Isak Tangis Warnai Pemulangan Jenazah Korban Tertimpa Longsoran Batu di Desa Pikat, Dawan, Klungkung
Nengah Rengkig Hanya Ingat Suaminya Minta Canang Sebelum Pergi
I Nengah Lastra menuturkan tak menyangka sang kakak Ketut Surata menjadi korban dalam kejadian tersebut, sebab kakaknya itu sehari-hari tinggal di Denpasar
SEMARAPURA, NusaBali
Musibah bebatuan besar longsor dan jatuh hingga menewaskan 4 orang, dan 4 orang luka-luka di sebuah pasraman di Banjar Cempaka, Desa Pikat, Kecamatan Dawan, Klungkung, Minggu (19/1) pukul 18.00 Wita meninggalkan duka mendalam kepada keluarga dan kerabat korban.
Keempat korban tewas sudah dipulangkan ke masing-masing rumah duka, Senin (20/1) pagi. Isak tangis keluarga pun mewarnai kepulangan jenazah korban. Seperti suasana duka menyelimuti keluarga I Wayan Mudiana di Banjar Timbul, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung, Senin pagi. Mudiana merupakan satu dari 4 korban meninggal dunia dalam musibah batu longsor di Desa Pikat.
Istri Mudiana, Ni Nengah Rengkig tidak kuasa menahan tangis setelah mengetahui suaminya menjadi korban musibah tanah longsor tersebut. Dia mengetahui musibah ini dari kiriman perpesanan handphone. "Sebelum musibah itu suami saya sempat minta canang. Tapi saya tidak mengetahui suami saya hendak ke mana, dan bersama siapa," kata Rengkig.
Rengkig mengaku tidak mengetahui bahwa suaminya mengikuti kegiatan spiritual di Desa Pikat. Karena suaminya tidak pernah bercerita terkait kegiatan tersebut. Mudiana sehari-harinya bekerja sebagai buruh bangunan, dia meninggalkan tiga orang anak, dan seorang anak di antaranya sudah kawin. Sementara itu, I Nengah Lastra, yang merupakan adik dari Ketut Surata salah satu korban meninggal dunia dalam tragedi tersebut. Surata merupakan warga asal Banjar Gelogor, Desa Pikat, yang selama ini merantau dan tinggal di Denpasar.
Suasana di rumah duka I Wayan Mudiana di Banjar Timbul, Desa Pesinggahan, Kecamatan Dawan, Klungkung salah satu korban, Senin (20/1). –DEWA DARMAWAN
Nengah Lastra, mengaku awalnya tidak menyangka sang kakak menjadi korban dalam kejadian tersebut. Sebab, kakaknya jarang sekali pulang kampung. "Saya menerima informasi kakak saya menjadi salah satu korban longsor di Desa Pikat, awalnya saya tidak menyangka, karena kakak saya tinggal di Denpasar," kata Lastra, saat ditemui di depan instalasi pemulasaraan jenazah RSUD Klungkung, Senin (20/1).
Berdasarkan informasi tersebut, Lastra pun mendatangi ruang jenazah RSUD Klungkung Minggu malam untuk memastikan apakah benar itu kakaknya. Dia agak kesulitan mengenali kakaknya akibat cedera serius di bagian kepala. "Saya mencoba mengenali kakak saya dari luka bekas gigitan kucing di jari tangannya, ternyata luka itu benar masih ada," kata Lastra.
Dia menyampaikan kejadian ini kepada keluarga dan kerabatnya. Menurut Lastra, dari pernikahannya kakaknya dengan istrinya dikarunia 2 orang anak perempuan, anak pertama sudah kawin dan anak kedua sudah meninggal dunia. Sementara itu istri kakaknya juga sudah meninggal dan sudah diaben beberapa tahun lalu. "Terakhir saya bertemu dengan kakak saat upacara pengabenan almarhum istrinya sekitar tahun 2022 lalu, selanjutnya kakak saya lebih sering tinggal di Denpasar," kata Lastra.
Nengah Lastra pun tampak tegar menerima musibah tersebut. Jenazah kakaknya dipulangkan ke rumah duka Senin siang, selanjutnya dibawa ke rumah duka untuk upacara nyiramin. Kemudian langsung disemayamkan (dikubur) di Setra Desa Adat Gelogor, Desa Pikat. "Saya masih menunggu mobil ambulans untuk memberangkatkan jenazah kakak saya menuju rumah duka," kata Nengah Lastra.
Di sisi lain korban selamat dalam musibah ini masih menjalani perawatan medis di RSUD Klungkung. Di antaranya I Ketut Mumbul bersama anak sulungnya I Gede Aswin dari Kelurahan Sading, Kecamatan Mengwi, Badung.
Menurut anak bungsunya yang menunggui di ruang RSUD Klungkung, Kadek Sari, ayahnya habis menjalani operasi dan kakaknya mengalami luka ringan. "Ayah saya masih menjalani perawatan," ujar Kadek Sari. 7 wan
Komentar