Orangtua Tersangka Langsung Jatuh Pingsan
Aksi keji I Kadek Adi Waisaka Putra, 36, yang tega memotong kedua kaki istrinya, Ni Putu Karyani, 29, gara-gara terbakar api cemburu, Selasa (5/9) sore, membuat terkejut keluarganya di Banjar Tenaon, Desa Alasangker, Kecamatan Buleleng.
DENPASAR, NusaBali
Kedua orangtua tersangka, pasutri I Gede Merta, 60, dan Luh Mitri, 55, bahkan langsung jatuh pingsan begitu mendapat kabar anaknya ditangkap petugas Polres Badung pasca menganiaya sang istri.
Pihak keluarga, termasuk kedua orangtua pelaku, sulit percaya Kadek Adi Waisaka berbuat keji dan tega memotong kedua kaki istrinya di tempat kosnya kawasan Banjar Umabulu, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Selasa sore sekitar 17.30 Wita. Pasalnya, pelaku Adi Waisaka yang kesehariannya bekerja sebagai sopir freelance angkutan wisata, selama ini dikenal sosok pendiam dan tak banyak ti-ngkah. Bahtera rumah tangganya dengan sang istri, Putu Karyani, yang telah memberinya dua anak, juga terbilang harmonis.
Pelaku Adi Waisaka merupakan anak kedua dari empat bersaudara keluarga pasangan Gede Merta-Luh Mitri. Kakak kandung pelaku Adi Waiska, yakni I Putu Edi Sujaya, 38, menceritakan dirinya mengetahui musibah yang menimpa adiknya ini, Selasa malam. Kala itu, Adi Sujaya sedang kumpul bersama keluarga besarnya di Banjar Tenaon, Desa Alasangker, Buleleng ketika tiba-tiba dihubungi pihak Polres Badung perihal penangkapan adiknya, Adi Waisaka.
Awalnya, pihak keluarga tidak percaya kabar buruk yang diberikan pihak Polres Badung. Bahkan, keluarga sempat mengira penelepon malam itu merupakan sindikat penipuan dengan modus ‘kerabat ditangkap polisi’. Meski demikian, Adi Sujaya tetap berusaha menghubungi kerabat lainnya yang tinggal di wilayah Denpasar dan Badung, untuk mencaritahu kebenaran informasi tersebut.
“Ya, kami awalnya tidak percaya, dikira penelepon adalah sindikat penipuan. Soalnya banyak kasus yang ngaku kerabat atau sanak saudara yang ditangkap oleh polisi. Tapi, setelah dicek lagi, memang benar adik saya ditangkap polisi,” cerita Adi Sujaya saat ditemui NusaBali di lokasi kejadian di kos-kosan Banjar Umabulu, Desa Canggu, Rabu (6/9).
Adi Sujaya mengisahkan, begitu mendengar pengakuan dari kerabat di Denpasar perihal penangkapan Adi Waisaka akibat menganiaya sang istri, kedua orangtuanya yang sudah uzur, Gede Merta dan Luh Mitri, langsung jatuh pingsan. Keluarga lainnya, baik dari pihak suami maupun korban Luh Karyani, juga shock berat atas musibah ini.
Berselang 1 jam setelah mendapat kebenaran kabar buruk tersebut, Adi Sujaya langsung berangkat ke Denpasar, Selasa malam. Dia berangkat bersama sang ayah yang sempat jatuh pingsan, Gede Merta, dan seorang adiknya. Adi Sujaya dan keluarga sekalian mengecek kondisi adik iparnya, korban Putu Karyani, yang dirawat di RS Sanglah, Denpasar.
“Keluarga besar sangat terpukul dengan musibah ini,” papar Adi Sujaya. Dia mengatakan, korban Putu Karyani yang dinikahi adiknya, Adi Waisaka, merupakan wanita dari satu kampung di Banjar Tenaon, Desa Alasangker. Bahkan, rumah bajang korban Putu Karyani di Banjar Tenaon hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah keluarba Adi Waisaka.
