Gema Perdamaian 2015 Sebagai Wujud Pluralisme di Bali
Gema Perdamaian ke-13 tahun 2015 digelar semarak dengan spirit pluralisme di kawasan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Denpasar, Sabtu (10/10) sore.
DENPASAR, NusaBali
Acara dimulai dengan ‘Pada Yatra’ yaitu pawai berbagai macam kesenian yang diarak mengelilingi Lapangan Puputan Margarana sebanyak satu kali. Lalu, mereka berkumpul di depan Monumen Perjuangan Rakyat Bali menyaksikan Ayu Laksmi mendendangkan dua buah tembang bernuansa perdamaian.
Ketua Panitia Gema Perdamaian 2015 H Deden Saefulloh, mengatakan, acara tahunan ini bertujuan untuk memahami perbedaan dan menumbuhkan toleransi dan cinta kasih. “Ini acara edukatif bagi masyarakat. Bukan untuk memperingati bencana, melainkan untuk mengingatkan kita agar eling dan waspada, sehingga musibah tak terjadi lagi. Damai itu indah namun perlu diupayakan secara terus menerus,” ujar Deden.
Sementara Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta yang mebacakan sambutan Gubernur Bali menyampaikan, kegiatan lintas agama, etnis, dan budaya tersebut menjadi cerminan harmoni sosial yang tumbuh di tengah kehidupan masyarakat Bali yang heterogen. “Karena itu, semua komponen masyarakat harus terus menggemakan perdamaian, terlebih Bali yang mendapat julukan pulau perdamaian yang harus dijaga dan dipertahankan,” tuturnya.
Suasana hening penuh hikmat terjadi beberapa saat ketika pembacaan doa sebagai acara utama mulai dibacakan. Tujuh pemuka agama mewakili tujuh agama dan kepercayaan mengumandangkan doa satu per satu dengan waktu dua menit. Tujuh agama dan kepercayaan tersebut adalah Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, Konghucu, dan 1 aliran kepercayaan dengan doa dalam bahasa Jawa.
Acara dilanjutkan dengan penyalaan obor oleh Wagub Sudikerta, didampingi perwakilan dari Kodam IX Udayana, Polda Bali, DPRD Bali, Forum Kerukunan Umat Beragama, Paguyuban Etnis Nusantara, Forum Silaturahmi Keraton Nusantara, Panglingsir Puri Sejebag Bali, dan steering committee Gema Perdamaian. Penyalaan obor itu sebagai representasi damai yang senantiasa harus menyala dalam diri.
Kemudian pelepasan balon dilakukan oleh perwakilan tujuh agama dan aliran kepercayaan, serta disemarakkan dengan atraksi kesenian dari Bali dan luar Bali dari berbagai etnis.
Dalam acara tersebut, Steering Committee Gema Perdamaian memutuskan Ayu Laksmi yang bernama lengkap I Gusti Ayu Laksmiyani sebagai Duta Gema Perdamaian, berdasarkan kiprah dan pengabdian masyarakat yang telah dilakukannya. Ayu Laksmi nantinya bertugas menyiarkan spirit gema perdamaian secara luas dan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan perdamaian.
1
Komentar