nusabali

Kisah Pekerja Migran asal Jembrana yang Meninggal di AS

Dikenal Sosok Dermawan, Ibunya Kini Sebatang Kara

  • www.nusabali.com-kisah-pekerja-migran-asal-jembrana-yang-meninggal-di-as

NEGARA, NusaBali - I Made Arya Budhiarta,41, pekerja migran asal Lingkungan Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan/Kabupaten Jembrana yang meninggal dunia di Amerika Serikat (AS), Sabtu (11/1) dikenal seorang pekerja keras.

Selain menjadi pejuang bagi ibunya, almarhum dikenal sebagai sosok dermawan dan selalu aktif berkontribusi dalam kegiatan sosial di lingkungan sekitarnya.

Almarhum Arya sendiri belum berkeluarga. Kepergian Arya buat selamanya meninggalkan seorang ibu, Ni Ketut Wandi,64, satu-satunya keluarga sedarah almarhum yang masih hidup. Arya sebelumnya memilki seorang kakak. Namun sang kakak sudah meninggal akibat kecelakaan lalu lintas saat kakaknya itu masih berusia 19 tahun. Sementara ayahnya juga telah mendahului karena insiden kecelakaan lalu lintas pada tahun 2015 silam. 

"Hanya saya saja keluarganya (keluarga sedarah). Sebenarnya sudah lama saya minta agar dia segera mencari pasangan. Tapi jawabannya terus bilang konden ngelah umah, konden te ngelah apa (belum punya rumah dan belum berkecukupan). Ini saja baru bikin rumah tahun 2018. Sedangkan dulu, kita numpang di tanah orang," ucap Wandi saat ditemui di rumah duka, Rabu (15/1). 

Wandi menceritakan, putranya Arya hanya fokus bekerja karena ingin mengubah nasib keluarga. 

Foto I Made Arya Budhiarta dalam baliho kegiatan bhakti sosial lansia di Balai Lingkungan Sawe. –IB DIWANGKARA 

Sebelum merantau ke AS pada tahun 2018 lalu, putra bungsunya yang bekerja di sebuah restoran di kawasan Bourbonnais, Illonios, itu sudah sempat 7 kali berangkat menjadi pekerja migran di kapal pesiar. "Bes demen megae ngalian memene (terlalu fokus bekerja untuk ibunya)," lirih Wandi yang dulunya mengaku sebagai penjual jajanan keliling ini. Wandi mengaku, putranya Arya yang juga akrab dipanggil dengan nama Dek Edy itu sebenarnya ada rencana pulang di bulan Desember 2024 lalu. Namun karena sakit, rencana itu pun batal. Sayangnya, putranya yang digerogoti penyakit kanker, akhirnya dinyatakan meninggal dunia pada, Sabtu (11/1) lalu. 

"Dia sebelumnya masuk rumah sakit tanggal 17 Desember 2024. Terus operasi tanggal 19, dan pulang tanggal 21 Desember. Nah setelah operasi itu kondisinya semakin drop," ucapnya. Selama ini, Wandi mengaku selalu aktif berkomunikasi dengan anaknya. Setiap ditanya kabar, putra bungsunya itu selalu menyatakan kondisi sehat. Karena selalu dikabarkan sehat, dirinya mengaku sama sekali tidak memiliki firasat bahwa anaknya akan meninggal. "Setelah operasi itu masih tiap hari komunikasi. Dia bilang hanya perlu istirahat. Termasuk dua hari sebelum meninggal, dia sempat kirim pesan ke saya kalau nanti dia tidak bisa sering nelepon, karena ingin lebih banyak istirahat dulu. Ya saya mengiyakan saja. Apalagi perbedaan waktu kita dengan di sana. Di sini pas siang, di sana malam," ujar Wandi. 

