Sempat Lesu Dirajam Pandemi Covid-19, Kini Kerajinan Sanggah Jehem Menggeliat
BANGLI, NusaBali - Desa Jehem, Kecamatan Tembuku, Bangli, dikenal sebagai sentra usaha kerajinan palinggih (bangunan suci), dikenal sanggah. Usaha pembuatan sanggah bisa ditemukan di sepanjang jalan raya Jehem menuju Bangbang, tembus ke Desa Rendang, Karangasem.
Usaha ini sempat lesu karena dirajam pandemi Covid-19. Namun, kini normal kembali. “Ya, waktu Covid sempat lesu,” ujar Putu Yasa,salah seorang pembuat sanggah, Jumat(10/1). Sesudahnya, pembuatan sanggah meningkat lagi, karena pesanan ramai kembali.
“Pemesanan biasanya agar sudah bisa dipasang jelang hari raya, seperti hari Galungan dan rerahinan lainnya,” ungkap Yasa. Karena begitu memang biasanya, karena pemasangan palinggih diantaranya sanggah berkaitan dengan proses pelaksanaan upacara seperti melaspas dan pujawali atau yang lain. “Ada saja sekarang ini pesanan,” terangnya.
Harga sanggah tergantung, besar kecil ukurannya, polos untuk berukir, cat prada atau tidak dicat. Namun, secara umum hargannya antara Rp7 juta sampai Rp30 juta. “Yang Rp7 juta itu polos, tidak berukir,” ujarnya menunjuk sanggah rong telu. Dengan demikian pembelian sanggah, sesuai dengan kemampuan keuangan dari warga yang membutuhkan.
Bahan baku sanggah sebagian besar kayu cempaka. Sejauh ini kayu cempaka masih bisa dipenuhi dari Bali. “Belum sampai beli keluar,” ungkap Yasa. Harga perkubik saat ini Rp 6juta.
Tak hanya sanggah, para pembuat sanggah di Jehem juga melayani pembuatan bangunan tradisional lainnya. Bale dangin, gedong maupun jenis bangunan tradisonal lainnya. Namun yang sudah lumrah dan jadi trade mark, adalah sanggah, sehingga dikenal dengan Sanggah Jehem.7k17
Komentar