Menurut Adi Sujaya, bahtera rumah tangga Adi Waisaka dan Putu Karyani sudah dibangun selama 15 tahun. Mereka dikaruniai dua anak, yakni Ni Luh WAY, 14 (duduk di bangku Kelas II SMP) dan I Kadek Y, 10 (masih duduk di Kelas IV SD). Si sulung Luh WAY tinggal terpisah di kampung halamnan di Banjar Tenaon, Desa Alasangker.
“Selama ini, rumah tangga adik saya sama sekali nggak ada masalah. Makanya, kami terkejut dan sangat shock menerima kenyataan. Ini adalah musibah dalam keluarga besar kami,” tutur Adi Waisaka.
Menurut Adi Waisaka, menyusul insiden berdarah tersebut, pihak keluarga berencana menggelar upacara pecaruan di lokasi kejadian di kos-kosan korban pada Buda Wage Ukir, Rabu sore. Selain menggelar upacara pembersihan secara niskala, keluarga pelaku yang datang sore sekitar pukul 15.00 Wita juga skalian untuk minta maaf kepada pemilik kos-kosan, Komang Suryana, atas insiden berdarag. Sedangkan pihak Banjar Umabulu, Desa Canggu rencananya akan menggelar upacara pecaruan skala besar pada Sukra Umanis Ukir, Jumat (8/9) besok.
Sementara itu, kerabat pelaku lainnya, I Ketut Juniasa, 50, yang tinggal tak jauh dari lokasi TKP, mengatakan beberapa jam sebelum insiden berdarah, Kadek Adi Waisaka Putra sempat bermain ke rumahnya di Jalan Danau Batur kawasan Banjar Kulibukawan, Desa Canggu, Selasa siang pukul 14.00 Wita. Kala itu, Adi Waisaka bermalas-malasan sambil nonton TV di rumkahnya. Namun, saat dipanggil untuk makan, Adi Waisaka malah pergi.
“Saaat itu, saya sempat tanya dia (pelaku), kok kamu nggak keluar hari ini? Dia menjawab tidak ada tamu yang tur,” kenang Ketut Juniasa di lokasi kejadian, Rabu kemarin. Menurut Juniasa, selama ini Adi Waisaka sering main ke rumahnya. Yang bersangkutan sama sekali tidak pernah menceritakan masalah keluarga ataupun curhat soal kehidupan pribadinya. “Kami nggak nyangka sampai begini,” katanya. *dar
Kedua orangtua tersangka, pasutri I Gede Merta, 60, dan Luh Mitri, 55, bahkan langsung jatuh pingsan begitu mendapat kabar anaknya ditangkap petugas Polres Badung pasca menganiaya sang istri.
Pihak keluarga, termasuk kedua orangtua pelaku, sulit percaya Kadek Adi Waisaka berbuat keji dan tega memotong kedua kaki istrinya di tempat kosnya kawasan Banjar Umabulu, Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Badung, Selasa sore sekitar 17.30 Wita. Pasalnya, pelaku Adi Waisaka yang kesehariannya bekerja sebagai sopir freelance angkutan wisata, selama ini dikenal sosok pendiam dan tak banyak ti-ngkah. Bahtera rumah tangganya dengan sang istri, Putu Karyani, yang telah memberinya dua anak, juga terbilang harmonis.
Pelaku Adi Waisaka merupakan anak kedua dari empat bersaudara keluarga pasangan Gede Merta-Luh Mitri. Kakak kandung pelaku Adi Waiska, yakni I Putu Edi Sujaya, 38, menceritakan dirinya mengetahui musibah yang menimpa adiknya ini, Selasa malam. Kala itu, Adi Sujaya sedang kumpul bersama keluarga besarnya di Banjar Tenaon, Desa Alasangker, Buleleng ketika tiba-tiba dihubungi pihak Polres Badung perihal penangkapan adiknya, Adi Waisaka.
Awalnya, pihak keluarga tidak percaya kabar buruk yang diberikan pihak Polres Badung. Bahkan, keluarga sempat mengira penelepon malam itu merupakan sindikat penipuan dengan modus ‘kerabat ditangkap polisi’. Meski demikian, Adi Sujaya tetap berusaha menghubungi kerabat lainnya yang tinggal di wilayah Denpasar dan Badung, untuk mencaritahu kebenaran informasi tersebut.
