Nihil Subsisi, Kompos TPA Sulit Laku
Pupuk ini sulit mendapatkan bantuan subsidi dari Kementan dan Pemprov Bali, untuk menekan harga di tingkat konsumen.
GIANYAR, NusaBali
Pupuk kompos atau organik hasil produksi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Desa Temesi, Gianyar, sulit laku di pasaran. Padahal harganya Rp 20.000/kemasan isian 20 kg. Akibatnya, hasil produksi sekitar 8 - 10 ton kompos per hari mengalami penumpukan.
Hal itu dikatakan Kabid Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar I Made Suastika, beberapa waktu lalu. Kata dia, pupuk kompos TPA ini sudah berizin dari Kementerian Pertanian. Namun, pupuk ini sulit mendapatkan bantuan subsidi dari Kementan dan Pemprov Bali, untuk menekan harga di tingkat petani.
Dijelaskan Suastika, setelah pupuk ini terdaftar di Kementan karena lolos uji laboratorium dan uji lapangan, kendala yang dihadapi adalah ribetnya jalur untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah. “Kami sudah ikuti cara memohon subsidi, tapi ini yang belum ada realisasi,” ujarnya.
Suastika berkeyakinan, jika pupuk Temesi ini dapat subsidi maka produksinya bisa semakin banyak. Pihaknya pun yakin pendistribusian akan semakin mudah. Normalnya, dengan kapasitas 60 ton sampah organik per hari, bisa dapat 25 persen kompos atau sekitar 15 ton. Tapi nyatanya saat ini, TPA Temesi baru bisa menghasilkan setengahnya. “Kalau ada subsidi, kami bisa olah 60 ton sampah organik per hari. Otomatis akan sangat membantu untuk perpanjangan umur TPA. Apalagi saat ini kondisinya sudah over load,” ungkapnya.
Kata dia, Petroganik Gresik sebagai perusahaan yang ditunjuk pemerintah membantu pendistribusian kompos ini mensyaratkan TPA Temesi melengkapi fasilitas mesin seperti blower, cooler dan granule. “Kami pun kembali menemui kendala, karena investasi untuk mesin-mesin yang disyaratkan cukup mahal mencapai miliaran rupiah. Sehingga ini belum jalan,” jelasnya.
Sembari menunggu subsidi, TPA Temesi tetap produksi pupuk kompos skala kecil. Distribusinya juga skala kecil ke hotel dan beberapa Simantri. *nvi
Pupuk kompos atau organik hasil produksi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di Desa Temesi, Gianyar, sulit laku di pasaran. Padahal harganya Rp 20.000/kemasan isian 20 kg. Akibatnya, hasil produksi sekitar 8 - 10 ton kompos per hari mengalami penumpukan.
Hal itu dikatakan Kabid Persampahan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gianyar I Made Suastika, beberapa waktu lalu. Kata dia, pupuk kompos TPA ini sudah berizin dari Kementerian Pertanian. Namun, pupuk ini sulit mendapatkan bantuan subsidi dari Kementan dan Pemprov Bali, untuk menekan harga di tingkat petani.
Dijelaskan Suastika, setelah pupuk ini terdaftar di Kementan karena lolos uji laboratorium dan uji lapangan, kendala yang dihadapi adalah ribetnya jalur untuk mendapatkan subsidi dari pemerintah. “Kami sudah ikuti cara memohon subsidi, tapi ini yang belum ada realisasi,” ujarnya.
Suastika berkeyakinan, jika pupuk Temesi ini dapat subsidi maka produksinya bisa semakin banyak. Pihaknya pun yakin pendistribusian akan semakin mudah. Normalnya, dengan kapasitas 60 ton sampah organik per hari, bisa dapat 25 persen kompos atau sekitar 15 ton. Tapi nyatanya saat ini, TPA Temesi baru bisa menghasilkan setengahnya. “Kalau ada subsidi, kami bisa olah 60 ton sampah organik per hari. Otomatis akan sangat membantu untuk perpanjangan umur TPA. Apalagi saat ini kondisinya sudah over load,” ungkapnya.
Kata dia, Petroganik Gresik sebagai perusahaan yang ditunjuk pemerintah membantu pendistribusian kompos ini mensyaratkan TPA Temesi melengkapi fasilitas mesin seperti blower, cooler dan granule. “Kami pun kembali menemui kendala, karena investasi untuk mesin-mesin yang disyaratkan cukup mahal mencapai miliaran rupiah. Sehingga ini belum jalan,” jelasnya.
Sembari menunggu subsidi, TPA Temesi tetap produksi pupuk kompos skala kecil. Distribusinya juga skala kecil ke hotel dan beberapa Simantri. *nvi
Komentar