Lokasi Temuan Akan Dibuatkan Penyengker sebagai Kawasan Suci
Pihak Balai Arkeologi Denpasar berencana lakukan survei permukaan, karena diduga masih ada artefak dan benda bersejarah lainnya yang terkubur di sekitar Lingga Yoni di lahan milik keluarga I Gusti Ngurah Rai
Setelah Ditemukannya Lingga Yoni Berukuran Besar di Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan
SINGARAJA, NusaBali
Temuan sepasang batu Lingga Yoni ukuran besar di Banjar Tibah, Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, yang baru terungkap ke publik, 6 Agustus 2017 lalu, masih menyimpan teka-teki. Pihak Balai Arkeologi Denpasar pun berencana melakukan survei permukaan, ka-rena diduga masih ada artefak dan benda bersejarah lainnya yang terkubur di sekitar Lingga Yoni yang ditemukan di lahan milik keluarga I Gusti Ngurah Rai tersebut. Sementara, pihak Desa Pakraman Bengkala akan sengker lokasi temuan Lingga Yoni sebagai kawasan suci.
Rencana survei permukaan ini disampaikan langsung Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbawa, saat ditemui NusaBali di sela acara penyerahan dua keping Prasasti Bengkala di Kantor Perbekel Bengala, Kecamatan Kubutambahan, Kamis (7/9) siang. Menurut IGM Suarbawa, dia bersama timnya sempat kembali mengecek keberadaan Lingga Yoni di lahan kebun Mangga milik keluarga IGN Rai yang disakap I Wayan Sutara tersebut.
Dari pengecekan ulang itu, kata Suarbawa, diduga kuat masih ada artefak dan benda bersejarah lainnya terkubur di sekitar Lingga Yoni besar terebut. Keyakinan itu dikaji berdasarkan ukuran dan bahan dasar Lingga Yoni. Menurut Suarbawa, penemuan Lingga Yoni yang memiliki pelataran persegi berukuran 66 cm x 66 cm tersebut sangatlah unik. Apalagi, Lingga Yoni berbahan batu ini ditemukan di kawasan Buleleng, yang disebutnya merupakan surprise.
Bahkan, kata Suarbaya, Lingga Yoni yang terletak di tengah-tengah pelataran persegi empat tersebut tampak menyatu, di mana Lingga-nya belum dapat dilepas dan diperkirakan tembus ke bawah pelataran persegi. Selain itu, bahan dasar yang digunakan juga mengisyarakatkan sesuatu.
Lingga Yoni di Desa Bengkala ini terbuat dari batuan Andesit. Ini jauh berbeda dengan Lingga Yoni lainnya yang sebelumnya ditemukan di Bali, yang berbahan dasar batu Tufa. “Nah kenapa susah-susah membuatnya dengan batuan Andesit yang keras, dengan teknologi yang berbeda? Ini bisa dirunut siapa yang memanfaatkannya,” jelas Suarbaya.
Jika dilihat dari ketahanan bentuk benda, kata dia, jelas tujuan pembuatan Lingga Yoni tersebut untuk kelangsungan yang lebih lama dan digunakan buat keperluan upacara pemujaan yang bersifat massal. “Ukurannya yang cukup besar, juga tidak menutup kemungkinan ada artefak lain di sekitar lokasi yang ada konteknya dengan Lingga Yoni,” katanya.
Karena itu, pihak Balai Arkeologi Denpasar nantinya akan melakukan survei permukaan di lahan sekitar Lingga Yoni tersebut. Dari survei permukaan yang akan dilakukan nanti, Suarbaya berharap ditemukan artefak lainnya yang mencirikan sebuah aktivitas keagamaan dan kemungkinan adanya bangunan lain di samping Lingga Yoni tersebut. “Data yang kami dapat akan dievaluasi dulu. Kalau nanti ada temuan baru, itu yang akan menentukan langkah selanjutnya.”
Semenatara itu, Sekretaris Desa Pakraman Bengkala, I Ketut Darpa, mengatakan pihaknya sudah sempat berkoordinasi dengan pemilik lahan di mana Lingga Yoni ditemukan, I Gusti Ngurah Rai. Selain itu, juga koordinasi dengan pemerintah desa. Dari hasil koordinasi tersebut, kata Ketut Darpa, lokasi temuan Lingga Yoni yang diyakini jadi tempat pemujaan di zaman lampau, rencananya akan dibuatkan tembok penyengker sebagai kawasan suci.
