nusabali

Beri Les Gratis Menulis Kanji, Bayar Pembantu Rp 20.000 dalam 2 Jam

  • www.nusabali.com-beri-les-gratis-menulis-kanji-bayar-pembantu-rp-20000-dalam-2-jam

Pasutri Jepang yang Tewas di Jimbaran

DENPASAR, NusaBali
Kematian tragis pasutri sepuh asal Jepang, Matsubasa Nurio, 76, dan Matsuba Hiroko, 76, yang ditemukan tewas terpanggang di rumah kontrakannya di Perumahan Puri Gading 2 Blok F1 Nomor 6 Lingkungan Buana Gubug, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (4/9) siang, menyisakan cerita tersendiri. Selama ini, korban dikenal aktif memberikan les gratis kepada anak-anak yang hendak belajar bahasa Jepang dan huruf Kanji.

Informasi yang dihimpun NusaBali di lapangan, aktivitas itu sudah dilakoni pasutri asal Jepang berusia 76 tahun ini sejak tinggal di rumah konrakan milik Sri Eti Sulaiman, November 2015 silam. Mereka yang diberikan pendidikan gratis adalah anak-anak dari keturunan Jepang yang masih duduk di bangku SMP dan SMA.

Tak heran jika begitu mendengar kematian tragis pasutri asal Jepang ini, para murid beserta orangtua mereka berdatangan ke lokasi TKP, Senin kemarin. Hanya saja, mereka tidak bisa masuk ke dalam rumah, karena sudah dipasangi garis polisi. "Kedua korban adalah guru dalam menulis Jepang. Makanya ada banyak anak-anak ke sini,” ujar seorang warga di lokasi kemarin.

Menurut dia, pasutri asal Jepang ini sudah aktif mengajar sejak lama, bahkan ketika masih tinggal di Jalan Jakarta Lingkungan Buana Gubug, Kelurahan Jimbaran. Pasutri sepuh ini disebutkan tinggal di Jalan Jakarta selama 3 tahun, sambil berbisnis ikan tuna untuk dipasok ke negaranya, Jepang. "Mereka sudah 5 tahun tinggal di Perumahan Puri Gading,” katanya.

Sementara itu, pembantu di rumah korban, Ni Nengah Nari, 40, mengatakan kesehariannya pasutri Matsubasa Nurio dan Matsuba Hiro-ko hanya beraktivitas di dalam rumah, selain juga jalan keliling perumahan bersama sekor anjing peliharaan mereka. Setelah keliling, keduanya kembali ke dalam rumah kontrakan berlantai II.

Menurut Nengah Nari, pasutri Jepang ini pilih tidur di Lantai II yang memiliki dua kamar. Sementara di Lantai I hanya berisi satu kamar tidur, tidak ada yang menempati. Nengah Nari sendiri sudah bekerja sebagai pembanti di sini selama hampir 2 tahun, sejak November 2015. Namun, dia tidak tinggal serumah dengan majikannya. "Saya kerja ha-nya untuk ngepel lantai, ngelap-ngelap jendela, dan membersihkan kamar mereka. Saya kerja 2 jam sehari," cerita pembantu asal Karangasem ini saat ditemui di lokasi TKP, Senin kemarin.

Nengah Nari mengakui terakhir melihat kedua majikannya, Sabtu (2/9) pagi sekitar pukul 10.00 Wita. Kemudian, Senin siang sekitar pukul 13.00 Wita, dia datang ke lokasi TKP untuk mencari tahun kebenaran informasi kalau majikannya tewas terpanggang.

Menurut Nengah Nari, dirinya memang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di rumah sejak November 2015. Hanya saja, perempuan berusia 40 tahun ini cuma bekerja selama 2 jam sehari. "Saya kerja di sini hanya sambilan saja. Soalnya, saya masih bekerja di majikan di mana saya tinggal di Jalan Jakarta Jimbaran. Ya, hitung-hitung lumayan diupah Rp 20.000 untuk 2 jam kerja, makanya saya mau," cerita Nengah Nari.

Senin kemarin, Nengah Nari sempat datang ke rumah majikannya ini, pagi sekitar pukul 08.00 Wita, hendak bersih-bersih seperti biasa. Namun, karena pintu pagar rumah dalam keadaan terkunci, Nengah Nari pun balik kucing ke tempat kosnya di Jalan Jakarta Jimbaran. Nengah Nari mengisahkan, biasanya pasutri asal Jepang ini selalu bangun pagi. Saat Nengah Nari datang untuk bersih-bersih, pintu gerbang biasanya sudah dalam keadaan terbuka. *dar

Komentar