Guru Besar IHDN I Made Titib Disulinggih 21 September
Guru besar Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar Prof Dr I Made Titib PhD, yang menyandang gelar Ida Bawati Made Titib, bersama istrinya Ida Bawati Ketut Sapariani, akan disulinggih atau didwijati pada Wraspati Wage Tolu, Kamis (21/9).
AMLAPURA, NusaBali
Sebelum itu, melalui ritual diksa pariksa dengan menghadirkan tiga guru nabe, pada Redite Kliwon Tolu, Minggu (17/9). Ketua Panitia Diksa Pariksa lan Dwijati I Wayan Darma memaparkan hal itu di kediaman Ida Bawati Made Titib, Banjar Gede, Desa Muncan, Kecamatan Selat, Karangasem, Kamis (14/9).
Tiga guru nabe yang nantinya muput upacara sekaligus memberi nama sang sulinggih adalah nabe napak Ida Pandita Mpu Nabe Dukuh Jayati dari Gria Agung Nataran Banjar Badeg, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, nabe saksi Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Putra Parama Daksa Manuaba dari Gria Bongkasa, Badung, dan Nabe Watra adalah Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Putra Pemuteran dari Gria Penataran Renon, Denpasar.
Wayan Darma menambahkan, selain diksa pariksa pada Minggu (17/9), disusul menggelar upacara pacaruan Rsi Gana pada Soma Umanis Tolu, Senin (18/9), dan puncak dwijati, Kamis (21/9).
Sebelumnya Made Titib bersama istrinya melakukan prosesi pawintenan dari Jro Mangku Made Titib menjadi Ida Bawati Made Titib dan Jro Mangku Istri Ketut Supariani menjadi Ida Bawati Istri Ketut Supariani, pada Sukra Umanis Merakih, Jumat (26/5).
“Syarat-syarat administrasi jelang diksa pariksa sudah lengkap, nanti akan dicek pihak PHDI Karangasem,” ucap Wayan Darma.
Ida Bawati Made Titip mengatakan, sesuai bhisama (keputusan bersama yang memiliki kekuatan mengikat) tentang kepasekan, mesti dijalankan warga pasek, mulai dari Jro Mangku, Ida Bawati hingga jadi sulinggih. Selanjutnya menjalankan pantangan dan kewajibannya, selama jadi sulinggih. “Saat naik jadi Ida Bawati melalui proses mati raga, nanti saat sulinggih juga ada proses mati raga. Dwijati itu kan dilahirkan kembali melalui ilmu pengetahuan suci,” kata Ida Bawati Made Titib.
Ida Bawati Made Titib itu jadi pamangku tahun 2008, setelah sekitar 9 tahun jadi pamangku statusnya dinaikkan jadi Ida Bawati. *k16
Tiga guru nabe yang nantinya muput upacara sekaligus memberi nama sang sulinggih adalah nabe napak Ida Pandita Mpu Nabe Dukuh Jayati dari Gria Agung Nataran Banjar Badeg, Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangasem, nabe saksi Ida Pandita Mpu Nabe Siwa Putra Parama Daksa Manuaba dari Gria Bongkasa, Badung, dan Nabe Watra adalah Ida Pandita Mpu Nabe Jaya Putra Pemuteran dari Gria Penataran Renon, Denpasar.
Wayan Darma menambahkan, selain diksa pariksa pada Minggu (17/9), disusul menggelar upacara pacaruan Rsi Gana pada Soma Umanis Tolu, Senin (18/9), dan puncak dwijati, Kamis (21/9).
Sebelumnya Made Titib bersama istrinya melakukan prosesi pawintenan dari Jro Mangku Made Titib menjadi Ida Bawati Made Titib dan Jro Mangku Istri Ketut Supariani menjadi Ida Bawati Istri Ketut Supariani, pada Sukra Umanis Merakih, Jumat (26/5).
“Syarat-syarat administrasi jelang diksa pariksa sudah lengkap, nanti akan dicek pihak PHDI Karangasem,” ucap Wayan Darma.
Ida Bawati Made Titip mengatakan, sesuai bhisama (keputusan bersama yang memiliki kekuatan mengikat) tentang kepasekan, mesti dijalankan warga pasek, mulai dari Jro Mangku, Ida Bawati hingga jadi sulinggih. Selanjutnya menjalankan pantangan dan kewajibannya, selama jadi sulinggih. “Saat naik jadi Ida Bawati melalui proses mati raga, nanti saat sulinggih juga ada proses mati raga. Dwijati itu kan dilahirkan kembali melalui ilmu pengetahuan suci,” kata Ida Bawati Made Titib.
Ida Bawati Made Titib itu jadi pamangku tahun 2008, setelah sekitar 9 tahun jadi pamangku statusnya dinaikkan jadi Ida Bawati. *k16
Komentar