Pasutri Jepang Mengarah ke Korban Pembunuhan
Pasutri asal Jepang, Matsubasa Nurio, 76, dan Matsuba Hiroko, 76, yang ditemukan tewas terpanggang di Lantai II rumah kontrakannya di Perumahan Puri Gading 2 Blok F1 Nomor 6, Lingkungan Buana Gubug, Kelurahan Jimbaran, Kecamatan Kuta Selatan, Badung, Senin (4/9) siang, mengarah jadi korban pembunuhan.
Ditemukan Luka Terbuka Akibat Sajam
DENPASAR, NusaBali
Pasalnya, ditemukan luka terbuka akinbat senjata tajam dan bekas lilitan di leher korban. Indikasi kuat sebagai korban pembunuhan ini diperoleh setelah tim gabungan Sat Reskrim Polresta Denpasar merampungkan olah TKP di lokasi, Selasa (5/-9). Petugas gabungan dari DVI (Disaster Victim Identification), Inafis, dan Labfor Mabes Polri Cabang Denpasar berjumlah puluhan orang masuk ke dalam rumah korban, kemarin pagi pukul 08.00 Wita. Mereka melakukan olah TKP hingga siang pukul 11.00 Wita. Setelah olah TKP, barulah jenazah pasutri asal Jepang dievakuasi ke RS Sanglah, Denpasar menggunakan satu mobil ambulans DK 1003 D milik Basarnas.
Sumber di kepolisian menyebutkan, ditemukan luka terbuka pada leher korban Matsubasa Nurio (si suami), yang diduga kuat akibat sabetan senjata tajam. Sedangkan di leher korban Matsuba Hiroko (sang istri), ditemukan luka bekas lilitan tali. “Kita hanya memeriksa dan menemukan fakta luka terbuka dan jeratan tali di leher. Namun, untuk memastikan apakah ini pembunuhan, harus dilakukan otopsi,” jela sumber tadi.
Selain menemukan luka terbuka dan bekas jeratan tali di leher korban, petugas kemarin juga mengambil sampel bercak darah yang tercecer di lantai. Dilakukan pula pengambilan bekas jari di beberapa titik. Hanya saja, belum diketahui hasil sidik jari tersebut.
Sementara, Kasat Reskrim Polresta Denpasar, Kompol Aris Purwanto, masih irit bicara terkait kasus tewasnya pasutri sepuh asal Jepang ini. Terkait motif di balik tewasnya pasutri Jepang ini, menurut Kompol Aris, masih dalam penyelidikan. Pihaknya juga belum bisa menyimpulkan apakah ini korban pembunuhan atau korban bunuh diri.
“Kita masih kumpulkan semua bukti di lokasi. Setelah itu, diperiksa oleh petugas gabungan dan dilanjutkan dengan menganalisa semuanya,” kilah mantan Kapolsek Denpasar Selatan ini di lolokasi TKP, Selasa kemarin.
Hingga Selasa kemarin, sudah ada 6 saksi yang dimintai keterangannya di Mapolsek Kuta Selatan. Termasuk anak angkat korban, Abdul Salman, 48, dan pembantu di ryumah tersebut yakni Ni Nengah Nari, 40. “Selain bukti di lokasi, keterangan saksi masih kita gali untuk disinkronkan dengan bukti. Tapi, semuanya masih dalam penyelidikan,” tandas Kompol Aris.
Sementara itu, Tim Kedokteran Forensik RS Sanglah telah melakukan pemeriksaan luar (PL) terhadap jenazah pasustri asal Jepang, Selasa siang. “Kedua jenazah kami terima pukul 11.45 wita, dikirim oleh Basarnas. Setelah diterima, tim forensik langsung lakukan pemeriksaan luar selama 1,5 jam sejak pukul 12.00 Wita,” ungkap Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RS Sanglah, dr Dudut Rustyadi, kepada NusaBali.
Menurut dr Dudut, dari hasil pemeriksaan luar, kedua korban mengalami luka terbuka akibat kekerasan benda tajam yang diperkirakan dilakukan lebih dari satu kali. Pada jenazah si suami ditemukan beberapa luka terbuka yang melingkari leher (luka iris) dan beberapa luka tusuk di punggung. “Terdapat luka bakar yang sebagian besar berada di belakang bagian tubuh, mulai dari kepala, punggung, sampai paha,” terang dr Dudut.
Sementara pada jenazah si istri, ditemukan juga beberapa luka, di antaranya luka terbuka berupa luka tusuk di daerah leher dan perut. “Luka bakar yang ditemukan mirip dengan yang laki-laki yakni bagian tubuh belakang. Luka bakar yang dialami keduanya kira-kira sekitar 50-60 persen,” imbuhnya.
Disinggung mengenai penyebab kematian pasutri asal Jepang ini, dr Dudut belum bisa berkomentar banyak karena belum dilakukannya otopsi. “Terkait waktu kematian, juga kami belum bisa menyampaikan, karena dikhawatirkan mengganggu ranah penyidikan. Saat ini, otopsi masih menunggu dari pihak penyidik kepolisian. Jadi, untuk sementara jenazah dititip dulu di sini (RS Sanglah),” kata dr Dudut.
Sedangkan untuk mengetahui apakah pasutri Jepang tersebut dibunuh terlebih dulu kemudian dibakar atau sebaliknya, menurut dr Dudut, masih perlu dilakukan pengujian laboratorium, seusai dilakukan tindakan otopsi nanti.
Kematian tragis pasutri Jepang itu sendiri, sebagaimana diberitakan, terungkap berawal dari kecurigaan anak angkat korban, Abdul Salman, yang datang ke rumah kontrakan berlamntai II milik Sri Eti Sulaiman tersebut, Senin siang pukul 11.00 Wita. Saat datang, dia menemukan pintu gerbang rumah dalam keadaan terkunci. Namun, Abdul Salman terkejut melihat ada kepulan asap dari Lantai II di mana kedua korban biasa tidur. Abdul Salman pun kontan berteriak minta tolong. Peristiwa ini dilaporkan warga ke prajuru banjar dan akhirnya laporan masuk ke kepolisian.
Barulah setelah petugas kepolisian datang, Senin siang sekitar pukul 11.30 Wita, Abdul Salman masuk ke dalam rumah dengan cara mendobrak pintu. Mereka terkejut menemukan pasutri sepuh asal Jepang sudah tewas terpang-gang di Lantai II. Si suami, Matsubasa Nurio, ditemukan tergeletak dalam kondisi gosong di bawah ranjang. Sedangkan istrinya, Matsuba Hiroko, ditemukan tergeletak gosong di atas ranjang. *dar,in
1
Komentar