Dampak Pengisian Air Bendungan Titab
Karena penutupan air di Tukad Saba, petani belum bisa mengolah lahan sawah.
Subak di Seririt Tertimpa Krisis Air
SINGARAJA, NusaBali
Sejumlah Subak di Kecamatan Seririt, Buleleng tertimpa krisis air. Kondisi ini akibat penutupan sumber air di Tukad/Sungai Saba, wilayah Kecamatan Busungbiu.
Penutupan terjadi karena proyek Bendungan Titab, dimana sumber air itu sengaja ditutup untuk pengisian bendungan. Data Rabu (13/1), sedikitnya ada lima subak di Kecamatan Seririt yang memanfaatkan air dari Tukad Saba yakni Subak Belumbang, Puluran, Banyumati, Uma Desa, dan Subak Karang Sari. Dari lima Subak itu, ada sekitar 100 hektare lebih lawan persawahan. Petani di Subak tersebut semestinya sudah tanam padi sejak Desember 2015 lalu. Namun karena penutupan air di Tukad Saba, petani setempat belum bisa mengolah lahan sawah mereka.
Sebenarnya, penutupan air di Subak Saba sudah ada kesepakatan antara Subak di Kecamatan Seririt dengan pihak pengelola proyek Bendungan Titab. Namun, kesepakatan itu dilanggar, dimana air di Tukad Saba masih ditutup untuk pengisian bendungan. Dalam kesepakatan itu, penutupan air di Tukad Saba hanya berlangsung sebulan, sejak 27 Nopember hingga 27 Desember 2015. Nyatanya, penutupan baru dilaksanakan 13 Desember 2015 lalu, dan masih berlanjut sampai sekarang.
Kabarnya, Prajuru Subak sudah menemui pihak pengelola Bendungan Titab, meminta agar air di Tukad Saba dibukan kembali. Selain karena tidak sesuai dengan kesepakatan awal, petani juga kesulitan mengolah sawah karena pasokan air tidak ada. “Kalau sampai 20 Januari ini tidak dibuka, petani mau datang ke Waduk Titab,” terang salah satu tokoh di Kecamatan Seririt, Rabu (13/1).
Salah seorang petani, I Nengah Sudiasa mengakui kalau penutupan air di Tukad Saba telah berdampak pada warga Subak di Kecamatan Seririt. Sawah yang semestinya sudah bisa diolah untuk ditanami padi. Namun hingga memasuki Januari, petani belum bisa mengolah lahan sawah mereka. “Padahal sudah banyak benih padi yang disemai, petani di sini hanya mengadalkan sumber air dari Tukad Saba,” terangnya.
Sudiasa yang biasa dipanggil Kaki Dukuh juga mengungkapkan kekhawatirannya kalau penutupan air di Tukad Saba terus berlanjut. Dampaknya, kekeringan hingga kerugian pada petani. Musim tanam pada tahun ini tidak bisa dilaksanakan oleh petani. “Ada lahan yang sudah sempat dibajak kini terbengkelai karena tidak dapat air. Benih juga mulai mati karena tidak dapat air. Kalau sampai bulan ini kami tidak dikasi air, ratusan hektare sawah ini tidak bisa ditanam, ini sudah berapa kerugiannya,” imbunya.
Ditempat terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Nyoman Swatantra mengaku, belum mendapat informasi tentang keluhan dari para petani di Kecamatan Seririt akibat penutupan air di Tukad Saba. Ia berjanji, segera mencari tahu informasi itu dengan turunkan petugaas Penyuluh Pertanian (PPL) Wilayah Binaan Kecamatan Seririt.
Masalahnya, kewenangan pengelolaan Tukad Saba itu menjadi kewenangan Balai Wilayah Sungai –Bali Penida (BWS-BP). “Kalau di Seririt itu lahannya memang luas sekali. Kami belum dapat informasidari kecamatan perihal keluhan petani. Besok (Rabu 14/1, Red) kami akan cek ke lapangan. Kalau toh benar kami tidak memiliki kewenangan karena bendungan itu pengelolanya BWS dan PU,” tegasnya.
Untuk diketahui Bendungan Titab-Ularan yang terletak di perbatasan Kecamatan Busungbiu dan Seririt. Bendungan ini diperkirakan sudah bisa beroperasi pertengahan 2016. Saat ini memang tengah pengisian air Bendungan, dengan cara menutup air dari Tukad Saba. Diperkirakan, Bendungan Titab dengan luas 64 hektare itu, baru penuh terisi air hingga Maret mendatang. Jumlah air yang bisa ditampung nantinya mencapai kurang lebih 13 juta meter kubik. 7 k19
1
Komentar