Gianyar Tuan Rumah Konferensi ICNT
Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) bersama Pemkab Gianyar menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konferensi Internasional Organisasi Pelestarian se Dunia atau International Conference of National Trusts (ICNT) ke-17.
Delegasi akan Disuguhi Tabuh Rah di Pura Masceti
GIANYAR, NusaBali
Konferensi diselenggarakan International National Trusts Organisation (INTO) akan berlangsung sepekan, 11 - 15 September 2017.
Bupati Gianyar AA Gde Agung Baratha menyambut baik konferensi yang mengangkat tema ‘Kearifan Tradisi dan Budaya Lokal, Kunci Kelestarian Lingkungan Berkelanjutan’ ini. “Kami akan tonjolkan masa lalu Bali dan upaya pelestarian pusaka budaya di Gianyar,” ungkapnya dalam jumpa media, Jumat (8/9).
Menurut Bupati Agung Bharata, Bali punya kelebihan, karena antara adat dan budaya sulit dipisahkan. “Dalam agama ada kesenian dan pola hidup orang Bali. Maka dari itu, Bali harus seimbang antara pelestarian puskaa dan pariwisata. Karena jika tidak dipertahankan, tinggal tunggu waktu kearifan lokal akan surut,” terangnya.
Ketua Badan Pelestari Pusaka Indonesia (BPPI) Catrini Kubontubuh mengatakan, terpilihnya Gianyar sebagai tuan rumah telah melalui proses seleksi sejak dua tahun lalu. Ada tiga provinsi yang menjadi pilihan yakni Jogjakarta, Jakarta atau Bali. Setelah ditentukan, maka terpilihlah Gianyar yang memiliki beraneka ragam peninggalan pusaka. “Kami lihat perjalanan Gianyar yang telah diakui sebagai kota pusaka dunia. Bahkan kearifan lokal Gianyar telah diperkenalkan sejak Juli 2017 di London dan Belanda, sebagai gambaran awal sebelum konferensi ini digelar,” terangnya.
Selama kegiatan berlangsung, para delegasi akan disuguhkan suasana khas Bali yang cukup kental. Mulai dari acara pembukaan di Pantai Masceti, Desa Medahan, Blahbatuh, Gianyar. “Delegasi akan menyaksikan tradisi tabuh rah dan layang-layang Bali,” jelasnya.
Tak kalah menarik ialah pelaksanaan konferensi yang akan berlangsung di pedesaan, di Rumah Pancoran, Desa Nyuh Kuning, Ubud. “Kami ingin berikan kesan berbeda. Konferensi tidak harus melulu di hotel berbintang. Melainkan bisa di pedesaan,” jelasnya.
Para delegasi pun diberikan kebebasan untuk memilih lokasi menginap. Namun kebanyakan akan bermalam di homestay yang dikelola penduduk setempat. “Jadi para peserta bisa tinggal dan mengenal langsung budaya Bali di rumah krama Bali,” jelasnya.
Tempat menarik lainnya yang akan dijadikan lokasi konferensi, di antaranya Taman Nusa, Puri Agung Gianyar, Kebun Raya Pilan di Banjar Pilan, Desa Kertha, Payangan. Pura Samuan Tiga di Desa Bedulu, Blahbatuh, dan pameran produk kearifan lokal Gianyar di Lapangan Astina Gianyar. “Pada malam terakhir, peserta diberikan kebebasan menikmati malam di Lapangan Astina Gianyar. Nanti kami akan sediakan 4 panggung pada 4 penjuru yang menampilkan kesenian klasik hingga kontemporer secara bersamaan,” jelasnya.
Jelas Catrini, Our Cultural Heritage, the Key to Environmental Sustainability atau Pusaka Budaya adalah Kunci Kelestarian Lingkungan Berkelanjutan menjadi tema ICNT 2017. Dunia pelestarian internasional memberi dukungan kuat untuk menyikapi berbagai tekanan dalam isu lingkungan khususnya perubahan iklim global melalui pendekatan budaya.
Peserta ICNT 2017 yang mendaftar 200 orang dari 30 negara. Melalul ICNT 2017, para peserta diharapkan dapat menggali berbagai kekayaan kearifan tradisi dan budaya lokal untuk mendukung kelestarian lingkungan, dalam berbagai tekanan termasuk perubahan iklim. Jumpa media kemarin, hadir Mr Geoffrey Read (Director of Special Project INTO), Mr Oliver Maurice (Director of Membership of INTO), Kadis Perhubungan Gianyar Wayan Artana dan Kadis Kebudayaan Gianyar Gusti Ngurah Wijana. *nvi
1
Komentar