Setahun, KPP Kurma Asih Lepasliarkan 45.000 Ekor Tukik
Pelepasliaran Penyu
Kelompok Pelestari Penyu (KPP)
KPP Kurma Asih
Koordinator KPP Kurma Asih
I Wayan Anom Astika Jaya
NEGARA, NusaBali - Upaya konservasi penyu oleh Kelompok Pelestari Penyu (KPP) Kurma Asih, Desa Perancak, Kecamatan/Kabupaten Jembrana, terus menunjukan tren positif. Sepanjang tahun 2024 lalu, KPP ini berhasil menetaskan dan melepasliarkan sebanyak 45.000 ekor tukik.
Hal tersebut diungkapkan Koordinator KPP Kurma Asih I Wayan Anom Astika Jaya, Senin (20/1). Dia menyampaikan bahwa penyu yang ditemukan bertelur di pantai wilayah Jembrana semakin meningkat. Waktu penyu bertelur di Jembrana juga semakin panjang. “Kalau dulu penyu yang mendarat (bertelur) di sini hanya sekitar bulan Juni hingga Juli. Tapi sekarang sudah ada mulai April sampai September. Bahkan sekarang dari Januari juga sudah ada,” kata Anom.
Menurut Anom, ada dua jenis penyu yang biasa bertelur di pantai wilayah Jembrana, yakni jenis penyu sisik dan penyu lekang. Terkadang juga ada jenis penyu belimbing, meskipun itu biasanya dalam kondisi darurat karena perairan Jembrana bukan habitat utamanya. Untuk lokasi penyu bertelur, paling banyak di Pantai Perancak dan Pantai Pengambengan, Kecamatan Negara.
Anom menjelaskan, perlu waktu 20-25 tahun bagi tukik untuk menjadi penyu yang siap bertelur. Secara genetik, tukik ketika sudah dewasa dan akan bertelur, hampir pasti akan memilih tempat mereka dilepasliarkan. Di mana KPP Kurma Asih ini sudah mulai eksis melakukan konservasi sejak tahun 1997 atau sudah berjalan selama 28 tahun.
Foto: Koordinator KPP Kurma Asih, I Wayan Anom Astika Jaya. -IB DIWANGKARA
“Peningkatan penyu bertelur di Jembrana sudah terlihat mulai masuk di atas tahun 2000-an. Kalau sebelumnya masih bisa dihitung dengan jari. Sekarang ini juga semakin banyak yang bisa diselamatkan karena semakin banyak orang mengenal konservasi penyu dan terlibat dalam pengawasan,” ujar Anom yang merupakan generasi kedua di KPP Kurma Asih ini.
Walaupun ada ancaman perubahan iklim dan perubahan alam yang drastis, Anom yakin penyu bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut. Hal itu pun terbukti dengan semakin banyaknya penyu yang bertelur setiap tahunnya. “Semakin banyak penyu yang mendarat (bertelur) di pantai Jembrana karena mungkin merasa sudah terlindungi dan terjaga, tidak diganggu dan tidak merasa terancam,” jelasnya.
Menurut Anom, kesadaran masyarakat di Jembrana dalam melindungi penyu kini sudah sangat baik. Anom pun berharap ini juga terjadi di tempat lain. Selama menjalankan konservasi ini, dirinya mengaku masih kerap dihadapkan dengan kendala perawatan fasilitas konservasi.
Anom mengatakan, beberapa fasilitas konservasinya ini merupakan bantuan pemerintah. Namun, dirinya menyatakan yang sebenarnya cukup memberatkan adalah biaya perawatan. Untuk itu, dirinya berharap ke depannya ada sentuhan pemerintah untuk merawat fasilitas konservasi.
“Merawat berkelanjutan yang berat. Nah itu maksud saya kalau dibantu, ya bantu secara kontinyu. Kalau tidak, ya jelas akan menjadi beban konservasi. Karena kami di sini bukanlah bisnis. Ini sosial. Ini mestinya pemerintah harus hadir. Kalau mungkin tidak bisa di APBD, ya mungkin swasta atau CSR,” ucap Anom. 7 ode
1
Komentar