Pesan Moral Soal Gila Kekuasaan dalam Ogoh-Ogoh Kalamakala
Padangsambian
Banjar Buana Indah
ST Dharma Citta
Ogoh-ogoh
Ogoh-ogoh Denpasar
Pesan Moral dalam Karya Seni
DENPASAR, NusaBali.com - Dalam rangka menyambut Tahun Baru Caka 1947, Sekaa Teruna (ST) Dharma Citta, Banjar Buana Indah, Padangsambian, Denpasar Barat, menghadirkan ogoh-ogoh "Kalamakala" sebagai persembahan seni tahun 2025. Karya ini tidak hanya menampilkan estetika seni, tetapi juga menyampaikan pesan moral mendalam tentang kegilaan kekuasaan.
Sekretaris ST Dharma Citta, I Komang Angga Krisna Prabawa (Lepok), mengungkapkan bahwa proses pembuatan ogoh-ogoh telah dimulai sejak pertengahan Desember 2024. “Tahun ini, anggaran yang kami maksimalkan untuk pembuatan ogoh-ogoh mencapai Rp30 juta dengan menampilkan lima tokoh karakter di dalamnya,” ujar Angga.
Tema "Kalamakala" dipilih sebagai refleksi atas kegilaan kekuasaan yang sering terjadi dalam kehidupan manusia. Karya seni ini menggambarkan sisi gelap dari ambisi yang berlebihan dan akibat yang ditimbulkan dari haus akan kekuasaan.
Seiring dengan sistem "tarung bebas" yang diberlakukan pada lomba ogoh-ogoh di Kota Denpasar tahun ini, Angga mengonfirmasi bahwa ST Dharma Citta siap ikut serta dalam kompetisi tersebut. Hingga saat ini, proses pengerjaan ogoh-ogoh telah mencapai sekitar 40% dengan beberapa bagian yang bisa dibongkar pasang untuk fleksibilitas gerakan. Tak hanya itu, terdapat sekitar lima titik penggerak mesin yang ditambahkan guna memberikan efek dinamis pada ogoh-ogoh.
Pelestarian Budaya dan Lingkungan
Dalam satu dekade terakhir, perkembangan seni ogoh-ogoh mengalami banyak perubahan, termasuk kembalinya sistem ulatan bambu dalam konstruksi ogoh-ogoh sejak 2015 hingga kini. “Hal ini merupakan langkah baik dalam menjaga budaya serta menggunakan bahan ramah lingkungan,” jelas Angga.
Ia juga menekankan pentingnya gotong royong dalam proses pengerjaan ulatan bambu, sekaligus memperhatikan keseimbangan ekosistem dengan menanam kembali pohon yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan ogoh-ogoh.
“Kami tidak ingin kreativitas seni ogoh-ogoh dijadikan kambing hitam dalam isu pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan seperti kertas. Oleh karena itu, harapan kami ke depan adalah munculnya solusi yang memungkinkan pembuatan ogoh-ogoh tetap lestari meski terus mengalami perubahan,” tambahnya.
Harapan dan Evaluasi
Sebagai bagian dari pemuda di Kota Denpasar, ST Dharma Citta berharap perayaan Tahun Baru Caka 1947 dapat berjalan lancar dan segala harapan bisa tercapai. “Kami juga ingin terus menjaga hubungan baik dengan sekaa teruna lainnya, serta terus mengevaluasi diri agar dapat selalu menjalin persaudaraan yang erat,” ungkap Angga.
Menyinggung biaya pembuatan ogoh-ogoh yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, ST Dharma Citta telah menganggarkan dana secara terencana dan berkomitmen untuk tidak melampaui batas yang telah disepakati. Mereka juga berharap agar di malam pengerupukan tidak ada penggunaan sound system yang berlebihan, sehingga seni karawitan tetap mendapatkan tempat utama dalam mengiringi arak-arakan ogoh-ogoh. “Kami ingin pelaku seni karawitan tetap maju dan berjaya di malam pangerupukan,” tutup Angga. *m03
Komentar