakukan mengembalikan kejayaan patriot olahraga asal Bali dapat kembali berjaya di pentas international.
"Bukan hanya atlet asal Bali yang menurun, tapi Kontingen Indonesia juga mengalami penurunan prestasi, terutama medali emasnya semua menurun drastis," ucap Suwandi di Denpasar Minggu (3/9).
Bagi Suwandi, raihan medali emas kontingen Indonesia tidak sesuai harapan dan sangat memalukan. Karena jumlah medali emasnya terpaut cukup jauh, meski berada di 5 besar. Semua itu terjadi juga tidak lepas andil atlet asal Pulau Dewata di Kontingen Indonesia.
"Makanya kami evaluasi secara khusus mulai dari Bali. Apa penyebab dan bagaimana solusi ke depannya," tegas Suwandi.
Mantan Ketum KONI Badung itu mengatakan, atlet asal Bali yang meraih medali emas hanya dua orang. Yakni, karateka Tjokorda Istri Sanityasrani di kelas -61 kg dan I Ketut Ariana di angkat besi. Bahkan, medali emas di SEA Games 2015 yang diraih atlet Bali juga lepas.
Soal atlet Bali yang gagal mempertahankan medali emas itu Maria Natalia Londa dari sebelumnya dua medali emas turun menjadi 2 perak di lompat jauh dan lompat jangkit. Berikutnya judoka Any Pandini gagal total tanpa medali dan Petinju Kornelis juga gagal meraih medali. Mereka di SEA Games 2015 meraih medali emas, namun kini menurun.
Menurut Suwandi, sebelumnya pada SEA Games 2013 atlet asal Bali menyumbangkan total 7 medali emas untuk Indonesia. Lalu turun 5 emas di 2015, dan di SEA Games 2017 hanya meraih 2 emas. "Selama ini selalu berorientasi meraih emas. Sekarang ini, bagaimana mengembalikan hal itu, minimal tujuh emas. Hal itu yang menjadi evaluasi kami," beber Suwandi.
Ketut Suwandi pun menguraikan, apakah salah satu penyebabnya karena faktor usia atlet, faktor non teknis atau sarana-prasana dan dukungan anggaran. Secara keseluruhan akan dievaluasi, karena dia sadar betul setiap atlet itu tidak bisa terus-menerus berjaya. Contoh Maria Londa kini mulai menurun.
"Saya harap militansi kedaerahan terus digalakkan. Regenerasi atlet terus kompetitif berkesinambungan," harap Suwandi. Suwandi ingin di internal cabor juga menjadi perhatian agar atlet nyaman dan diayomi. Jangan sampai atlet-atlet muda berprestasi asal Bali ketika berprestasi di level nasional dibajak daerah lain. *dek
Komentar