Petani Rumput Laut Memprihatinkan
Nasib petani rumput laut di perairan Kecamatan Nusa Penida, Klungkung, kian memprihatinkan.
SEMARAPURA, NusaBali
Sejak enam bulan lalu, sebagian besar tanaman rumput laut rontok dan mati muda. Para petani pun merugi karena gagal panen.
Kondisi itu diprediksi karena terjadi perubahan cuaca. Hal itu diakui anggota DPRD Klungkung I Made Jana, asal Nusa Penida. “Fenomena seperti ini termasuk langka terjadi pada rumput laut,” ujarnya kepada NusaBali, Selasa (12/9).
Dirinya melihat langsung kondisi rumput laut tersebut. Di antaranya, rumput laut tumbuh tidak maksimal, bahkan sebagian besar rontok dan mati muda. “Saya belum tahu penyebabnya, apakah ini karena perubahan cuaca atau ada faktor lain,” ujar politisi Demokrat ini.
Oleh karena itu, kata dia, sejumlah petani rumput laut beralih profesi menjadi sopir pariwisata, buruh, dan lainnya. Namun petani lainnya masih bertahan dan pasrah serta berharap keadaan bisa membaik. “Masyarakat juga mulai beralih ke sektor pariwisata, kebetulan pariwisata tengah berkembang,” katanya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Klungkung I Wayan Durma mengatakan penyabab kerusakan rumput laut biasanya karena iklim kurang kondusif terhadap budidaya rumput laut. Bisa juga karena pencemaran lingkungan. “Saya kira, kondisi seperti ini juga terjadi di daerah lain,” ujarnya.
Untuk menyikapi hal tersebut, pihaknya akan mengkaji pada 2018 mendatang. Disamping itu juga akan disiapkan bibit unggul baru dari Lombok. Selama ini bibit unggul ini belum pernah digunakan. “Selama ini petani rumput laut di Nusa Penida menggunakan varietas spinosum dan cottonii,” katanya.
Produksi rumput laut di Klungkung tahun 2011 mencapai 106.000 ton, 2012 mencapai 106.000 ton lebih, 2013 masih 106.000, 2014 menurun menjadi 84.000 ton, 2015 kembali membaik menjadi 106.000 ton. Tahun 2016 dan 2017 masih pendataan. Luas lahan rumput laut di Nusa Penida mecapai 211 hektare. *wa
1
Komentar