nusabali

Koster Warning Produsen Arak Gula

Peringatan Hari Arak Bali ke-3 Digelar di GWK

  • www.nusabali.com-koster-warning-produsen-arak-gula

Arak gula tak hanya merusak kesehatan karena mengandung zat kimia berbahaya seperti etanol, tapi juga mencoreng citra Arak Bali yang diproduksi secara tradisional

MANGUPURA, NusaBali
Peringatan Hari Arak Bali ke-3 diselenggarakan terpusat di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Badung pada 27-29 Februari 2025. Bertajuk ‘Arak Bali for The World’ kegiatan ini bertujuan untuk menjadikan Arak Brem Bali sebagai sumber kesejahteraan bagi para petani Arak Brem Bali dan masyarakat Bali pada umumnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut, Gubernur Bali Terpilih 2025-2029 Wayan Koster yang juga Pembina Tresnaning Arak-Berem Bali. Saat diwawancarai Koster menekankan pentingnya menjaga kelestarian produksi Arak Bali secara tradisional agar tetap menjadi warisan budaya yang membanggakan. Koster menyampaikan bahwa Arak Bali harus dikembangkan dengan cara yang benar agar memberikan manfaat bagi masyarakat. Dia menekankan bahwa minuman tradisional ini bukan sekadar produk konsumsi, tetapi juga bagian dari budaya yang diwariskan oleh leluhur.

“Hari ini, peringatan Hari Arak Bali ke-3 diselenggarakan oleh asosiasi yang mengurus Arak Bali. Mudah-mudahan ke depan Arak Bali semakin dikenal secara positif oleh masyarakat untuk melestarikan budaya dan juga membangun kelestarian perekonomian dan yang utama adalah bagaimana arak ini mendunia, menjadi spirit ke tujuh dunia yang memang tidak kalah dengan produk-produk minuman terkenal di dunia yang menjadi minuman spirit dunia,” ujar Koster ditemui setelah acara penutupan Hari Arak Bali ke-3 di GWK Cultural Park, Rabu (29/1) malam.

Lebih lanjut, Koster mengajak masyarakat untuk menggunakan Arak Bali secara bijak, bukan untuk mabuk-mabukan, tetapi sebagai produk yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki manfaat bagi kehidupan. Selain mendukung pengembangan Arak Bali, Koster juga menegaskan bahwa salah satu prioritasnya setelah dilantik sebagai Gubernur Bali adalah memberantas produksi arak berbahan dasar gula. Menurutnya, arak gula tidak hanya merusak kesehatan karena mengandung zat kimia berbahaya seperti etanol, tetapi juga mencoreng citra Arak Bali yang diproduksi secara tradisional.

“Arak yang benar adalah yang berbahan baku dari pohon lontar, kelapa, atau enau. Arak gula adalah arak yang difermentasi dari gula, dicampurkan dengan zat kimia tidak baik untuk kesehatan ini bisa merusak citra Arak Bali. Kita mendukung masyarakat untuk mengembangkan arak, tetapi arak yang benar supaya sehat dan juga melestarikan budaya kita,” tegas Gubernur Bali periode 2018-2023 ini. Seiring meningkatnya konsumsi dan permintaan pasar, Koster juga menyoroti pentingnya pengembangan produksi Arak Bali. Dia menekankan bahwa perlu ada perhatian khusus dari sektor pertanian untuk memastikan ketersediaan bahan baku, seperti kelapa, enau, dan lontar.

“Peningkatan produksi harus dimulai dari hulu. Bahan bakunya harus dikembangkan agar pasokan tetap tersedia. Lontar membutuhkan waktu puluhan tahun untuk dibudidayakan, sementara kelapa lebih cepat dan menghasilkan tuak yang lebih lembut dan berkualitas,” jelas politisi senior asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Buleleng ini. Selain itu, Koster menegaskan bahwa promosi Arak Bali harus ditingkatkan agar mampu menembus pasar ekspor. Dia optimis bahwa Arak Bali bisa bersaing di tingkat global, mengingat regulasi yang telah dibuat sejak tahun 2020 yakni tertuang dalam Pergub No 1/2020 untuk mendukung legalitas dan distribusinya.

“Tahun 2020 sudah ada Peraturan Gubernur tentang Arak Bali. Namun, pandemi dan saya jeda satu setengah tahun jadi kurang hidup. Sekarang saya sudah terpilih dan dilantik tanggal 6 Februari 2025, nanti tancap gas lagi,” tegas Ketua DPD PDI Perjuangan Provinsi Bali ini. Koster juga mengingatkan bahwa pada masa pandemi Covid-19, Arak Bali sempat berperan dalam pencegahan penyakit karena sifatnya yang dapat digunakan sebagai antiseptik. Ke depannya, dia berharap Arak Bali terus dikembangkan tidak hanya sebagai minuman tradisional tetapi juga sebagai produk yang memiliki nilai lebih dalam berbagai sektor.

“Waktu Covid-19, arak memiliki peranan itu. Mengatasi pencegahan Covid itu bagus sekali dan juga untuk kehidupan sehari-hari,” imbuhnya. Dalam kesempatan yang sama, Ketua Panitia Hari Arak Bali ke-3, Nathan Santosa mengungkapkan kalau kegiatan tersebut menghadirkan lima meja pameran dan diikuti oleh 50 merek arak. Dia menegaskan bahwa perayaan ini melibatkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari produsen arak, perhotelan, klub malam, petani, pengusaha, pemerintah, hingga akademisi. 

“Hari Arak hari ini menunjukkan sebuah semangat mempersatukan. Kita lihat banyak pihak terlibat, bukan hanya produsen arak, tapi juga hotel, klub malam, petani, pengusaha, pemerintah, dan akademisi. Ini adalah wujud ekosistem yang kita punya untuk membawa arak ke dunia,” ujarnya. Terkait dukungan dari pemerintah daerah, Nathan mengakui bahwa tahun ini kondisinya lebih menantang dibanding sebelumnya. 

“Tahun ini agak sulit karena sebelumnya ada program dari Pemprov, tapi sekarang ada transisi setelah pemilu, sehingga program ini tidak sepenuhnya masuk dalam agenda mereka. Kami di asosiasi juga merasa bersalah karena tidak berpikir jauh untuk mempersiapkan program ini sejak awal,” jelasnya. Namun, Nathan optimistis bahwa ke depan persiapan akan dilakukan lebih matang. Nathan juga menegaskan bahwa slogan ‘Arak for the World’ bukan sekadar tagline, melainkan sebuah cita-cita yang harus diwujudkan. Pihaknya berharap, kegiatan ini bisa menjadi titik awal bagaimana perjuangan menyatukan seluruh ekosistem untuk tujuan yang sama, yaitu melestarikan arak Bali. 

“Kami ingin ini menjadi inspirasi bagi seluruh bangsa Indonesia yang memiliki minuman tradisional sebagai warisan budaya agar bisa mendunia. Tadi sudah ada yang menyarankan untuk mulai menyiapkan dari sekarang, sehingga tahun depan kita bisa lebih baik,” tutupnya. 7 ol3

Komentar