Sudah Disiapkan 5 Tempat Pengungsian
Evakuasi tahap I diprioritaskan bagi warga dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung, yang jumlahnya 37.086 jiwa
Jika Gunung Agung Meletus, Warga 20 Desa Dievakuasi
AMLAPURA, NusaBali
Pemkab Karangasem siapkan 5 lokasi pengungsian, untuk mengantisipasi terjadinya bencana letusan Gunung Agung, yang kini statusnya berada di level II (waspada). Lokasi pengungsian yang disiapkan ini tersebar di empat kecamatan, yakni Kecamatan Kubu, Kecamatan Abang, Kecamatan Manggis, dan Kecamatan Rendang. Semuanya disiapkan untuk menampung pengungsi dari 20 desa se-Karangasem yang masuk zona merah berdasarkan pemetaan.
Hal ini terungkap dalam rapat koordinasi untuk antisipasi meletusnya Gunung Agung yang dipimpin Sekda Karangasem, I Gede Adnya Muliadi, di Aula Kantor Bupati Karangasem, Jalan Ngurah Rai Amlapura, Minggu (17/9). Rapat koordinasi kemarin melibatkan jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompida) Karangasem, pimpinan OPD lingkup Pemkab Karangasem, 8 camat se-Karangasem, dan 78 Perbekel/Lurah se-Karangasem.
Rapat koordinasi kemarin juga dihadiri langsung Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri, Wabup Karangasem Wayan Artha Dipa, Kapolres Karangasem AKBP I Wayan Gede Ardana, Dandim Karangasem Letkol Inf Fierman Sjafrial Agustus, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali Dewa Made Indra, dan Kepala Pelaksana BPBD Karangasem IB Ketut Arimbawa.
Dari rapat koordinasi kemarin, ditetapkan 5 titik lokasi pengungsi untuk disiapkan jika Gunung Agung benar-benar meletus. Pertama, lokasi pengungsian di Desa Bunutan, Kecamatan Abang, Karangasem. Lokasi ini disiapkan untuk menampung pengungsi korban bencana dari Desa Tulamben (Kecamatan Kubu), Desa Kubu (Kecamatan Kubu), dan Desa Dukuh (Kecamatan Kubu).
Kedua, lokasi pengungsian di Desa Tulamben, Kecamatan Kubu, Karangasem. Lokasi ini disiapkan untuk pengungsi dari Desa Ban (Kecamatan Kubu), Desa Baturinggit (Kecamatan Kubu), dan Desa Sukadana (Kecamatan Kubu). Ketiga, lokasi pengungsian di Lapangan Umum Abang, Kecamatan Abang, Karangasem. Lokasi ini disiapkan untuk menampung pengungsi dari Desa Pidpid (Kecamatan Abang), Desa Datah (Kecamatan Abang), dan Desa Labasari (Kecamatan Abang).
Keempat, lokasi pengungsian di Lapangan Umum Desa Ulakan, Kecamatan Manggis, Karangasem. Lokasi ini disiapkan untuk menampung pengungsi asal Kelurahan Padangkerta (Kecamatan Karangasem), Kelurahan Subagan (Kecamatan Karangasem), Kelurahan Karangasem (Kecamatan Karangasem), Desa Bebandem (Kecamatan Bebandem), Desa Buana Giri (Kecamatan Bebandem), Desa Jungutan (Kecamatan Bebandem), serta Desa Sebudi (Kecamatan Selat), Desa Amerta Bhuana (Kecamatan Selat), Desa Duda Utara (Kecamatan Selat), dan Desa Duda (Kecamatan Selat). Kelima, lokasi pengungsian di Lapangan Singarata Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Karangasem. Lokasi ini disiapkan untuk menampung pengungsi dari Desa Besakih (Kecamatan Rendang) dan Desa Pempatan (Kecamatan Rendang).
Selain menetapkan 5 lokasi pengungsian, dalam rapat koordinasi kemarin juga di-persiapkan teknik evakuasi korban bencana dan membangun posko bencana. Untuk sarana evakuasi, mesti disediakan minimal satu kenadaraan Truk di setiap desa. Disepakati pula, pengungsi dari satu desa tidak terpencar, untuk memudahkan menyuplai bantuan.
Bagi pengungsi yang berniat menumpang di keluarganya di luar lokasi pengungsian yang telah ditetapkan berdasarkan wilayah, harus atas seizin kelian banjar. Hal ini untuk memudahkan pendataan. Pemkab Karangasem melarang warganya memilih daerah pengungsian yang cukup jauh dan sulit dijangkau petugas, sehingga kesulitan membawakan bantuan. Tujuannya, untuk menghindari pengungsi kelaparan dan kematian yang bukan karena letusan Gunung Agung.
Dalam rapat koordinasi kemarin juga disepakati Pusat Posko Bencana Gunung Agung akan dibangun di Gedung Terminal Dermaga Kapal Pesiar kawasan Banjar Tanah Ampo, Desa Ulakan, Kecamatan Manggis. Sedangkan segala informasi mengenai perkembangan aktivitas Gunung Agung, disepakati satu pintu yakni melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Karangasem. Hal ini untuk menghindari terjadinya informasi yangk bias.
Dari Dinas Kominfo, informasi terkini diteruskan kepada para camat. Selanjutnya, camat menyampaikan ke para Perbekel, lalu Perbekel meneruskan ke kelin banjar. Terakhir, kelian banjar menyampaikan informasi ke segenap tokoh masyarakat di wilayahnya.
