nusabali

Hari Arak Bali Ke–3 Dipusatkan di GWK

  • www.nusabali.com-hari-arak-bali-ke-3-dipusatkan-di-gwk

Dewan Penasihat Asosiasi Tresnaning Arak Berem Bali Prof I Made Agus Gelgel Wirasuta menegaskan perayaan Hari Arak Bali seharusnya dipahami sebagai bagian dari pelestarian budaya, bukan sekadar konsumsi alkohol. 

DENPASAR, NusaBali
Setiap tanggal 29 Januari diperingati sebagai Hari Arak Bali. Perayaan yang sebelumnya ditetapkan melalui Surat Keputusan Gubernur Bali Nomor 929/03-I/HK/2022 oleh Gubernur Bali Wayan Koster ini, tahun ini memasuki tahun ketiga. Tahun ini, puncak acara akan digelar di Amphitheater Garuda Wisnu Kencana (GWK) Jalan Uluwatu, Bukit Jimbaran, Kuta Selatan, Badung dengan menghadirkan pameran bertajuk ‘Arak Berem Bali for The World’ yang berlangsung mulai 27 Januari 2025.

Dewan Penasihat Asosiasi Tresnaning Arak Berem Bali Prof apt Dr rer nat I Made Agus Gelgel Wirasuta MSi menegaskan Hari Arak Bali bukanlah ajang untuk mabuk-mabukan. 

“Hari Arak itu kita bukan merayakan hari mabuk-mabukan. Hari Arak adalah bentuk syukur kepada Tuhan. Jadi arak itu bukan minuman bhutakala seperti kata orang, karena ini dipakai tabuh. Tradisi ini berakar pada budaya Bali, arak digunakan sebagai bagian dari persembahan suci kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa,” ujarnya saat ditemui di Sanur, Denpasar, Jumat (24/1) sore.

Prof Wirasuta menjelaskan, ketika Gubernur Koster (Gubernur Bali periode 2018–2023, Red) memunculkan Hari Arak Bali, bukan berarti mengisyaratkan melegalkan mabuk-mabukan. Menurut dia, perayaan Hari Arak Bali seharusnya dipahami seperti perayaan odalan pura atau hari lahir pura yang dirayakan dengan sembahyang, bukan mabuk-mabukan. 

“Ketika Pak Koster munculkan Hari Arak bukan berarti melegalkan dari mabuk-mabuk, tetapi kita bersyukur. Di Bali ngodalin itu apa? Otonan pura (hari lahir pura) kan, ada orang merayakan hari lahir pura dengan mabuk?” tandas Prof Wirasuta.

“Tradisi kita, merayakan hari lahirnya pura atau odalan kan sembahyang. Itulah yang kita jaga. Kita sembahyang, para petani sembahyang karena sudah mendapatkan penghasilan lebih dari arak itu. Nah, kalau itu dinikmati sebagai istilahnya bersyukur, cukupnya kita nikmati hanya satu sloki saja sebagai toss,” tambah pendiri jurusan Farmasi di Fakultas MIPA Unud itu.

Gubernur Bali terpilih Wayan Koster yang menjabat sebagai Dewan Pembina Asosiasi Tresnaning Arak Bali, direncanakan hadir dalam puncak acara Hari Arak Bali. Kehadirannya diharapkan dapat memberikan dukungan lebih besar terhadap pengembangan arak Bali sebagai ikon budaya dan ekonomi Pulau Dewata. 

Prof Wirasuta menjelaskan, dalam tradisi Bali, arak memiliki nilai filosofis yang mendalam. Dalam proses pembuatannya, setiap tetesan memiliki nilai spiritual. “Apa sebenarnya tabuh? Filosofinya seperti mempersembahkan hasil suku rambut, budaya kita kalau potong ayam misalnya sayap, cekernya itu diambil sedikit buat persembahan,” kata Guru Besar Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Udayana ini.

“Lalu kalau arak persembahannya bagaimana? Nah tetesan destilasi pertama sebagai kepala, kemudian tetesan tengah-tengah sebagai badan, dan tetesan terakhir diambil sebagai kaki untuk disatukan dijadikan persembahan kepada Tuhan. Itulah dibuat secara tradisi sebagai tabuh, arak tabuh. Bukan seperti sekarang karena ada kebutuhan banyak, jadi dibuat-buat oleh pedagang,” sambungnya.

Selain itu, arak disimbolkan dari aksara suci ‘Ah-kara,’ sedangkan berem ‘Ang-kara,’ dalam menghaturkan ‘segehan’ merupakan simbol persembahan kepada Tuhan atas hasil bumi. Hal Ini merepresentasikan wujud rasa syukur atas penghasilan yang diberikan Tuhan. “Budaya kita, semua yang kita dapatkan diberikan oleh Tuhan, kita persembahkan sebagai syukur bahwa Beliau memberikan suatu penghasilan yang kita tunas kepada-Nya,” tutur Prof Wirasuta.

Sehingga, dengan tegas dia mengatakan perayaan Hari Arak ini seharusnya dipahami sebagai bagian dari pelestarian budaya, bukan sekadar konsumsi alkohol. 

Sementara itu, untuk mendukung promosi arak sebagai produk unggulan Bali, Asosiasi Tresnaning Arak Bali juga mendorong hotel-hotel dan restoran di Bali untuk menghadirkan koktail berbahan dasar arak. Ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat dan memperkenalkan arak Bali ke pasar internasional.

Hari Arak Bali tidak hanya merayakan warisan tradisional, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam mendukung industri kreatif Bali, dengan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai budaya dan spiritual yang melekat. 7 cr79

Komentar