Bahkan, menurut Ketut Darpa, pihak Desa Pakraman Bengkala sudah sempay menggelar upacara pecaruan yang dipuout sulinggih di lokasi temuan Lingga Yoni pada Purnamaning Katiga, 5 September 2017 lalu. “Intinya, dari hasil koordinasi, pihak pemilik lahan menyerahkan kembali kepada kami untuk menindaklanjuti temuan Lingga Yoni, asalkan tidak merusak. Rencananya, lokasi temuan Lingga Yoni ini akan dijadikan spiritual tourism (objek wisata spiritual, red),” jelas Ketut Darpa kepada NusaBali, Jumat (8/9).
Lingga Yoni di lahan kebon Kelapa milik keluarga IGN Ngurah Rai di kawasan di Banjar Tibah, Desa Bengkala itu sendiri, sebagaimana diberitakan, sudah ditemukan sekitar 2 tahun silam, namun baru terung-kap ke publik, 6 Agustus 2017. Adalah I Wayan Sutara, seorang warga Banjuar Tibah, Desa Bengkala yang pertama kali mengetahui keberadaan Lingga Yoni tersebut. Kebetulan, Wayan Sutara bekerja sebagai penyakap tanah di sana.
Menurut Sekretaris Desa Pakraman Bengkala, I Ketut Darpa, ketika itu Wayan Sutara mendapat job untuk bekerja mengolah dan menjaga (seba-gai penyakap) lahan milik IGN Rai. Nah, saat membersihkan kebun, Wayan Sutara tiba-tiba menemukan Lingga Yoni. Namun, karena takut, Lingga Yoni yang ditemukan itu langsung dikubur Sutara dengan ditimbun tanah dan ranting-ranting pohon.
Belakangan, Made Suyasa, warga Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan yang notabene mantan Camat Buleleng, menyerahkan Lingga Yoni temuan pertama 7 tahun silam ke pihak Desa Pakraman Bengkala, 23 Juli 2017. Setelah Made Suyasa kembalikan Lingga Yoni karena sempat didera sederet musibah, barulah Sutara berani buka mulut soal Lingga Yoni yang ditemukan di kebun milik IGN Rai.
“Awalnya, Lingga Yoni ini disembunyikan, karena Wayan Sutara ketakutan. Tapi, selama disembunyikan (ditimbun) dalam tanah, Lingga Yoni tersebut tetap diberi haturan banten saat dia ke kebun. Info ini baru kami dapatkan kemarin (Sabtu), dikasi tahu langsung oleh Wayan Sutara,” ungkap Ketut Darpa kepada NusaBali, beberapa waktu lalu. *k23
SINGARAJA, NusaBali
Temuan sepasang batu Lingga Yoni ukuran besar di Banjar Tibah, Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng, yang baru terungkap ke publik, 6 Agustus 2017 lalu, masih menyimpan teka-teki. Pihak Balai Arkeologi Denpasar pun berencana melakukan survei permukaan, ka-rena diduga masih ada artefak dan benda bersejarah lainnya yang terkubur di sekitar Lingga Yoni yang ditemukan di lahan milik keluarga I Gusti Ngurah Rai tersebut. Sementara, pihak Desa Pakraman Bengkala akan sengker lokasi temuan Lingga Yoni sebagai kawasan suci.
Rencana survei permukaan ini disampaikan langsung Kepala Balai Arkeologi Denpasar, I Gusti Made Suarbawa, saat ditemui NusaBali di sela acara penyerahan dua keping Prasasti Bengkala di Kantor Perbekel Bengala, Kecamatan Kubutambahan, Kamis (7/9) siang. Menurut IGM Suarbawa, dia bersama timnya sempat kembali mengecek keberadaan Lingga Yoni di lahan kebun Mangga milik keluarga IGN Rai yang disakap I Wayan Sutara tersebut.
Dari pengecekan ulang itu, kata Suarbawa, diduga kuat masih ada artefak dan benda bersejarah lainnya terkubur di sekitar Lingga Yoni besar terebut. Keyakinan itu dikaji berdasarkan ukuran dan bahan dasar Lingga Yoni. Menurut Suarbawa, penemuan Lingga Yoni yang memiliki pelataran persegi berukuran 66 cm x 66 cm tersebut sangatlah unik. Apalagi, Lingga Yoni berbahan batu ini ditemukan di kawasan Buleleng, yang disebutnya merupakan surprise.
Bahkan, kata Suarbaya, Lingga Yoni yang terletak di tengah-tengah pelataran persegi empat tersebut tampak menyatu, di mana Lingga-nya belum dapat dilepas dan diperkirakan tembus ke bawah pelataran persegi. Selain itu, bahan dasar yang digunakan juga mengisyarakatkan sesuatu.