“Ya, kami awalnya tidak percaya, dikira penelepon adalah sindikat penipuan. Soalnya banyak kasus yang ngaku kerabat atau sanak saudara yang ditangkap oleh polisi. Tapi, setelah dicek lagi, memang benar adik saya ditangkap polisi,” cerita Adi Sujaya saat ditemui NusaBali di lokasi kejadian di kos-kosan Banjar Umabulu, Desa Canggu, Rabu (6/9).
Adi Sujaya mengisahkan, begitu mendengar pengakuan dari kerabat di Denpasar perihal penangkapan Adi Waisaka akibat menganiaya sang istri, kedua orangtuanya yang sudah uzur, Gede Merta dan Luh Mitri, langsung jatuh pingsan. Keluarga lainnya, baik dari pihak suami maupun korban Luh Karyani, juga shock berat atas musibah ini.
Berselang 1 jam setelah mendapat kebenaran kabar buruk tersebut, Adi Sujaya langsung berangkat ke Denpasar, Selasa malam. Dia berangkat bersama sang ayah yang sempat jatuh pingsan, Gede Merta, dan seorang adiknya. Adi Sujaya dan keluarga sekalian mengecek kondisi adik iparnya, korban Putu Karyani, yang dirawat di RS Sanglah, Denpasar.
“Keluarga besar sangat terpukul dengan musibah ini,” papar Adi Sujaya. Dia mengatakan, korban Putu Karyani yang dinikahi adiknya, Adi Waisaka, merupakan wanita dari satu kampung di Banjar Tenaon, Desa Alasangker. Bahkan, rumah bajang korban Putu Karyani di Banjar Tenaon hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah keluarba Adi Waisaka.
Menurut Adi Sujaya, bahtera rumah tangga Adi Waisaka dan Putu Karyani sudah dibangun selama 15 tahun. Mereka dikaruniai dua anak, yakni Ni Luh WAY, 14 (duduk di bangku Kelas II SMP) dan I Kadek Y, 10 (masih duduk di Kelas IV SD). Si sulung Luh WAY tinggal terpisah di kampung halamnan di Banjar Tenaon, Desa Alasangker.
“Selama ini, rumah tangga adik saya sama sekali nggak ada masalah. Makanya, kami terkejut dan sangat shock menerima kenyataan. Ini adalah musibah dalam keluarga besar kami,” tutur Adi Waisaka.
Menurut Adi Waisaka, menyusul insiden berdarah tersebut, pihak keluarga berencana menggelar upacara pecaruan di lokasi kejadian di kos-kosan korban pada Buda Wage Ukir, Rabu sore. Selain menggelar upacara pembersihan secara niskala, keluarga pelaku yang datang sore sekitar pukul 15.00 Wita juga skalian untuk minta maaf kepada pemilik kos-kosan, Komang Suryana, atas insiden berdarag. Sedangkan pihak Banjar Umabulu, Desa Canggu rencananya akan menggelar upacara pecaruan skala besar pada Sukra Umanis Ukir, Jumat (8/9) besok.
Sementara itu, kerabat pelaku lainnya, I Ketut Juniasa, 50, yang tinggal tak jauh dari lokasi TKP, mengatakan beberapa jam sebelum insiden berdarah, Kadek Adi Waisaka Putra sempat bermain ke rumahnya di Jalan Danau Batur kawasan Banjar Kulibukawan, Desa Canggu, Selasa siang pukul 14.00 Wita. Kala itu, Adi Waisaka bermalas-malasan sambil nonton TV di rumkahnya. Namun, saat dipanggil untuk makan, Adi Waisaka malah pergi.
“Saaat itu, saya sempat tanya dia (pelaku), kok kamu nggak keluar hari ini? Dia menjawab tidak ada tamu yang tur,” kenang Ketut Juniasa di lokasi kejadian, Rabu kemarin. Menurut Juniasa, selama ini Adi Waisaka sering main ke rumahnya. Yang bersangkutan sama sekali tidak pernah menceritakan masalah keluarga ataupun curhat soal kehidupan pribadinya. “Kami nggak nyangka sampai begini,” katanya. *dar
1
Komentar