Berseminar, Membatik, hingga Buat Gebogan
Memasuki hari kedua International Conference of Natinal Trusts (ICNT) ke -17 di Gianyar, 200 peserta dari 31 negara mengikuti seminar tentang pengetahuan tradisional dan kebijakan lokal untuk lingkungan yang terjaga.
Delegasi ICNT Jelajahi Nusantara di Taman Nusa
GIANYAR, NusaBali
Seminar dilangsungkan di Taman Nusa, Desa Tulikup, Gianyar, Selasa (12/9). Sebelum mengikuti seminar di Theatre Auditorium, para peserta dikenalkan dengan beragam busana daerah dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Peserta yang sebagian besar berasal dari luar negeri tampak antusias mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama. Sambil tidak lupa menanyakan asal usul dan sejarah pakaian adat tersebut. Mereka sangat tertarik memperhatikan pakaian adat dari Papua, Jayapura karena sangat meriah dengan berbagai atribut yang menghiasinya. Sebagian peserta juga tampak antusias menyaksikan proses pembuatan sarana upakara banten Gebogan di Rumah Bali.
Bupati Gianyar AA Gde Agung Bharata turut hadir mengikuti seminar yang dimoderatori Agus Marsudi. Sebagai pembicara pada seminar tersebut adalah Franklin Vagnone dan Prof Laurajane Smith. Pada kesempatan itu dibahas tentang keberadaan museum sebagai pusat hubungan antar peradaban manusia yang menjembatani masa lalu dan sekarang. Bagaimana benda benda pusaka tersebut harus diselamatkan dan dijaga sebagai warisan dunia yang harus diselamatkan.
Setelah mengikuti seminar di Theatre Auditorium, peserta mengikuti paralel workshop yang akan diajarkan tentang budaya Indonesia seperti membatik, membuat canang dan gebogan, melukis payung dan wayang.
Selain itu, para peserta dibagi menjadi lima grup dengan berbagai materi dan pembicara yang berbeda. Grup A dengan lokasi di rumah tradisional Bali dan Maluku akan mengikuti worksop dengan materi “On developing models for the management of heritage places”, dengan pembicara Patrick Duffy dan Donald Hankey. Gurp B dengan lokasi di rumah tradisional Sulawesi Barat dengan materi “Funding Our Future Fundraising for heritage conservation”, dengan pembicara Catherine Leonard, Natalie Bull, Bonnie Burnham dan SK Misra. Grup C berloksi di rumah trasional Kalimantan Barat, dengan materi “Developing Business plans for heritage organizations”, dengan pembicara Irena Edward, Justin Scully, William White, Laretna Adishakti. Untuk Grup D berlokasi di Rumah trasional Jogya dan Kudus dengan materi “Intangible Herutage The Heart and soul of heritahe interpretation” dengan pembicara AA Rai, Anika Molesworth, Sharon Waterworth, Kamani Perera dan Sarah Murphy.
Grup E, berlokasi di rumah tradisional Sumatra Utara, dengan materi workshop “Traditional Knowledge and Local Wisdom for Sustainable Environment”, dengan pembicara Sylvie Vanneste, IA. Diah Maharani, Dini Rosmalia, Shovi Maryam, Tulus Wichaksono, Dhini Dewiyanti dan May Thwayhway Ko.
Sementara itu, Ketua BPPI Catrini Kubontubuh menjelaskan konferensi ini memang dikemas secara berbeda. Selain fokus menyumbangkan pemikiran, para peserta juga sekaligus diajak bersenang-senang menikmati budaya Indonesia khususnya Bali. Seperti kegiatan pada sore kemarin, ratusan peserta ICNT disuguhi kesenian jalanan (art street) mulai dari depan Kantor DPRD Kabupaten Gianyar menuju pasar rakyat di Lapangan Astina Gianyar. Disini, peserta mengenal aneka kerajinan khas Gianyar sembari menikmati ragam kuliner Bali. *nvi
GIANYAR, NusaBali
Seminar dilangsungkan di Taman Nusa, Desa Tulikup, Gianyar, Selasa (12/9). Sebelum mengikuti seminar di Theatre Auditorium, para peserta dikenalkan dengan beragam busana daerah dari berbagai suku yang ada di Indonesia. Peserta yang sebagian besar berasal dari luar negeri tampak antusias mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama. Sambil tidak lupa menanyakan asal usul dan sejarah pakaian adat tersebut. Mereka sangat tertarik memperhatikan pakaian adat dari Papua, Jayapura karena sangat meriah dengan berbagai atribut yang menghiasinya. Sebagian peserta juga tampak antusias menyaksikan proses pembuatan sarana upakara banten Gebogan di Rumah Bali.
Bupati Gianyar AA Gde Agung Bharata turut hadir mengikuti seminar yang dimoderatori Agus Marsudi. Sebagai pembicara pada seminar tersebut adalah Franklin Vagnone dan Prof Laurajane Smith. Pada kesempatan itu dibahas tentang keberadaan museum sebagai pusat hubungan antar peradaban manusia yang menjembatani masa lalu dan sekarang. Bagaimana benda benda pusaka tersebut harus diselamatkan dan dijaga sebagai warisan dunia yang harus diselamatkan.
Setelah mengikuti seminar di Theatre Auditorium, peserta mengikuti paralel workshop yang akan diajarkan tentang budaya Indonesia seperti membatik, membuat canang dan gebogan, melukis payung dan wayang.
Selain itu, para peserta dibagi menjadi lima grup dengan berbagai materi dan pembicara yang berbeda. Grup A dengan lokasi di rumah tradisional Bali dan Maluku akan mengikuti worksop dengan materi “On developing models for the management of heritage places”, dengan pembicara Patrick Duffy dan Donald Hankey. Gurp B dengan lokasi di rumah tradisional Sulawesi Barat dengan materi “Funding Our Future Fundraising for heritage conservation”, dengan pembicara Catherine Leonard, Natalie Bull, Bonnie Burnham dan SK Misra. Grup C berloksi di rumah trasional Kalimantan Barat, dengan materi “Developing Business plans for heritage organizations”, dengan pembicara Irena Edward, Justin Scully, William White, Laretna Adishakti. Untuk Grup D berlokasi di Rumah trasional Jogya dan Kudus dengan materi “Intangible Herutage The Heart and soul of heritahe interpretation” dengan pembicara AA Rai, Anika Molesworth, Sharon Waterworth, Kamani Perera dan Sarah Murphy.
Grup E, berlokasi di rumah tradisional Sumatra Utara, dengan materi workshop “Traditional Knowledge and Local Wisdom for Sustainable Environment”, dengan pembicara Sylvie Vanneste, IA. Diah Maharani, Dini Rosmalia, Shovi Maryam, Tulus Wichaksono, Dhini Dewiyanti dan May Thwayhway Ko.
Sementara itu, Ketua BPPI Catrini Kubontubuh menjelaskan konferensi ini memang dikemas secara berbeda. Selain fokus menyumbangkan pemikiran, para peserta juga sekaligus diajak bersenang-senang menikmati budaya Indonesia khususnya Bali. Seperti kegiatan pada sore kemarin, ratusan peserta ICNT disuguhi kesenian jalanan (art street) mulai dari depan Kantor DPRD Kabupaten Gianyar menuju pasar rakyat di Lapangan Astina Gianyar. Disini, peserta mengenal aneka kerajinan khas Gianyar sembari menikmati ragam kuliner Bali. *nvi
Komentar