Wandi pun mengaku baru tahu bahwa sebenarnya kondisi anaknya itu telah drop setelah sempat memberikan kabar terakhir pada hari Kamis (9/1) lalu itu. Dia pun baru tahu itu setelah dikabarkan oleh manager di perusahaan tempat kerja anaknya yang melarikan anaknya ke rumah sakit pada Sabtu (11/1). "Ternyata teman-temannya mengaku juga terkejut kalau kondisi Made Arya sebenarnya sudah drop. Katanya saat dijenguk sejak dua hari sebelum meninggal itu, temanya ada lihat dahak bekas darah, tapi Made katanya bilang kebanyakan makan stroberi. Baru di hari Sabtu itu, Made nelepon temannya minta tolong muntah darah. Pas itu sudah langsung dilarikan ke rumah sakit, tetapi akhirnya meninggal," ucap Wandi. Dia mengaku saat ini hanya berusaha tegar dan berharap jenazah anaknya bisa segera dipulangkan. 

Kabar terakhir dari pihak perusahaan, jenazah anaknya kini telah dititipkan di salah satu tempat penitipan jenazah dan tinggal menunggu jadwal pemulangan. "Kalau surat-surat dibilang sudah lengkap. Untuk biaya pemulangan katanya juga sudah aman. Bosnya itu mati-matian berjuang sama teman-teman pekerja migran Indonesia membuat donasi, dan berapa kekurangan donasi, bosnya yang tanggungjawab," ujar Wandi. 

Sementara Kepala Lingkungan Sawe, I Ketut Wardana Putra yang juga sempat ditemui di rumah duka mengungkapkan dirinya dan para warga di Sawe turut merasa kehilangan dengan meninggalnya Dek Edy ini. Mengingat sosok Dek Edy ini sangat peduli terhadap sesama, terutama para lanjut usia (lansia). Di mana setiap Hari Raya Galungan dan Kuningan sejak tahun 2020 lalu, Wardana menyatakan bahwa Dek Edy memiliki program bakti sosial untuk para lansia di lingkungannya. 

Kaling Sawe, I Ketut Wardana Putra. –IB DIWANGKARA 

Program bakti sosial itu berupa pengecekan kesehatan dan pengobatan gratis, pemberian makanan tambahan, serta pembagian sembako. "Dia ada menyantuni sekitar 70 lansia usia di atas 70 tahun yang ada di wilayah kami. Dia rutin memberikan dana untuk program itu setiap Galungan. Sekarang sudah berjalan 8 kali. Kegiatannya kita biasa pusatkan di Balai Lingkungan. Setiap kegiatan kita biasa buatkan baliho dan kita pasang foto Dek Edy. Sekarang balihonya masih ada di Balai Lingkungan," ujar Wardana.

Di samping bakti sosial itu, Wardana mengatakan bahwa Dek Edy banyak berkontribusi untuk kegiatan sosial baik di lingkup dinas maupun adat. Sebagai bentuk penghormatan kepada almarhum, dirinya berencana akan ikut secara langsung menjemput sekaligus mengantar kepulangan jenazah saat nantinya tiba di Bandara Ngurah Rai, Badung. "Ketika sudah tahu jadwal kita akan stand by di situ. Termasuk saat nanti prosesi pengabenan dan lainya, saya bisa pastikan krama adat di sini pasti akan turun membantu," ujarnya. 

Sebelumnya diberitakan kabar duka kembali menimpa pekerja migran asal Kabupaten Jembrana di luar negeri. Teranyar, seorang pekerja migran bernama I Made Arya Budiharta, 41, warga Lingkungan Sawe, Kelurahan Dauhwaru, Kecamatan Jembrana, dikabarkan meninggal di Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (11/1).

Dari informasi yang dihimpun NusaBali, Arya Budhiarta dinyatakan meninggal karena penyakit kanker. Proses pemulangan jenazah Arya yang diketahui merantau sebagai pekerja migran melalui jalur mandiri ini masih belum jelas. Dari informasi terakhir yang diterima pihak Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian (Nakerprin) Jembrana, pemulangan jenazah masih berupaya dikoordinasikan ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). 7 ode

Komentar