Pedagang Pernak-pernik Imlek Bermunculan di Sekitar Pasar Badung
DENPASAR, NusaBali - Suasana di sekitar Pasar Badung dari Jalan Sulawesi hingga Jalan Gajah Mada, Denpasar, semarak dengan kehadiran pedagang musiman yang menjual berbagai pernak-pernik khas Imlek.
Setidaknya ada lebih dari 10 pedagang yang berjualan barang sejenis.
Antusiasme calon pembeli terlihat tinggi, terutama dari kalangan anak-anak yang berburu barongsai kecil, topeng, hingga hiasan Imlek lainnya. Kehadiran para pedagang ini juga bertepatan dengan berbagai acara yang akan digelar di Denpasar untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2025, seperti penampilan dan parade barongsai yang diselenggarakan oleh Klenteng Sing Bie pada 30-31 Januari, serta Festival Imlek Bersama yang berlangsung pada 1-2 Februari 2025.
Salah seorang pedagang, Muliana, yang menjajakan berbagai pernak-pernik khas Imlek seperti barongsai mini dan topeng, mengaku sudah mulai berjualan sejak Selasa (28/1). Dia menjelaskan harga barang dagangannya bervariasi, mulai dari Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu, tergantung ukuran dan jenisnya.
“Sudah jualan selama 3 tahun ini setiap event Imlek di Denpasar,” ucapnya, saat ditemui di pinggiran Jalan Sulawesi, Denpasar, Rabu (29/1).
Menurutnya, penjualan pernak-pernik Imlek cukup ramai dan untung besar. Omzet per hari bisa mencapai Rp 1 juta atau lebih, terutama pada jam sibuk antara pukul 16.00 Wita hingga malam.
Pedagang asal Cirebon, Jawa Barat ini mengungkapkan barang dagangannya didatangkan langsung dari kota asalnya. Dia menetap di Bali, tetapi sering berpindah ke daerah lain seperti Bogor dan Sukabumi untuk berdagang saat ada acara serupa. “Tidak hanya di Bali, detelah acara ini selesai, saya pindah lagi ke kota lain, ya jualan di acara-acara seperti ini juga. Jualan di sini paling sampai tanggal 2 Februari, sampai habis acara di sini,” kata Muliana.
Meskipun keuntungan dari berjualan pernak-pernik Imlek cukup menjanjikan, Muliana mengaku ada tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah seringnya pedagang musiman seperti dirinya ditertibkan oleh Satpol PP. “Suka duka ya, sukanya ramai ya, tidak suka ya kadang diusir sama Satpol PP. Kadang pukul 7 atau 8 malam kami disuruh pindah. Ya, kami pindah ke tempat yang diperbolehkan saja,” katanya.
Pembeli pun beragam tidak hanya warga Tionghoa saja, tapi juga banyak warga lokal yang ikut menyerbu dagangannya. “Yang beli biasanya anak-anak tapi gak khusus orang China saja, orang Bali juga banyak yang beli. Harapannya ke depan ya semoga ramai terus lah sampai tahun-tahun selanjutnya terus ramai,” tuturnya.
Selain Muliana, pedagang lain bernama Wati juga menyatakan hal yang sama. Dia mulai berjualan sejak Selasa (28/1), menawarkan berbagai jenis pernak-pernik Imlek seperti barongsai kecil dan hiasan khas lainnya dengan harga berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 35 ribu.
Menurutnya, pembeli datang dari berbagai kalangan, tidak hanya warga keturunan Tionghoa tetapi juga masyarakat Bali yang turut merayakan kemeriahan Imlek. “Yang sering beli itu ya orangtua untuk anak-anak mereka. Malam hari biasanya paling ramai,” ucap Wati. 7 cr79
1
Komentar