Lingga Yoni di Desa Bengkala ini terbuat dari batuan Andesit. Ini jauh berbeda dengan Lingga Yoni lainnya yang sebelumnya ditemukan di Bali, yang berbahan dasar batu Tufa. “Nah kenapa susah-susah membuatnya dengan batuan Andesit yang keras, dengan teknologi yang berbeda? Ini bisa dirunut siapa yang memanfaatkannya,” jelas Suarbaya.
Jika dilihat dari ketahanan bentuk benda, kata dia, jelas tujuan pembuatan Lingga Yoni tersebut untuk kelangsungan yang lebih lama dan digunakan buat keperluan upacara pemujaan yang bersifat massal. “Ukurannya yang cukup besar, juga tidak menutup kemungkinan ada artefak lain di sekitar lokasi yang ada konteknya dengan Lingga Yoni,” katanya.
Karena itu, pihak Balai Arkeologi Denpasar nantinya akan melakukan survei permukaan di lahan sekitar Lingga Yoni tersebut. Dari survei permukaan yang akan dilakukan nanti, Suarbaya berharap ditemukan artefak lainnya yang mencirikan sebuah aktivitas keagamaan dan kemungkinan adanya bangunan lain di samping Lingga Yoni tersebut. “Data yang kami dapat akan dievaluasi dulu. Kalau nanti ada temuan baru, itu yang akan menentukan langkah selanjutnya.”
Semenatara itu, Sekretaris Desa Pakraman Bengkala, I Ketut Darpa, mengatakan pihaknya sudah sempat berkoordinasi dengan pemilik lahan di mana Lingga Yoni ditemukan, I Gusti Ngurah Rai. Selain itu, juga koordinasi dengan pemerintah desa. Dari hasil koordinasi tersebut, kata Ketut Darpa, lokasi temuan Lingga Yoni yang diyakini jadi tempat pemujaan di zaman lampau, rencananya akan dibuatkan tembok penyengker sebagai kawasan suci.
Bahkan, menurut Ketut Darpa, pihak Desa Pakraman Bengkala sudah sempay menggelar upacara pecaruan yang dipuout sulinggih di lokasi temuan Lingga Yoni pada Purnamaning Katiga, 5 September 2017 lalu. “Intinya, dari hasil koordinasi, pihak pemilik lahan menyerahkan kembali kepada kami untuk menindaklanjuti temuan Lingga Yoni, asalkan tidak merusak. Rencananya, lokasi temuan Lingga Yoni ini akan dijadikan spiritual tourism (objek wisata spiritual, red),” jelas Ketut Darpa kepada NusaBali, Jumat (8/9).
Lingga Yoni di lahan kebon Kelapa milik keluarga IGN Ngurah Rai di kawasan di Banjar Tibah, Desa Bengkala itu sendiri, sebagaimana diberitakan, sudah ditemukan sekitar 2 tahun silam, namun baru terung-kap ke publik, 6 Agustus 2017. Adalah I Wayan Sutara, seorang warga Banjuar Tibah, Desa Bengkala yang pertama kali mengetahui keberadaan Lingga Yoni tersebut. Kebetulan, Wayan Sutara bekerja sebagai penyakap tanah di sana.
Menurut Sekretaris Desa Pakraman Bengkala, I Ketut Darpa, ketika itu Wayan Sutara mendapat job untuk bekerja mengolah dan menjaga (seba-gai penyakap) lahan milik IGN Rai. Nah, saat membersihkan kebun, Wayan Sutara tiba-tiba menemukan Lingga Yoni. Namun, karena takut, Lingga Yoni yang ditemukan itu langsung dikubur Sutara dengan ditimbun tanah dan ranting-ranting pohon.
Belakangan, Made Suyasa, warga Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan yang notabene mantan Camat Buleleng, menyerahkan Lingga Yoni temuan pertama 7 tahun silam ke pihak Desa Pakraman Bengkala, 23 Juli 2017. Setelah Made Suyasa kembalikan Lingga Yoni karena sempat didera sederet musibah, barulah Sutara berani buka mulut soal Lingga Yoni yang ditemukan di kebun milik IGN Rai.
“Awalnya, Lingga Yoni ini disembunyikan, karena Wayan Sutara ketakutan. Tapi, selama disembunyikan (ditimbun) dalam tanah, Lingga Yoni tersebut tetap diberi haturan banten saat dia ke kebun. Info ini baru kami dapatkan kemarin (Sabtu), dikasi tahu langsung oleh Wayan Sutara,” ungkap Ketut Darpa kepada NusaBali, beberapa waktu lalu. *k23
1
Komentar