Peserta Tertua Usia 60 Tahun
Program Keaksaraan Dasar Diikuti 500 Orang
BANGLI, NusaBali
Program pemerintah berupa keaksaraan dasar (KD) diikuti sebanyak 500 peserta. Warga yang mengikuti program ini sebagian besar usia di atas 40 tahun, bahkan ada peserta yang usia 60 tahun.
Kabid Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli I Ketut Wakil, menjelaskan, program KD diupayakan ada setiap tahun sehingga masyarakat Bangli secara merata mampu membaca maupun menulis. Jumlah peserta KD disesuaikan dengan jatah pusat, karena program ini ditanggung oleh pusat.
“Dananya dari pusat, jatah berubah-ubah, tahun ini ada 500 orang, Tahun lalu jatah 1.000 peserta. Karena terbatas makanya kami berebut jatah ini. Dana tersebut sepenuhnya untuk proses pembelajaran, termasuk untuk ATK (alat tulis kantor) para peserta,” ungkap Ketut Wakil, Jumat (8/9).
Program keaksaraan dasar dilaksanakan selama tiga bulan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di masing-masing kecamatan. Setelah mengikuti program KD, dilanjutkan dengan program keaksaraan usaha mandiri (KUM), selama tiga bulan.
“KD setara dengan siswa kelas I hingga kelas III, sedangkan KUM setara kelas IV hingga kelas VI. Setelah mengikuti program ini masyarakat baru mengikuti program paket A atau tamat setingkat sekolah dasar,” jelasnya. Tahun ini ada 300 orang yang mengikuti program KUM.
Disinggung kenapa banyak masyarakat yang buta huruf, Ketut Wakil mengatakan hal ini lantaran faktor ekonomi. Peserta yang dominant usia 40 tahun semangat belajar, karena KUM di samping belajar juga mendapat keterampilan seperti buat jajan, ulat sokasi bahannya dari bambu. “Keterampilan ini yang nantinya bisa dipraktikkan di rumah, sehingga masyarakat bisa membuka peluang usaha,” ujar Ketut Wakil.
Di Bangli ada tujuh PKBM yakni PKBM Niti Sastra di Kecamatan Susut, PKBM Widya Center, PKBM Giri Widya Aksara, PKBM Raja Widya, berada di Kecamatan Bangli. PKBM Sukma Mekar, PKBM Bali Mahottama di Kecamatan Tembuku, PKBM Sastra Mandala serta PKBM Mekar Anom di Kecamatan Kintamani. “Tahun ini program KD dilaksanakan PKBM Mahottama sebanyak 400 peserta dan PKBM Sastra Mandala dengan peserta 100 orang. Untuk KUM sebanyak 300 orang dilaksanakan PKBM Mahottama,” tambahnya.
PKBM juga melaksanakan program kejar paket B maupun paket C. Proses pembelajaran biasa dilaksanakan sore hari, karena masyarakat masih ada aktivitas lainya. Kegiatan belajar sama seperti sekolah formal. Beberapa PKBM meminjam ruang belajar di sekolah formal, ada pula yang memanfaatkan balai banjar. Untuk program paket B dan C, banyak pula diikuti anak-anak yang dulunya putus sekolah dan kini ingin melanjutkan kembali.
Pada Oktober mendatang ada 103 peserta yang akan mengikuti ujian akhir setingkat SMA/SMK dan 30 peserta ujian untuk tingkat SMP. “Ada pula peserta yang berhenti pada kelas XI, saat mengikuti program ini tinggal melanjutkan pada kelas XI, tidak mengulang dari awal,” imbuhnya.
Meski sudah ada program KD atau KUM diakui bahwa di Bangli masih banyak masyarakat yang buta huruf, terutama yang ada di pedesaan. “Kami fokuskan dulu di satu desa, bila sudah tuntas, kami lanjutkan ke desa lain, sehingga program ini bisa merata. Yang menjadi kendala desa yang lokasi terpencil dan berada di balik bukit,” tutur Ketut Wakil. *e
Kabid Pembinaan PAUD dan Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Bangli I Ketut Wakil, menjelaskan, program KD diupayakan ada setiap tahun sehingga masyarakat Bangli secara merata mampu membaca maupun menulis. Jumlah peserta KD disesuaikan dengan jatah pusat, karena program ini ditanggung oleh pusat.
“Dananya dari pusat, jatah berubah-ubah, tahun ini ada 500 orang, Tahun lalu jatah 1.000 peserta. Karena terbatas makanya kami berebut jatah ini. Dana tersebut sepenuhnya untuk proses pembelajaran, termasuk untuk ATK (alat tulis kantor) para peserta,” ungkap Ketut Wakil, Jumat (8/9).
Program keaksaraan dasar dilaksanakan selama tiga bulan melalui Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang tersebar di masing-masing kecamatan. Setelah mengikuti program KD, dilanjutkan dengan program keaksaraan usaha mandiri (KUM), selama tiga bulan.
“KD setara dengan siswa kelas I hingga kelas III, sedangkan KUM setara kelas IV hingga kelas VI. Setelah mengikuti program ini masyarakat baru mengikuti program paket A atau tamat setingkat sekolah dasar,” jelasnya. Tahun ini ada 300 orang yang mengikuti program KUM.
Disinggung kenapa banyak masyarakat yang buta huruf, Ketut Wakil mengatakan hal ini lantaran faktor ekonomi. Peserta yang dominant usia 40 tahun semangat belajar, karena KUM di samping belajar juga mendapat keterampilan seperti buat jajan, ulat sokasi bahannya dari bambu. “Keterampilan ini yang nantinya bisa dipraktikkan di rumah, sehingga masyarakat bisa membuka peluang usaha,” ujar Ketut Wakil.
Di Bangli ada tujuh PKBM yakni PKBM Niti Sastra di Kecamatan Susut, PKBM Widya Center, PKBM Giri Widya Aksara, PKBM Raja Widya, berada di Kecamatan Bangli. PKBM Sukma Mekar, PKBM Bali Mahottama di Kecamatan Tembuku, PKBM Sastra Mandala serta PKBM Mekar Anom di Kecamatan Kintamani. “Tahun ini program KD dilaksanakan PKBM Mahottama sebanyak 400 peserta dan PKBM Sastra Mandala dengan peserta 100 orang. Untuk KUM sebanyak 300 orang dilaksanakan PKBM Mahottama,” tambahnya.
PKBM juga melaksanakan program kejar paket B maupun paket C. Proses pembelajaran biasa dilaksanakan sore hari, karena masyarakat masih ada aktivitas lainya. Kegiatan belajar sama seperti sekolah formal. Beberapa PKBM meminjam ruang belajar di sekolah formal, ada pula yang memanfaatkan balai banjar. Untuk program paket B dan C, banyak pula diikuti anak-anak yang dulunya putus sekolah dan kini ingin melanjutkan kembali.
Pada Oktober mendatang ada 103 peserta yang akan mengikuti ujian akhir setingkat SMA/SMK dan 30 peserta ujian untuk tingkat SMP. “Ada pula peserta yang berhenti pada kelas XI, saat mengikuti program ini tinggal melanjutkan pada kelas XI, tidak mengulang dari awal,” imbuhnya.
Meski sudah ada program KD atau KUM diakui bahwa di Bangli masih banyak masyarakat yang buta huruf, terutama yang ada di pedesaan. “Kami fokuskan dulu di satu desa, bila sudah tuntas, kami lanjutkan ke desa lain, sehingga program ini bisa merata. Yang menjadi kendala desa yang lokasi terpencil dan berada di balik bukit,” tutur Ketut Wakil. *e
1
Komentar