BPBD Karangasem, melalui Kepala Pelaksana IB Ketut Arimbawa awalnya melaporkan hanya ada 7 desa yang masuk zona merah (dalam radius bahaya letusan Gunung Agung), yakni Desa Jungutan, Desa Amerta Bhuana, Desa Selat, Desa Sebudi, Desa Besakih, Desa Buana Giri, dan Desa Dukuh. Dalam, Wabup Wayan Artha Dipa dalam rapat kemarin meluruskan secara keseluruhan ada 20 desa yang masuk zona merah, sehingga perlu disiapkan 5 lokasi pengungsian.
Desa-desa yang disebut zona merah meliputi Desa Tulamben, Desa Dukuh, Desa Kubu, Desa Ban, Desa Sukadana, Desa Baturinggit, Desa Tianyar Timur, Desa Pidpid, Desa Datah, Kelurahan Padangkerta, Kelurahan Subagan, Kelurahan Karangasem, Desa Buana Giri, Desa Jungutan, Desa Amerta Bhuana, Desa Sebudi, Desa Duda Utara, Desa Duda, Desa Besakih, dan Desa Pempatan.
"Zona merah ini yang perlu secepatnya disosialisasikan para Perbekel kepada warganya, agar mereka selalu waspada," pinta Arta Dipa. Para Perbekel pun diingatkan agar langsung mendata semua penduduk di wilayah zona merah.
Sementara, evakuasi tahap I, jika Gunung Agung benar-benar meletus, harus menyasar warga yang tinggal dalam radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung. Jumlah penduduk yang tinggal dalam radius 6 kilometer ini diperkirakan mencapai 37.086 jiwa. Sedangkan evakuasi II dilakukan untuk warga yang tinggal dalam radius 9 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung, dengan jumlah mencapai 63.821 jiwa. Sebaliknya, evakuasi tahap III diperuntukkan bagi warga yang tinggal dalam 12 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung, dengan jumlah mencapai 133.614 jiwa.
Dalam rapat koordinasi kemarin, Bupati IGA Mas Sumatri mengingatkan agar dilakukan antisipasi mengevakuasi pengungsi, juga kemungkinan terjadinya jembatan putus, dan jalan rusak. Sebab, jika jembatan putus dan jalan rusak, evakuasi pasti terhambat. Bila perlu, disiapkan alternatif evakuasi korban bencana melalui jalur laut. "Makanya perlu alternatif evakuasi melalui jalur laut, merapat di Dermaga Kapal Pesiar Tanah Ampo," pinta Bupati Mas Sumatri.
Sementara itu, Kepala BPBD Bali, Dewa Made Indra, mengingatkan sejak dini perlu kesiapsiagaan menghadapi erupsi Gunung Agung, untuk menghindari terjadinya korban jiwa. Menurut Dewa Indra, status gunung berapi itu ada empat: level I (normal), level II (waspaad), level III (siaga), dan level IV (awas).
"Badan Geologi Kementerian ESDM yang menentukan status tersebut, tidak perlu didebatkan. Tugas kita meneruskan arahan Badan Geologi Kementerian ESDM. Jika masuk level III, seluruh penduduk (di zona merah) mesti diungsikan, " pinta Dewa Indra, seraya menyebutkan, pihaknya siap membantu logistik dan sarana yang dibutuhkan.
Sedangkan Sekda Karangasem, Gede Adnya Muliadi, mengakui tidak punya cukup anggaran untuk membiayai pengungsi bencana meletusnya Gunung Agung. "Kami hanya punya dana tak terduga sebesar Rp 1,2 miliar. Nanti kami akan bersurat ke Provinsi Bali," jelas Sekda Adnya Muliadi.
Di sisi lain, Dandim Karangasem Letkol Inf Fierman Sjafrial Agustus mengingatkan warga agar tidak panik, selama Gunung Agung dalam status waspada. Sebab, sejauh ini belum ada gempa di permukaan. "TNI siap membantu para Perbekel mengantar pengungsi. Warga yang tinggal di zona merah memang selayaknya selalu waspada, tetapi tak perlu panik. Letusan Gunung Agung munculnya kan tidak tiba-tiba, ada tahapannya," jelas Letkol Fierman.
Sedangkan Kapolres Karangasem, AKBP I Wayan Gede Ardana, menyatakan pihaknya telah menyiapkan tim khusus lalulintas untuk mengarahkan perjalanan pengungsi, termasuk menentukan jalur-jalur yang bisa dilewati. Selain itu, kepolisian juga menyiapkan tim untuk menjaga rumah-rumah penduduk yang ditinggal mengungsi, agar tidak dijarah bromocorah. "Nanti jika kondisinya telah siaga, setiap banjar agar membunyikan kulkul (kentongan adat), sementara dari pemerintah membunyikan sirine, sebagai tanda bahaya," jelas AKBP Ardana.
Sementara, petugas Pos Pengamatan Gunung Api Gunung Agung di Banjar Rendang Dangin Pasar, Desa/Kecamatan Rendang, I Gede Suantika, mengatakan hingga saat ini status Gunung Agung masih dalam level II (waspada). "Status Gunung Agung masih level II. Kami masih menunggu perkembangan hingga tengah malam," jelas I Gede Suantika. *k16
Komentar